Teman-temannya hanya membalas perkataan Rain dengan cengiran bodoh mereka.
"Ya lagian, gak ada angin gak ada hujan berangkat pagi-pagi, bawa mobil, biasanya disuruh bawa mobil aja susah! Perlu ribut dulu baru mau bawa!" Gavin sudah menatap Rain dengan tatapan malas.
"Terus? Mobil juga mobil aku. Ribet kamu pada!" Rain sudah beranjak dari sofa, berjalan meninggalkan mereka berempat
Perkataan Rain barusan berhasil membuat mereka bertiga menggelengkan kepala.
"Teman kamu tuh?" tanya Gavin.
Nando hanya menggeleng, "Bukan, gak kenal juga aku."
"Udah ah, kantin juga. Siapa tahu ditraktir sama Mas Rain." Bara sudah berjalan meninggalkan mereka bertiga dengan pinggang yang dilenggak-lenggokkan.
"Stress." Dion hanya menghela nafasnya pelan, lelah punya teman tidak ada yang waras.
Akhirnya mereka bertiga memutuskan untuk tetap tinggal di rooftop, karena sudah malas ke kantin yang sudah ramai pastinya di jam segini.
***
Siang ini Iris memutuskan untuk makan di kantin karena perutnya yang sudah meronta-ronta, lapar ditambah lagi kejadiannya tadi dengan Andin yang katanya merupakan kakak kelasnya itu cukup menarik perhatian satu SMA Wellington.
Iris sudah memesan semangkuk bakso dan membawanya ke salah satu meja di kantin. Ketiga temannya yang lain tidak ikut karena sibuk menyalin tugas geografi miliknya.
Ketika sedang asik menikmati baksonya itu, tiba-tiba perhatiannya teralihkan karena teriakan-teriakan yang berasal dari para siswi, penyebabnya jelas karena ke dua orang yang baru saja memasuki kawasan kantin SMA Wellington, Rain dan Bara.
Iris mendengus kesal ketika melihat wajah Rain, 'INI ORANG LAGI! KENAPA SIH LIHAT DIA MULU? CAPEK AKU!' keluhnya dalam hati.
Ia pun memilih untuk kembali mengalihkan perhatiannya ke mangkuk bakso yang menurutnya lebih enak dipandang dari pada Rain.
Rain yang melihat Iris duduk sendirian pun segera mendekati meja gadis itu dan duduk di seberangnya, diikuti Bara di sampingnya, "Eh bocil lagi makan bakso." Iris hanya memutarkan kedua bola matanya, malas.
"Bocil..." panggil Rain.
"Kamu kenapa jadi sering gangguin aku sih?!" Iris sudah bertanya dengan nada yang sangat amat tidak bersahabat.
Rain mengeluarkan seringainya, "Karena aku pengen aja."
"Kamu gak tahu aja fans kamu gila! Ngelarang aku buat dekat-dekat sama kamu, padahal mah bukan aku yang dekat-dekat!" ucap Iris ketus.
Rain hanya tertawa pelan, "Diemin aja, gak ngurus juga aku."
Iris hanya mendengus, lalu kembali berfokus pada baksonya.
"Aku cari makan dulu. Kamu-," Rain menunjuk Bara yang sedari tadi memperhatikan mereka berdua bingung, "Jangan banyak tingkah!" lalu Bara dapat merasakan pukulan di kepalanya, tentunya berasal dari Rain yang sudah berjalan meninggalkan mereka berdua.
"BANGSAT KAMU Rain!" teriak Bara, tentunya tidak digubris oleh Rain.
Tidak ada pembicaraan antara Bara dan Iris. Mereka hanya berdiam diri, yang satu fokus dengan makanannya dan yang satunya fokus dengan ponsel di tangannya.
Tiba-tiba Iris teringat sesuatu, "Kak Bara!"
"Ape?" balas Bara yang masih sibuk dengan game di ponselnya itu.
"Kamu tahu si Kak Rain suka balapan?"
"Ya tahu lah! Aku selalu nontonin dia balapan, ya kali gak tahu." jawaban Bara membuat kedua mata Iris berbinar, 'Akhirnya!!'
"Aku minta tolong dong! Mau gak nolongin aku?" ucapan Iris barusan berhasil menarik perhatian Bara.
"Tolongin apaan?"
"Aku mau nonton balapan sekali-kali, tapi ketua kamu itu pelit banget! Kasih tahu aku tempatnya aja dimana biar aku bisa dateng, tapi jangan bilang-bilang Kak Rain! Mau ya?" Iris sudah memasang wajah melasnya sembari menangkupkan kedua tangannya, memohon.
"Ah kalau Rain udah gak ngasih mah gak mau aku." Bara menggelengkan kepalanya pelan, dari pada kena amukan Rain.
"Aku gak bakalan bilang tahu dari kamu, ayolah..." wajah Iris semakin memelas.
"Gak mau ya Iris!"
"Parah kamu ya Kak Bara!" Iris sudah menampilkan ekspresi sedihnya, berharap Bara akan luluh.
Bara tidak tega melihat ekspresi Iris seperti itu, "Ya udah, ntar aku yang share location, malam ini Rain ada tanding. Pokoknya kamu sampai di tempat langsung hubungin aku, bahaya soalnya." gotcha! Sesuai perkiraan Iris, Bara akan luluh dengan ekspresi sedihnya itu.
"Nah gitu dong! Thanks Kak! Kamu terbaik dah!" Iris sudah mengeluarkan dua jempolnya.
"Ngomongin apaan kamu berdua?" tiba-tiba suara datar menginterupsi, Rain sudah kembali dengan sepiring nasi goreng Bu Mumun di tangannya.
"Bukan apa-apa kok!" Iris sudah mengeluarkan cengirannya lalu mengkode Bara dengan kedipan matanya, 'Jangan bocor!'
Bara hanya mengendikkan bahunya dan kembali berfokus pada ponselnya, sedangkan Rain sudah menatap mereka curiga.
***
Malam ini pertandingan antara Rain dan Satria akan berlangsung di tempat biasanya. Bara sudah mengirimkan lokasi ke line Iris.
Iris Nathania
Bara Aswanta
Send Location
Jam 1
Iris Nathania
Manteeeppp!
Thankyouuuu Kak Bara ganteng
"Ada maunya aja kamu ganteng-gantengin aku." ucap Bara pelan tapi berhasil menarik perhatian Gavin di sampingnya, mereka sedang berkumpul di markas sebelum mendatangi lokasi pertandingan.
Gavin sudah mengintip ponsel yang dipegang Bara dan melongo melihat nama yang terpampang disana, "Gila-gila mau nikung Rain kamu?!" yang langsung dihadapi pukulan di kepalanya dari Bara, "Sshh, sakit anjing!" Gavin sudah mengelus kepalanya yang tadi menjadi sasaran empuk Bara.
"Nikung pala kamu!"
"Lah terus itu? Personal chat segala sama Iris, gila kamu bisa diamuk Rain!"
"Dia minta tolong aku bego, mau nonton balapan Rain." ucapan Bara hanya dibalas anggukan oleh Gavin.
"Lah terus ngapain minta kamu? Dia kan bisa minta langsung sama Rain?"
"Rain gak ngasih."
Gavin memukul kepala Bara, "Terus kenapa kamu kasih tolol?!"
Bara sudah mengelus kepalanya sembari meringis kesakitan, "Anjing kamu, bego aku lama-lama dipukul mulu nih kepala! Ya aku kasian tadi mukanya udah melas banget makanya aku kasih!"
"Ya tetap aja tolol kamu! Kalau ketahuan sama Rain, abis kamu sumpah!"
Ucapan Gavin tadi berhasil membuatnya membeku, "Iya ya, benar juga kamu."
"Urusan kamu sama Rain dah, aku gak ikut-ikutan. Bye Bara! Semoga gak diamuk Rain!" Gavin sudah melambaikan tangannya sembari meninggalkan Bara yang masih duduk terpaku.
"Aduh mampus aku." Bara sudah menepuk keningnya sendiri.
***
Waktu sudah menunjukkan pukul setengah 1 malam, pertandingan Rain sebentar lagi akan dimulai. Iris sudah selesai bersiap-siap dan akan menuju lokasi yang diberikan oleh Bara, ia turun lewat balkon dengan tangga yang sudah ia siapkan karena kalau lewat pintu depan, pasti akan ketahuan.
Iris sudah mengendap-endap, ia menggunakan ojek online agar lebih cepat sampai karena lokasi yang dituju lumayan jauh dari rumahnya.
Membutuhkan waktu 40 menit untuk sampai di tempat yang sudah ramai dikelilingi oleh banyak orang, asap rokok sudah mengebul dimana-mana. Ia mengingat pesan Bara tadi, sesampainya disana langsung menelepon pria itu.
Bara tidak mengangkat teleponnya sama sekali.
"Nih orang suruh telepon tapi handphone-nya aja gak bisa dihubungin!" Iris sudah mendengus kesal.
Perhatiannya teralihkan pada teriakan-teriakan yang berasal dari kerumunan di depannya.
"Rain!"