Chereads / DIA GADIS POLOSKU / Chapter 49 - Kalian Berdua Ngapain?

Chapter 49 - Kalian Berdua Ngapain?

Gavin yang melihat Bara menuruni tangga langsung menyusulnya. Gavin langsung menangkup pipi Bara, memeriksa apa kah temannya ini selamat dari pukulan Rain atau tidak. Sedangkan Bara hanya memutarkan kedua bola matanya, malas.

"Kamu ngapain sih?" Bara sudah menepis tangan Gavin dari pipinya, lalu berjalan menuruni tangga.

"Rain gak ngamuk Jo?" Gavin sudah mengikuti langkah Bara dari belakang.

"Ya engga lah! Dia mana berani sama aku?!" ucap Bara, angkuh.

Gavin yang mendengar perkataan Bara langsung mendorongnya dari belakang, berhasil membuat Bara tersungkur di lantai, "Aku aduin kamu besok ke Rain!" Gavin langsung berlari meninggalkan Bara yang masih mengusap lengannya yang menabrak lantai,

"Gavin BANGSAT!"

****

Reza dan Dion baru saja selesai membereskan anggota Rampage. Setelah kemurkaan Rain tadi, mereka tidak berminat sama sekali untuk lanjut menghabiskan para anggota Rampage. Mereka melepaskan kelima orang tadi, membiarkannya keluar dari markas Scorpio karena mereka percaya kalau para anggota Rampage pasti sudah kapok setelah melihat amukan Rain tadi.

Sedangkan Gavin dan Bara sudah duduk asik di ruang tengah, ruangan yang biasa digunakan untuk bersantai ria bagi para anggota Scorpio. Mereka sudah berfokus pada playstation yang sedang mereka mainkan.

Gavin dan Bara paling malas kalau disuruh berurusan dengan hal-hal seperti itu. Mereka lebih memilih untuk melakukan aktivitas lain dari pada mengurus para manusia-manusia yang sudah berlumuran darah akibat kemurkaan Rain.

Reza dan Dion sudah duduk di sofa, tepat di belakang Gavin dan Bara yang sedang duduk di lantai. Anggota Scorpio yang lain sudah kembali ke rumah masing-masing mengingat kebanyakan dari mereka berasal dari sekolah yang berbeda.

Reza sudah memperhatikan sekelilingnya, tidak ada tanda-tanda keberadaan ketuanya itu, "Jo, tadi kamu dipanggil Rain kan?"

Bara yang masih berfokus pada layar televisi, tidak menghiraukan pertanyaan Reza, "Rom oper anjir!"

"Ah goblok deh Gavin!" Bara sudah melempar asal stick playstation nya.

Reza yang merasa tidak digubris, langsung menoyor kepala Bara, "Kamu yang goblok!"

Gavin yang melihat Reza menoyor kepala Bara tadi langsung tertawa keras. Dion pun ikut tertawa melihat kelakuan teman-temannya itu.

Bara langsung membalikkan posisi duduknya, menghadap Reza yang posisinya jauh lebih tinggi dari pada dirinya karena Reza yang duduk di sofa sedangkan Bara di lantai, "Apaan sih kamu?! Ada masalah apa sama aku?! Bilang deh! Kita selesaiin baik-baik Mas!" seperti biasa, Bara si drama king.

"Selesaiin mata kamu! Aku nanya gak dijawab, budek kamu?!" Reza sudah menatap sinis Bara.

"Kamu nanya apaan dah? Aku gak dengar." Bara sudah menggaruk pelipisnya, bingung.

Reza hanya menghembuskan nafasnya kasar, "Reza nanya kamu tadi dipanggil Rain kan?" akhirnya Dion menimbrung. Cukup kasihan dengan Reza yang sepertinya cukup lelah menanggapi kebodohan Bara.

"Oh, iya tadi aku dipanggil Rain. Kenapa?"

"Terus Rain nya kemana?"

"Tadi sih di kamar berduaan sama Iris. Lagi tidur bareng kali." ucap Bara santai sembari membalikkan posisi duduknya seperti semula, menghadap ke arah televisi.

Perkataan Bara cukup membuat Reza, Gavin, dan Dion melotot kaget, "Apa tadi kamu bilang?" Gavin sudah memegang erat bahu Bara.

"Tidur bareng, budekkk!" Bara menepis tangan Gavin yang masih memegang bahunya tadi.

"Serius Jo?" tanya Dion.

"Lah ngapain aku boong? Emang dari tadi Rain ada di sini?" pertanyaan Bara berhasil membuat mereka percaya. Rain memang sudah tidak terlihat lagi setelah kejadian di ruang bawah tanah tadi.

"Anjir, anak perawan orang tuh! Kalau di apa-apain sama si Rain gimana?" Gavin sudah memikirkan berbagai kemungkinan yang bisa terjadi kepada kedua orang tersebut.

Reza menendang Gavin yang duduk tidak jauh darinya, "Gak lah! Kamu mikir jangan kejauhan bego."

"Lah namanya orang khilaf mah gak tahu aja kamu!"

"Rain gak setolol itu." ucapan Dion berhasil membuat mereka semua bungkam.

"Tapi kamu pada ngerasa gak sih?" Bara sudah membalikkan posisinya lagi kembali menghadap Reza.

Sekarang posisi mereka melingkar, sudah seperti kumpulan ibu-ibu yang suka gosip.

"Ngerasa apaan?" Gavin sudah memajukan wajahnya, penasaran.

Bara langsung menoyor kepala Gavin, membuat Gavin hampir terjungkal ke belakang, "Muka kamu jangan dekat-dekat bangsat! Napas kamu bau jengkol!"

"Kamu kali yang bau jengkol!"

"Ngerasa apaan Jo?" ulang Reza.

"Rain tuh kayaknya tertarik deh sama Iris? Kamu lihat aja dia bisa sepanik dan semurka itu. Baru pertama kali aku lihat dia bisa panik kayak gitu. Biasanya kan kamu tau lah? Pas Bimo dikeroyok aja dia mukanya masih santai ya walaupun ada kelihatan marah sedikit. Tapi pas Iris? Gila panik banget dia!" Bara menjelaskan panjang lebar yang disambut dengan anggukan dari Reza dan Gavin.

"Lah iya juga? Kalau kamu gak ngomong, gak nyadar aku..." ucap Gavin yang diiringi dengan anggukan setuju.

"Ah orang kayak Rain lagi bisa tertarik sama cewek? Ngelirik aja males." Reza sudah menyandarkan tubuhnya di sofa.

"Ya justru itu bego. Gak biasa-biasanya dia kayak gini. Gimana sih kamu?!" Bara sudah memandang Reza dengan sinis. Bingung dengan pemikiran Reza.

"Biarin aja lah." seperti biasa, Dion yang paling tidak peduli dengan sekitarnya.

Tiba-tiba perhatian mereka teralih pada Gavin yang sudah berdiri dari tempatnya.

"Mau kemana kamu?"

"Mau ngintip Rain lah!" ucapan Gavin berhasil membuat Reza dan Dion menggelengkan kepala mereka, kelakuan Gavin memang selalu aneh-aneh.

"Ngapain gila?"

"Ya emang kenapa sih? Kan aku penasaran!" Gavin sudah melipat kedua tangannya di dada.

"Paling kalau ketahuan sama Rain, kamu disuruh bersihin markas." balas Dion.

"Gak bakal. Aku handal dalam urusan intip-mengintip. Slow." Gavin sudah berjalan meninggalkan mereka bertiga.

Bara yang tadinya tidak penasaran pun jadi ikut penasaran, akhirnya pria itu memutuskan untuk ikut dengan Gavin, "Ikut ah, penasaran!" yang hanya dibalas dengan gelengan oleh Reza.

"Punya teman kok gini amat..." Reza kembali menyandarkan tubuhnya pada sofa.

Gavin sudah menaiki tangga menuju kamar Rain, diikuti oleh Bara di belakangnya. Tidak membutuhkan waktu lama bagi mereka untuk sampai di depan pintu kayu tinggi berwarna hitam di depan mereka, kamar Rain Joshua Gracio.

"Kamu bukanya pelan-pelan Rom! Biar gak ketahuan." bisik Bara.

"Iya ah tenang aja!"

Gavin memegang tuas pintu, lalu membukanya dengan perlahan. Ia berlutut depan pintu, menyembulkan kepalanya, diikuti oleh Bara yang berada di atasnya. Mereka mulai mengedarkan pandangan ke seluruh bagian ruangan yang cukup besar itu.

Mereka masih mencari dimana sosok Rain dan Iris berada. Ketika mata mereka beralih pada ranjang, mereka langsung melotot, "ANJIR?!" suara yang dikeluarkan Bara cukup besar membuat Gavin langsung berdiri dan mengarahkan tangannya, membekap mulut Bara.

"Diam anjir!"

Bara melepas bekapan Gavin, "I-itu b-beneran?" Bara sudah menunjuk ke arah kamar Rain.

Tiba-tiba suara seseorang berhasil menginterupsi mereka, "Kalian Berdua Ngapain?"