Chereads / Married With Rival / Chapter 7 - Bab 7. Menuju malam..

Chapter 7 - Bab 7. Menuju malam..

Elbey berjalan menghampiri meja Jessy, baru saja dirinya berdiri di samping meja Jessy. Gadis tersebut sudah menatapnya nyalang.

"Mau apa lo!" ketus Jessy.

Elbey mengarahkan matanya ke arah ponselnya, bola mata Jessy mengikuti arah mata Elbey menunjuk ke layar pipih di tangannya.

"Onty....huwa...." tangis Kenan pecah saat mendengar suara Jessy.

Dengan cepat Jessy merebut ponsel milik Elbey. "Bayi embul onty kenapa?! kenapa menangis boy?" panik Jessy saat melihat Kenan menangis dengan keras.

"Onty pelgi lagi ke lual negeli ninggalin Ken? gak boleh! kata Omma onty pelgi sama uncel Ebey!"

"Sayang dengerin aunty ya, aunty sekarang sedang ada urusan, nanti kalau aunty sudah selesai, aunty pulang ya sayang" jelas Jessy kepada Kenan.

"Onty gak cedang bobok cama uncel Ebey kan onty!" selidik Kenan menatap Jessy cemberut.

Jessy yang mendapat pertanyaaan menggelitik hatinya tiba-tiba tersedak salivanya sendiri dan terbatuk-batuk.

"Minum Jess" ucap Elbey seraya memberikan minuman yang pelayan berikan barusan kepadanya.

Jeng

Jeng

Pelayan tersebut melotot melihat Elbey memberikan minumannya kepada gadis cantik yang sedang Elbey berjalan menghampiri meja Jessy, baru saja dirinya berdiri di samping meja Jessy. Gadis tersebut sudah menatapnya nyalang.

"Mau apa lo!" ketus Jessy.

Elbey mengarahkan matanya ke arah ponselnya, bola mata Jessy mengikuti arah mata Elbey menunjuk ke layar pipih di tangannya.

"Onty....huwa...." tangis Kenan pecah saat mendengar suara Jessy.

Dengan cepat Jessy merebut ponsel milik Elbey. "Bayi embul onty kenapa?! kenapa menangis boy?" panik Jessy saat melihat duduk di depannya.

Karena Jessy memang benar-benar membutuhkan air saat ini, dengan sangat terpaksa Jessy meminum orange jus yang berada di tangan Elbey.

"Jangan panik dong Jess" ucap Yura sambil menepuk pelan punggung Jessy.

"Onty kenyapa?" tanya Kenan dengan mata yang sudah berkaca-kaca kembali.

Jessy menegak habis minuman di tangannya, setelahnya menggeleng pelan seraya tersenyum kepada Kenan.

"Onty gak papa sayang. Kenan sekarang bobok ya, besok Kenan bangun, aunty sudah di rumah, Oke!" bujuk Jessy seraya tersenyum manis ke arah Kenan.

"Iya onty, lope yu onty" ucap kenan dengan gaya cium jauhnya.

"Love you tou bayi embul aunty! more" balas Jessy sambil membalas cium jauh Kenan.

Setelah sambungan video call terputus, Jessy merasakan hawa panas menyerang tubuhnya.

"Kok badan gue berasa panas ya" ucap Jessy seraya mengembalikan ponsel Elbey.

"Guys! gue ke toilet sebentar" pamit Jessy dan di angguki kedua sahabatnya.

"Mau kita temenin?" tawar Ines.

"Enggak usah, gue cuma bentar" tolak Jessy seraya mengusap tengkuknya yang meremang.

'Astaga gue kenapa' batin Jessy panik.

Jessy berjalan dengan terburu-buru ke arah toilet, dan di sudut kelab sana, Loly tengah membisikkan sesuatu kepada laki-laki yang sedang menjalankan rencana keduanya sesuai permintaan Loly.

"Gue harap kali ini lo nggak gagal!"

"Gue udah sewa kamar hotel mahal buat lo malam ini, jangan sia-siakan kesempatan lo untuk malam panas ini bersama gadis tadi, paham!" jelas Loly kepada laki-laki di sampingnya.

"Nona tenang saja, kalau yang satu ini saya tidak akan gagal, ini rejeki paling mujur di sepanjang hidup saya" balas laki-laki tsb.

"Cepet sana pergi!"

Roni yang baru saja dari toilet tidak sengaja mendengar ucapan Loly, langkah lebarnya segera bergegas mencari Elbey. Bagaimanapun Elbey masih bau kerabat dengan Jessy. Roni tahu itu.

"Bey...Elbey!" teriak Roni dengan wajah pias dan pucatnya.

"Kenapa?" tanya Elbey sambil menatap Roni penasaran.

Roni membisikkan sesuatu di telinga Elbey, seketika membuat tangannya mengepal kuat dan meninggalkan Roni yang belum selesai menjelaskan kelanjutan ceritanya.

"Tuh gadis emang licik banget! ngidam apa emaknya dulu pas bunting!" gumam Roni sambil geleng-geleng kepala tidak habis pikir.

Elbey setengah berlari mencari keberadaan Jessy saat ini. Pikirannya benar-benar kalut, walau sebenci bagaimanapun dirinya kepada Jessy, tapi Elbey tidak akan membiarkan siapapun menyentuh dan melukai Jessy. Baginya, meskipun Jessy sudah benci kepadanya, tapi di dalam hati Elbey, Elbey masih menganggap Jessy adalah gadis kecilnya.

"Jess! lo dimana?! please jangan bikin gue khawatir" gumam Elbey dengan nada penuh dengan kecemasan.

Elbey memeriksa semua lorong toilet, namun tidak menemukan Jessy. Hingga sayup-sayup terdengar saat langkah kakinya melewati ruang suit room VVIP.

"Panas...panas...Arghh...ini panas" rancau Jessy dari dalam kamar suit room tsb.

"Tenanglah cantik, aku akan membuatmu terbang, sebentar lagi panas di tubuhmu akan berubah menjadi rasa nikmat" terdengar suara laki-laki yang sedang berusaha mendekati Jessy.

"Jangan mendekat! pergi. Arghhh....ini panas sekali"

Elbey mengepalkan tangannya kuat-kuat dan menarik kancing kemejanya yang tiba-tiba saja seperti sedang mencekiknya.

Brak!

Dengan satu kali dorongan, Elbey berhasil membuka pintu kamar VVIP tsb. Terlihat pria yang tadi memberikan minum untuknya, kini sedang mencoba menyentuh tubuh Jessy yang sudah meringkung di sudut ranjang.

"Jessy!" geram Elbey menatap laki-laki hidung belang di depannya.

Bug!

Bug!

Bug!

Elbey memukuli wajah laki-laki tersebut dengan membabi buta. Tanpa ampun, Elbey menghajar habis wajah laki-laki di depannya yang sudah berani menjebak dirinya dan Jessy.

"Katakan! siapa yang sudah menyuruhmu bangsatt!"

Bug!

"Am-pu-n tuan, ampun!" mohon laki-laki tersebut kepada Elbey.

"Sampai mati pun kau tidak akan pernah ku lepaskan! siapa yang berani menyuruhmu untuk menyentuh Jeselynku hah!" teriak Elbey menggema di room VVIP milik kelab malam Sean.

Deg!

Jeselyn masih bisa mendengar dengan jelas ucapan Elbey barusan. Tiba-tiba perasaanya sakit, sakit untuk semua waktu yang selama ini begitu mempermainkan dirinya dan Elbey. Hanya Jeselyn dan Elbey yang tahu pokok permasalahannya.

"Sa-ya di suruh non-a Lo-ly tuan!" jawab laki-laki tersebut sambil memohon ampun.

"Bey!" teriak kedua sahabatnya melihat Elbey yang tengah menghajar laki-laki di cengkeramannya.

"Kenapa jadi seperti ini astaga!" pekik Leo sambil menutup mulutnya.

"Panas! Bey tolong gue...gue nggak kuat!" pinta Jessy dengan menatapnya memohon.

Elbey melepaskan laki-laki tersebut dan menutupi tubuh Jessy menggunakan jaketnya.

"Jess! lo bisa, gue bakalan cari cara supaya lo bisa terbebas dari obat laknat ini!" ucap Elbey menenangkan Jessy.

Jessy tersenyum getir dan menggeleng. "Gue lulusan kedokteran Bey! gue paham dengan apa yang sedang gue alami," ucap Jessy dengan tangan yang memeluk tubuhnya erat.

"Gue bisa mati Bey" lirih Jessy sambil menggigit bibir bawahnya hingga berdarah.

Elbey benar-benar di buat bingung dan bimbang saat ini, di satu sisi dirinya tidak mau melakukan hal terlarang tersebut karena di bawah paksaan obat terlarang. Namun di sisi lainnya, Elbey juga tidak sanggup melihat Jessy yang melukai dirinya sendiri seperti ini.

Elbey menoleh ke arah kedua sahabatnya. "Bawa dia pergi! jangan sampai ada yang tau kejadian ini" pinta Elbey kepada Leo dan Farell.

Kedua sahabatnya mengangguk. "Lo gak perlu khawatir, Kita bakalan beresin sampah biadab ini! yang harus lo pikir adalah kebaikan Jessy! gue yakin lo bisa" ucap Leo dengan ekspresi iba sekaligus gamblang.

Leo menatap nanar ke arah Jessy, sementara Elbey saat ini juga tengah mempersiapkan mentalnya untuk mengambil langkah hidupnya.