Iris terbangun dari tidurnya, mengambil ponsel yang berada di atas nakas samping ranjang, melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 4 dini hari. Ia langsung bangkit dari tidurnya, Iris harus membangunkan Rain sekarang karena ia harus sudah sampai di rumah sebelum jam 5 pagi agar tidak ketahuan keluarganya. Bundanya biasa bangun pukul 5 atau 6 pagi.
Iris langsung melangkah mendekati Rain yang sedang tertidur dengan posisi tengkurap, berjongkok di samping tubuh pria itu, "Kak Rain," Iris sudah mencolek lengan Rain.
Tidak ada respon apa pun yang dikeluarkan oleh pria itu, "Kak Rain, bangun." Iris mulai menggoyangkan tubuh Rain pelan, berharap pria itu akan bangun, tetapi masih sama. Tidak ada pergerakan apa pun yang dikeluarkan oleh Rain, 'Gila kebo banget?!' ucap Iris dalam hati.
Iris memperhatikan wajah pria yang masih tertidur dengan lelapnya itu. Manik mata berwarna hijau yang selalu memandang orang dengan tajam, membuat orang yang beradu tatap dengannya merasa terintimidasi itu masih tertutup dengan rapat. Garis wajahnya yang tegas membuat orang-orang merasa segan dengannya, "Ganteng sih. Sayangnya ngeselin banget!"
Iris kembali teringat apa yang harus ia lakukan sekarang, "Kak Rain bangun ih! Katanya mau nganterin pulang?!" Iris mulai menusuk-nusuk pipi Rain dengan jari telunjuknya.
Tusukan yang berasal dari pipinya berhasil membuat Rain terganggu, "Hmm? Apaan?" suara serak khas bangun tidurnya keluar.
"Katanya kamu mau nganterin aku balik?" pertanyaan Iris tidak mendapat jawaban apa pun. Pria di hadapannya kembali tertidur.
Iris menghembuskan napasnya, kesal, ia pun mulai berancang-ancang mendekati telinga Rain, mau tidak mau ia harus melakukan ini, "IH KAK Rain! BANGUNNN!"
Teriakan pada telinganya berhasil membuat Rain meringis, "Sshh-, apa sih?!" Rain langsung merubah posisinya dari tengkurap menjadi duduk, mengusap telinganya yang berdengung akibat teriakan gadis di depannya ini yang sangat kencang.
Iris hanya mengeluarkan cengirannya, "Ayo anterin aku balik."
"Masih jam berapa ini Iris? Mending tidur lagi."
"Udah jam 4 lewat ih, ayoooo!" Iris sudah mengayunkan lengan Rain.
"Aku baru tidur 2 jam. 30 menit lagi deh ya?" Rain sudah beranjak, lalu menaiki ranjang dan membaringkan tubuhnya.
Iris yang melihat itu hanya melongo, "Kan abis anterin aku balik bisa tidur lagi."
Iris hanya mendengus kesal melihat Rain yang sudah kembali tertidur. Akhirnya gadis itu memutuskan untuk ke kamar mandi, sekadar mencuci muka dan menggosok giginya. Untung saja di toilet Rain memiliki persediaan sikat gigi baru yang lumayan banyak.
Setelah merapihkan dirinya, Iris pun berjalan mendekati ranjang. Ia melirik Rain yang masih tertidur dengan nyenyaknya, waktu sudah menunjukkan pukul setengah 5, tepat 30 menit sudah Rain tertidur.
"Kak, udah setengah jam ini!" Rain mengguncangkan bahu Rain pelan. Tidak ada respon apa pun.
"Kak Rain! Bangun!" Iris mulai menarik-narik lengan Rain.
Tarikan pada lengannya berhasil mengusik Rain, ia pun berdecak kesal, ia baru saja memejamkan kedua matanya, mengapa harus diusik terus?
"Kak Rain! Bangun- EH WOI!" ucapan Iris terputus karena tiba-tiba ia merasa lengannya ditarik, wajahnya langsung bertubrukan dengan dada bidang pria itu. Ia merasakan ada lengan yang melingkar pada punggungnya, membuat darahnya berdesir, jantungnya berdegup cukup kencang sekarang.
Rain memeluknya.
"Sebentar lagi," Rain kembali memejamkan kedua matanya, "5 menit aja." pria itu semakin mengeratkan pelukannya pada Iris.
Iris yang berada di pelukan Rain masih tidak berkutik sama sekali, bingung dan gugup sudah melingkupi dirinya. Iris dapat mendengar degup jantung Rain yang beraturan karena saking dekatnya posisi mereka sekarang, berbeda dengan degup jantungnya yang sudah tidak karuan. Satu sisi ia merasa gugup, satu sisi juga ia merasa nyaman berada di pelukan Rain.
Ketika ia masih berfokus dengan berbagai pikiran-pikiran yang bergumul di otaknya, tiba-tiba saja Iris mendengar teriakan yang berasal dari pintu, "ANJIR?!"
Teriakan tadi berhasil membuat Iris kaget dan tersadar, ia langsung mendorong tubuh Rain menjauh dari dirinya, gadis itu langsung terduduk di pinggir ranjang dan merapihkan rambutnya.
Gangguan itu berhasil membuat Rain kesal, tidak, bukan karena dorongan Iris. Melainkan karena teriakan yang berasal dari pintu itu, berhasil membuat Iris terkaget dan mendorong tubuhnya. Padahal pelukan mereka tadi membuat Rain merasa sangat nyaman. Rain sudah mengutuk siapa pun yang menganggu dirinya dengan Iris, ia sudah mengucapkan sumpah serapah dalam hatinya.
"Bentar aku liat." ucapan Rain hanya mendapat anggukan dari Iris karena gadis itu sekarang sedang memunggunginya.
Rain pun bangkit dari ranjang dan berjalan menuju pintu. Ketika ia membuka pintu besar itu, ia dapat melihat kedua temannya yang sangat amat menyebalkan, Gavin dan Bara, sedang berdebat dengan suara berbisik di depan pintunya, tidak menyadari keberadaan Rain.
"Ngapain kamu berdua?"
Gavin dan Bara yang mendengar suara seseorang yang sangat amat familiar bagi mereka pun langsung menoleh dan mendapati Rain sudah berdiri di hadapan mereka dengan satu tangan yang sudah bertengger pada pinggangnya.
Bara langsung mengeluarkan cengiran bodohnya, "Eh Rain..."
Gavin pun sama, "Rain, kok udah bangun kamu?"
Ucapan temannya tidak dihiraukan oleh Rain, "Kamu pada ngapain depan kamar aku? Ngintip?"
Pertanyaan Rain tidak mendapatkan respon apapun dari Gavin dan Bara, mereka berdua masih sibuk senggol-menyenggol, tidak berani menjawab pertanyaan Rain.
"Budek kamu pada?" nada suara sinis sudah keluar dari mulut si ketua Scorpio.
"Itu Rain....."
"Bara tadi mau ngintip kamu Rain!" ucapan Gavin berhasil membuat Bara melotot, mengapa jadi dirinya yang kena?
Bara langsung mendorong bahu Gavin, "Hah?! Kok aku?!"
"Lah?! Kan kamu yang nyebar gosip tadi!" Gavin balas mendorong bahu Bara.
"Dih?! Tapi kan tadi kamu yang mau ngintip duluan!" Bara sudah berkacak pinggang.
Rain yang sedari tadi memperhatikan mereka pun hanya menghela napasnya, kesal bercampur lelah.
"Bacot lah!" sentak Rain, berhasil membuat Gavin dan Bara bungkam.
"Kamu berdua kalau berani kayak gitu lagi, aku gantung di pohon depan markas!" ancaman Rain berhasil membuat mereka menelan ludah, cukup ngeri dengan ancaman Rain.
Rain langsung meninggalkan kedua temannya itu, kembali ke kamar.
"Anjir, gak lagi-lagi dah aku." ucap Gavin sembari memegangi lehernya, takut dengan ancaman Rain tadi.
Akhirnya mereka berdua memutuskan untuk turun kembali ke ruang tengah. Kedatangan mereka langsung disambut dengan tawa keras Reza.
"HAHAHA PASTI KETAHUAN KAN KAMU BERDUA?!" yang hanya dibalas dengan decakan oleh dua orang itu.
"Tuh gara-gara si Bara, segala teriak pas aku buka pintu!" Gavin sudah duduk di salah satu sofa di sana.
"Ya kan aku kaget." Bara mendudukan dirinya di lantai.
"Kaget kenapa kamu?" tanya Reza, penasaran.
"Kamu gak tau aja, si Rain sama Iris pelukan di ranjang!" Bara sudah memajukan wajahnya ditambah lagi dengan ekspresi julidnya keluar, persis seperti ibu-ibu yang suka bergosip.