Chereads / Married With Rival / Chapter 8 - Bab 8. Malam Panas (Jessy dan Elbey)!

Chapter 8 - Bab 8. Malam Panas (Jessy dan Elbey)!

Setelah kedua sahabatnya pergi, Elbey mendekatkan dirinya mendekati Jessy yang tengah meringkuk dan mencakar badannya yang terasa panas.

"Jess! gu-e boleh membantu lo?" tanya Elbey dengan perasaan berdebar-debar.

Jeselyn mendongakkan wajahnya menatap wajah tampan Elbey di depannya. Belum sempat Jeselyn menjawab, Elbey sudah terlebih dahulu membungkam bibir sensual milik Jessy dengan lembut.

Bagai menemukan penawar obat, Jessy yang memang belum pernah melakukan ciuman, dengan terengah-engah mengimbangi permainan Elbey.

"Lo yang pertama memberi warna di bibir gue Jess" bisik Elbey dengan suara seraknya.

"Gue harap lo tidak menyesal setelah ini" imbuh Elbey yang kini kembali membenamkan bibirnya ke bibir kenyal milik Jessy.

Seakan Elbey tidak mau memberi luka di malam panasnya dengan Jessy, Elbey melakukan pemanasan dengan sangat lembut dan menuntun.

Untuk yang pertama kalinya, Jessy mengeluarkan suara desa*an dari bibir seksinya.

"Bey!" des*h Jessy sambil meremas rambut hitam legam milik Elbey.

Elbey kini lebih berani bermain nakal menuruni leher jenjang Jessy. Dengan sedikit berdebar-debar dan gugup, Elbey membuka tali dress milik Jessy. Dan terpampanglah dua aset melon kembar milik Jessy yang masih ranum.

'Ini benar-benar gila! shiit!' umpat Elbey di dalam hatinya.

Dengan tidak sabaran Bey mengusap dan mengendus aset kembar milik Jessy yang masih terbungkus bra renda warna hitam dengan belahan yang sedikit menyumbul keluar.

"Ini indah Jess" ucap Elbey sambil menatap ingin ke dua aset kembar milik Jessy.

"Lakukan!" pinta Jessy.

Elbey bermain-main di benda kenyal dan menggoda milik Jessy yang sangat pas di tangannya. beberapa kali Jessy harus di buat kuwalahan karena Elbey begitu tidak sabaran bermain di atas dadanya.

"Emmmphh" Leng*han dari bibir seksi Jessy seakan membuat ga*rah Elbey semakin terbakar.

Saat ini Elbey dan Jessy tidak bisa mimikirkan apapun, keduanya sama-sama butuh pelepasan untuk menuntaskan kabut gair*h yang sudah mencapai di ubun-ubun.

"Gue akan lakukan pelan-pelan" ucap Elbey seraya melucuti semua pakaian yang melekat pada tubuh Jessy.

Jessy sudah tidak bisa merasakan malu lagi, masa bodoh saat ini dengan urat malunya. Dirinya hanya butuh kli-maksnya.

Elbey beberapa kali di buat menelan ludahnya susah payah. Melihat bawahan Jessy yang sangat mulus dan terawat. Elbey segera membuka seluruh pakaian yang melekat pada tubuhnya.

Kini mata mereka saling bersitatap menyelami keyakinannya masing-masing. "lo siap?" tanya Elbey dengan mata yang sudah di penuhi kabut napsu.

Jessy mengangguk mantap dengan mata sayu-nya. "Pelan-pelan" pinta Jessy dan di jawab dengan anggukan kepala dari Elbey.

Elbey kembali memberikan sentuhan-sentuhan kecilnya di bibir dan ceruk leher Jessy agar tidak membuat dirinya tegang. Bahkan, kini seluruh tubuh Jessy yang terbaring molek tidak lagi mulus, banyak bercak-bercak merah bertebaran di seluruh tubuh putih mulusnya.

Elbey membuka pembungkus terakhir badannya dan mengeluarkan senjata Laras tajamnya. Mata Jessy membelalak kala melihat milik Elbey yang mirip seperti rudal balistik Afrika!

"Bey! ke-napa milik-mu besar se-kali, seperti rudal" cicit Jessy sambil menggeleng pelan.

Elbey mendelik, bisa-bisanya dalam saat genting seperti ini, Jessy masih bisa berfikir tentang senjatanya yang mirip Rudal.

"janji akan pelan-pelan" janji Elbey.

"Gue takut! lebih baik lo bawa gue ke bawah shower Bey!" pinta Jessy memohon.

Enak saja! yang benar saja Jessy mengatakan seperti itu kepadanya!. Mengapa tidak dari awal tadi saja Jessy memintanya untuk membawanya ke kamar mandi.

Sudah kepala tanggung. Elbey menginginkan Jessy saat ini. Bahkan jika kecebong unggulnya akan tumbuh di dalam rahim Jessy, Elbey siap untuk bertanggung jawab.

"Lo sama aja sekarang mau bunuh gue secara perlahan-lahan Jess"

Setelah mengatakan ucapannya, Elbey segera melesakkan senjatanya ke milik Jessy yang benar-benar sangat sempit.

"Sakit Bey!" rintih Jessy sambil mencengkram seprei di sampingnya.

"Lo bisa gigit gue atau cakar gue Jess" bisik Elbey sambil mengarahkan kedua tangan Jessy untuk mencengkram bahunya.

Dan benar saja, Punggung dan bahu Elbey terasa perih dan panas karena cakaran dari kuku yang tidak berdosa milik Jessy.

Setelah beberapa kali berusaha, akhirnya Elbey berhasil membobol pertahanan Jessy yang selama ini benar-benar dia jaga.

'Gue hancur' lirih Jessy sambil meneteskan air matanya, antara sakit perih dan hancur hatinya melebur menjadi satu saat ini di dalam kamar VVIP yang tidak pernah dia lupakan.

Elbey mengecup pelan dahi Jessy saat telah mengambil mahkota berharga yang ada pada gadis cantik di bawah kungkungannya saat ini.

"Thank! ini gak akan pernah gue lupa" lirih Elbey.

Dan saat inilah permainan yang sesungguhnya, setelah Jessy merasakan sakit dan perih, kini surga dunia itu benar-benar tengah dia rasakan bersama Elbey setelah sakit yang amat luar biasa dia rasakan.

"Jess! you are mine!" ucap Elbey sambil memacu milikknya dengan cepat.

"Emppph Bey! lebih cepat!" pinta Jessy kepada Elbey dengan mata yang terpejam.

Elbey bisa melihat wajah dan tubuh polos Jessy yang saat ini sedang berada di bawah kendalinya. Bahkan wajah Jessy berkali-kali lebih cantik dan seksi saat sedang merancau dan Mendes*h hebat karena ulahnya.

"Arghhhh...." terdengar suara erang*n dari keduanya setelah sama-sama berhasil mendapat pelepas*nnya.

Elbey ambruk di atas tubuh polos Jessy. napas mereka sama-sama saling memburu. Bahkan keduanya melakukan hubungan terlarang lagi selang beberapa jam yang lalu.

Jessy tengah terlelap di dalam dekapan Elbey. Entah apa yang akan terjadi besok pagi setelah keduanya terbangun.

Sang mentari telah berada di ufuk timur. Suara kicauan burung gereja tengan bersautan di atas atap. Jauh dari kata keramaian dan kebisingan Elbey dan Jessy masih asyik dengan kehangatan yang baru tadi malam mereka ciptakan.

Jessy mengerjapkan matanya pelan. Matanya menatap laki-laki tampan yang sedang berada di sampingnya sambil memeluknya erat.

Deg!

'Gue gak berhak marah sama lo Bey! semua ini atas dasar permintaan gue sendiri! setelah ini, gue akan pergi jauh...thank untuk tadi malam, lo melakukannya dengan penuh perasaan' ucap Jessy di dalam hatinya di iringi dengan tetasan air mata yang keluar dari sudut matanya.

Jessy turun dengan pelan-pelan sambil memunguti pakaiannya yang berserakan. Dengan rasa perih dan nyeri yang masih dia rasakan di sela-sela pangkalnya, Jessy meninggalkan Elbey yang masih tidur dengan tubuh polosnya di atas ranjang.

Selang beberapa menit Elbey membuka matanya dan tidak mendapati Jessy di sebelahnya. Tangannya mengepal kuat, dadanya bergemuruh, Jessy benar-benar meninggalkan dirinya setelah apa yang terjadi tadi malam di antara mereka berdua.

'Apa lo hanya menganggap ini sebagai One night stand saja Jess!' geram Elbey sambil meninju dinding di dalam kamar mandi menggunakan tangannya dengan kuat.

Setelah selesai mendinginkan kepalanya, Elbey memakai kembali pakaiannya yang kemarin malam masih berceceran di atas lantai, tanpa sengaja, matanya menatap seprei putih dengan noda merah, yang sudah mengering menempel di atas sana.

"Gue harus bicara dengan lo Jess ," gumam Elbey dengan penuh tekat.