Seusai mengantarkan Jessy ke kamarnya, Elbey pamit pulang kepada seluruh keluarga Azkara. Hampir tiga hari ini, pekerjaan Elbey terbengkalai karena sibuk mengurusi Jessy yang sedang terbaring di rumah sakit.
"Bey pamit dulu ya ma, besok Elbey kesini lagi," pamit Elbey kepada mama Hana.
"Ya sudah, hati-hati ya nak. Makasih sudah merawat Jessy selama tiga hari ini," jawab mama Hana seraya mengusap lembut bahu Elbey.
Elbey hanya tersenyum dan mengangguk. Hari ini cukup padat jadwal Elbey untuk pergi ke kantor papi Dirga, ada metting dengan klien penting yang akan di adakan di kantor Vander siang ini.
Hampir dua puluh menit berada di perjalanan, akhirnya mobil sport yang Elbey tumpangi tiba di gedung raksasa yang berada di tengah-tengah ibu kota. Elbey segera menyambar jasnya yang tersampir di jok kemudi.
Semua yang berada di kantor Vander menunduk hormat dengan kedatangan bos muda mereka. Elbey melangkahkan kaki panjangnya menuju ke ruang Chief Executive Officier (CEO).
Tampak sekertaris dengan tubuh tinggi semampai dan wajah yang cantik sedang berdiri dan menundukkan kepalanya menyambut manager utama yang sudah resmi beralih pada Elbey.
"Siang bos Bey" sapa sekertaris Anisa.
Elbey hanya mengangguk tipis dan segera masuk ke ruangannya.
"Ya ampun ganteng banget sih bos Bey!" pekik Anisa setengah jingkrak-jingkrak melihat wajah paripurna Elbey dari dekat.
Anisa segera mengambil berkas-berkas yang berada di dalam map hijau dan bergegas menyerahkan kepada sang CEO baru yang berada di dalam ruangannya.
Tok
Tok
Tok
Anisa tampak gugup dengan kedua tangan yang sedang memeluk map hijau di dekapannya. "Ya ampun jantung gue kayak mau loncat dari sarangnya" gumam Anisa sambil berusaha menyembunyikan kegugupannya.
"Masuk"
Terdengar suara berat dan merdu dari dalam ruangan direktur. Anisa segera membuka pintu tersebut dan menghadap ke pimpinan utama kantor Vander.
"Ini bos, saya mau menyerahkan berkas untuk meeting dengan Harsan grub" jelas Anisa sambil mencuri-curi pandang ke arah Elbey yang tengah sibuk dengan laptop di depannya.
"Taruh saja di meja" jawab Elbey seperlunya tanpa melihat penampakan sekertaris Anisa di depan mejanya.
'Ya ampun, bikin gue makin meleleh kalau yang model beginian' batin Anisa sambil menatap Elbey dengan penuh damba.
Elbey menaikkan sebelah alisnya saat merasa sekertaris di depannya tidak kunjung keluar dan diam mematung di depannya.
"Ada yang perlu di bahas lagi?" tanya Elbey sambil menatap Anisa datar.
Anisa gelagapan dan menggeleng cepat seraya menaruh map hijau itu di meja Elbey.
"Ti-dak bos, saya permisi keluar kalau begitu," jawab Anisa sambil memutar tubuhnya dan keluar dari ruangan CEO yang membuatnya begitu berdebar-debar.
Elbey hanya menggeleng pelan dan kembali memokuskan pikiran dan matanya ke tumpukan kertas-kertas di mejanya saat ini.
"Sampai kapan selesai, papi benar-benar bikin gue pusing dengan tumpukan kertas ini," keluh Elbey sambil menatap nanar ke tumpukan kertas di depannya.
Setelah dua jam berputar, akhirnya Elbey berhasil menaklukan setumpuk kertas tersebut dan bergegas ke ruangan meeting, klien dari Harsan groub sudah datang, Elbey dengan langkah gagahnya memasuki ruangan meeting.
Terlihat semua karyawan Vander dan Harsan groub berdiri dan sedikit menunduk hormat kepada Elbey.
Walau umur Elbey yang terbilang masih muda, namun kecerdasan dan peranannya memimpin perusahaan sebesar Vander sudah tidak bisa di ragukan lagi.
"Silahkan duduk," ucap Elbey dengan tegas dan penuh karismatik.
Semua tampak serius mengikuti jalannya meeting siang ini, bahkan Harsan groub tampak puas dengan hasil presentasi dan diskusi yang Vander Corp sampaikan. Tanpa berbasa basi, pemilik Harsan groub segera menggandeng Perusahaan Vander Corp untuk memegang iklan dari perusahaannya.
"Saya sangat puas dengan hasil kinerja anda tuan," ucap Daniel, CEO dari Harsan groub.
"Terima kasih, jadi mulai kapan iklan dari produk tuan Daniel akan kami garap?" tanya Elbey yang kini tengah duduk di kursi kebesaran manager Vander Corp.
"Secepatnya tuan Bey, mungkin Minggu depan, karena produk dari makanan ringan saya sudah turun label SNI," jelas Daniel kepada Elbey.
Elbey hanya mengangguk paham. "Kalau begitu sudah jelas, saya hanya menunggu kabar baik dari anda,"
"Baiklah, meeting siang ini saya tutup, silahkan kembali ke ruangan kalian masing-masing," ucap Elbey dengan menatap seluruh karyawan.
"Baik bos!" jawab mereka serempak dan pergi meninggalkan ruang meeting siang ini.
Elbey dan Daniel saling berjabat tangan dan keluar dari ruang meeting tersebut.
****
Malam Hari, Manshion Vander.
Bunda Denia tampak antusias memilih berlian dan perhiasan yang terbandrol fantastis dari katalog majalah brand ternama yang sedang dia pegang, mami Fania juga ikut antusias memilih yang paling bagus dan limited edition dari katalog tersebut.
"Mending yang ini deh kak, Jessy mana suka yang warnanya mencolok kayak gini permatanya," ucap mami Fania kepada bunda Denia.
"Yang pakai batu kalibri kalau gitu, deal ya!" jawab bunda Denia kepada mami Fania.
"Deal yang kalibri saja, aku kok lebih cocok yang itu, lebih cocok di pakai Jessy, kalau yang ini mencolok sekali, bagus yang kalibri!" jelas mami Fania.
"Yaiyalah sist, harganya aja jauuuh, kalau yang tadi kan cuma 69.600 USD, lah kalau yang kalibri ini 278 USD, hampir 4 ember donk!" ujar bunda Denia.
"Gak papa, Elbey gak bakalan miskin kalau belikan Jessy kalibri yang model beginian," kekeh mami Fania.
Sementara Elbey yang sedang fokus menatap ponselnya, seketika melirik sekilas dua ibu-ibu sosialita yang sedang tertawa dengan majalah perhiasan di tangannya. Elbey hanya geleng-geleng kepala melihat saudari kembar yang tidak pernah mau ketinggalan fashion itu.
"Bey, transfer mami ya, buat beli seserahan Jessy." teriak mami Fania di ujung sofa sambil tersenyum manis.
"Ya mi," jawab Bey singkat.
"Sekalian sama mami ya Bey, hehe... blackcard mami di rampas papi," celetuk mami Fira sambil cengengesan.
"Berapa, 10 juta cukup?" tanya Elbey yang sebetulnya tidak serius.
Mami Fania mendelik dan cemberut kesal. "Berlian Jessy saja 4 M Bey, masak mami juma 10 Jeti, berasa rakyat jelata banget mami sekarang!" ucap mami Fania sambil di buat sedramatis mungkin.
"10 juta sudah banyak buat mami kamu Bey, lebihin saja 500rb buat beli martabak di depan komplek!" kekeh bunda Denia yang ikut meledek mami Fania.
"Ck, jangan pelit-pelit Bey, mami ini yang ngelahirin kamu loh! kamu gak tau.. ngeluarin kamu itu susah banget, sampai tiga hari mami nahan sakit," kelakar mami Fania mulai membuka cerita lama.
Elbey hanya bisa menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal. Elbey segera mengambil dompet di saku celananya dan memberikan kartu hitam dambaan sejuta umat jelata.
"Ini mami pakai, bilang papi, semua Elbey yang nanggung. Pakai uang Elbey pribadi saja," jelas Elbey sambil menyerahkan blackcard ke tangan maminya.
"Uluh..uluh, anak mami baik banget, semoga semakin sukses ya sayang, besok mami Carikan yang terbagus buat Jessy." terang mami Fania sambil berbinar-binar menatap kartu hitam di tangannya.
"Kamu belum traktir bunda loh Bey! masak CEO Vander Corp gak mampu buat nraktir dua segelintir emak-emak. Bunda nimbrung juga ya Bey!"
'Emak-emak model beginian, sebulan pejabat negeri juga belum tentu mampu' cibir Elbey dalam hati.
"Terserah bunda sama mami, yang penting utamakan Jessy," ucap Elbey dan segera pergi meninggalkan dua emak sultini yang sedang bersorak gembira.
"Okey, serahkan sama bunda dan mami kamu kalau masalah itu," jawab bunda Denia.
Elbey tidak lagi menjawab, punggungnya sudah semakin tidak terlihat karena naik ke lantai atas menuju kamarnya.