Hari ini sesuai janji Elbey kepada Jessy, mereka akan keluar untuk yang pertama kalinya setelah mantan rival itu berlapang dada menerima kesalahpaham yang terjadi selama 7thn ini.
Jessy tidak mau menyia-nyiakan acara kencannya pertamanya dengan Elbey. Seperti halnya dua orang remaja yang sedang kasmaran, Elbey dan Jessy berdandan semenarik mungkin.
"Cakep!" puji Jessy kepada dirinya sendiri di depan pantulan meja riasnya.
Kepalanya menggeleng pelan di sertai kekehan kecil karena ucapannya barusan. Jessy mengambil parfum branded di meja riasnya dan menyorotkan ke tubuh dan ceruk lehernya.
Aroma wangi vanilla yang lembut menyeruak di sekujur tubuhnya. Langkah kaki jenjangnya menuju lemari kaca raksasa yang berada di dalam kamar mewahnya.
Jessy mengambil slim bag dan jam tangan mewah warnah hitam, begitu serasi dengan dress brukat yang sedang Jessy kenakan saat ini.
Elbey yang sedari tadi duduk di sofa tengah, dan menunggu Jessy di lantai bawah, seketika mendongak dan takjub melihat penampilan anggun mantan rivalnya itu.
Jessy tersenyum manis dari melangkah mendekati Elbey. "Ayo" ajaknya.
Elbey membalas senyum Jessy tidak kalah manis, Elbey tersenyum dengan memperlihatkan gigi gingsulnya yang menambah kesan menawan di wajahnya. Hampir saja Jessy meleleh di tempatnya, jika suara Kenan tidak menyadarkannya.
"Onty...onty Jecy mau kemana cama uncel Ebey! kalian kenapa tidak ajak ajak Ken ciih!" sungut Kenan sambil menatap Jessy dan Elbey memberengut.
Jessy terkekeh seraya berjongkok untuk mencium pipi gembul Kenan. "Aunty ada perlu sebentar sayang, nanti pulangnya aunty belikan es cream mau?" tawar Jessy untuk membujuk Kenan yang sedang merajuk.
"Janji ya, nanti belikan Ken Ec klim yang banyak ya Onty!" ucap Kenan sambil menatap Jessy antusias.
"Oke cintanya aunty, promise!" jawab Jessy seraya memberikan jari kelingkingnya ke arah Kenan, dan di sambut sang bocah gembul tersebut dengan menautkan jari kelingkingnya ke jari Jessy.
"Aunty berangkat dulu ya sayang, sama mommy dulu sana," pinta Jessy sambil mencium kembali pipi Kenan yang begitu empuk.
"Uncle pinjam aunty Jessy dulu ya boy," ucap Elbey sambil mengacak gemas rambut hitam legam Kenan.
"Oce, awas ya, jangan campai lecet onty Kenan!" ancam Kenan kepada Elbey, sontak membuat Elbey tertawa keras.
"Siap child bos!" jawab Elbey.
Kenan mengangguk dan segera lari masuk ke dalam. Elbey menatap Jessy seraya mengajaknya berangkat. "Sudah siap tuan putri?" tanya Elbey dengan senyum tampannya.
Jessy terkekeh dan mengangguk. "Ayo pria tengil," jawab Jessy seraya berjalan mendahului Elbey yang menatapnya gemas.
"Gadis beracun," gumamnya seraya berjalan menyusul Jessy.
Elbey akan membawa Jessy ke puncak, karena memang pada niat awalnya, Elbey menginginkan tempat yang sejuk untuk berduaan dengan Jessy. Banyak hal yang ingin Elbey bicarakan dengan Jessy disana.
"Kita mau kemana sih Bey? masih lama gak, gue kebelet nih!" ucap Jessy sambil meringis menahan buang air kecil.
"Kita cari toilet umum, sebentar," ujar Elbey sambil mencari minimarket terdekat.
Mobil Elbey masuk ke area parkiran minimarket, dengan tidak sabaran Jessy segera keluar dan berlari kecil ke dalam minimarket tersebut, rasanya sudah tidak tahan menahannya. Elbey yang melihat Jessy berlarian seketika dibuat mendengus, dan geleng-geleng kepala.
"Ceroboh," ucap Elbey dan segera keluar menyusul Jessy yang sudah ngancir terlebih dahulu.
Elbey membeli air minum dingin dan beberapa Snack untuk Jessy, biasanya ibu hamil lebih suka nyemil dari pada makan nasi.
Elbey cukup paham dengan ucapan dokter mesum kemarin, dirinya harus sering-sering memanjakan lidah Jessy, dengan makanan-makanan yang membuat dia dan calon bayinya kenyang.
Saat Jessy keluar dari toilet, tidak sengaja berpapasan dengan Arka yang sedang memilih soft drink di cooler minuman.
Arka sempat terkejut, namun dia tidak menyia-nyiakan kesempatan keduanya mendekati Jessy setelah acara reuni Akbar lalu. "Jess, sendirian?" tanya Arka basa-basi.
"Heii, lagi sama teman," jawab Jessy kikuk.
Tidak mungkin Jessy bilang bahwa dirinya kesini dengan Elbey, bisa di pingsan nanti Arka mendengarnya. Jessy pikir Elbey sedang menunggunya di mobil, karena itulah dia berani mengatakan bahwa sedang ke minimarket bersama teman.
"Gue boleh minta nomer ponsel lo, kemarin pas di reuni Akbar gue cari lo udah pergi, belum sempat tukeran nomor ponsel," pinta Arka sekaligus terang-terangan mendekati Jessy saat ini.
Jessy mengangguk dan tersenyum terpaksa, yang terpenting saat ini adalah dirinya harus segera pergi meninggalkan minimarket. Bisa gawat kalau sampai Arka mengetahui dirinya datang dengan Elbey.
Jessy kemudian mengambil ponselnya dan saling bertukar nomor dengan Arka.
Sungguh sangat sial, ternyata dari kejauhan Elbey tengah mengepalkan tangannya kuat. Darahnya mendidih melihat Jessy yang dengan beraninya berdekatan dengan Arka. Jelas-jelas Jessy dan dia akan menikah beberapa hari lagi, Elbey segera pergi dan membayar barang belanjaannya.
Lebih baik Elbey menunggu Jessy di dalam mobil, dan segera memberi pelajaran kepadanya. Melihat Jessy berdekatan dengan Arka, membuat badannya seketika dilanda Hareudang!.
"Gue duluan ya, udah di tunggu," pamit Jessy seraya pergi meninggalkan Arka yang belum sempat membalas ucapannya.
Arka hanya tersenyum dan menatap punggung Jessy yang sudah semakin tidak kelihatan.
"Gue harus dapetin lo Jess, dulu gue memang terlalu munafik, tapi sekarang gue sadar, cinta memang harus di kejar dan di perjuangkan," gumam Arka sambil tersenyum penuh makna.
Sementara Jessy, kini dirinya kembali berlari kecil keluar dari minimarket dan segera masuk ke dalam mobil Elbey.
"Ahhh...leganya," cicitnya sambil mengusap lega dadanya.
Elbey tersenyum kecut dan segera menatap Jessy dengan tatapan tajam. "Sudah pendekatannya," sindir Elbey tanpa melepas tatapan tajamnya.
Jessy menautkan alisnya bingung dengan ucapan Elbey barusan. "Maksut lo apa?" tanya Jessy kebingungan.
"Jangan pikir gue bodoh Jess, gue tau apa yang lo lakukan di dalam tadi," jelas Elbey.
Deg!
Jadi, selama dirinya di dalam minimarket tadi Elbey membuntutinya. Jika memang iya, berarti Elbey mendengarkan semua ucapan dirinya dan Arka.
'Mampus' batin Jessy.
Jessy tersenyum canggung, dan berniat memunggui Elbey menghadap ke luar kaca mobil. Bukan Elbey namanya jika tidak bisa menyudutkan Jessy sekarang ini.
Elbey menarik lengan Jessy, sehingga membuat dia terpaksa menghadap ke arah kembali. "Mana ponsel lo?!" tanya Elbey sekaligus meminta ponsel Jessy.
Jessy mendelik menatap Elbey penuh curiga. "Buat?" beo-nya kepada Elbey.
"Lo mau serahin ponsel lo, atau kita nginep di hotel malam ini," telak Elbey kepada Jessy dengan ucapan yang dingin dan tidak main-main.
Jessy semakin melebarkan kelopak matanya dan mencebik kesal. "Iya bentar, gak usah natap gue segitunya dong!" cicit Jessy yang kini menciut karena ucapan sekaligus ancaman untuknya.
Jessy dengan kesal dan malas memberikan ponselnya ke Elbey, bibirnya tidak berhenti menggerutu pelan.
"Password," ucap Elbey tanpa memberikan ponsel milik Jessy kepadanya.
"Sini, ini privasi Bey!" ucap Jessy ketus.
"Gak ada privasi di antara kita, bahkan gue sudah tau semua bentuk privasi dalam diri lo," jelas Elbey dengan seringai wajahnya.
Elbey mendengus kesal dengan makhluk tampan di sebelahnya saat ini. "Mulut tengil," umpat Jessy tetap tidak ingin memberikan password ponselnya.