Chereads / DIA GADIS POLOSKU / Chapter 43 - Heboh Sudah Kayak Mau Nikah

Chapter 43 - Heboh Sudah Kayak Mau Nikah

"Kak Rain."

"Hm?" Rain masih berfokus dengan ponsel di tangannya.

"Kamu sama Zayn dulu suka balapan?" Iris masih sibuk menyendokkan bubur ke mulutnya sembari menatap Rain.

Rain meletakkan ponselnya pada dashboard, menyampingkan tubuhnya menghadap Iris.

"Iya."

"Balapan apa?" Iris mulai ingin tahu lebih mengenai hubungan Rain dan kakak satu-satunya itu, Zayn.

"Motor." Rain masih menatap Iris, intens. Memperhatikan bagaimana kedua pipi itu sudah di penuhi dengan bubur.

"Seru gak?"

"Seru."

"Kamu kalau balapan aku mau lihat dong!" ucap Iris antusias.

Rain sudah mengerutkan kedua alisnya, bingung dengan perkataan Iris tadi.

"Emang kamu dibolehin?"

"Ya aku keluar diem-diem aja." Iris sudah mengeluarkan cengirannya.

"Aku kalau balapan tengah malam Iris."

"Ya gapapa."

"Kamu izin dulu sama orang tua kamu sana."

"Ah izin mah udah pasti gak dibolehin." Iris sudah mengerucutkan bibirnya, izin orang tuanya akan sia-sia, pasti tidak diizinkan.

"Kalau gak dapet izin, aku gak mau."

"Pelit kamu!"

Rain tidak menggubris perkataan Iris, ia mengambil mangkuk bubur yang sudah kosong itu dan keluar mengembalikannya.

Sedangkan Iris? Sudah melipat kedua tangannya di depan dada dengan berbagai ocehan yang keluar.

'Lihat aja! Aku bisa nanya yang lain nanti!' dengus Iris.

***

Rain dan Iris tidak ada hentinya membuat seantero SMA Wellington heboh. Pagi ini, mereka semua dikejutkan dengan Iris yang terlihat keluar dari mobil Rain yang disusul dengan keTarnoran si pemilik mobil.

Sebenarnya Iris tidak berniat membuat satu SMA Wellington heboh, tadi ia sudah meminta Rain untuk memberhentikannya di persimpangan jalan tetapi pria itu malah semakin melajukan mobilnya sampai parkiran Wellington.

Tentunya hal tersebut dihadapi oleh pukulan Iris pada lengan Rain, "ISH KAMU MAH NGESELIN!" yang hanya dibalas dengan ringisan pelan dari Rain. Si gadis bar-bar.

Ketika memasuki kelas, Iris sudah menjadi pusat perhatian. Ketiga temannya pun sudah memandangnya tajam seolah meminta penjelasan atas kejadian yang berhasil membuat seluruh murid heboh.

"Kamu!" Keyra menunjuk Iris, "Kenapa bisa bareng Kak Rain?!"

Keyra, Zia, dan Lyna sudah berdiri mengelilingi meja Iris, sedangkan Iris? Hanya menenggelamkan wajahnya pada lipatan tangannya.

"Gak tau ah, tanya kakak kelas gila kamu itu." ucap Iris, malas menanggapinya.

"Lah? Jangan-jangan udah jadian kamu ya sama Kak Rain?" tuduh Zia yang dibalas dengan pukulan di kepalanya pelan, tentunya berasal dari Iris.

"Kalau ngomong, jangan macem-macem deh!"

"Oh berarti lagi proses pendekatan kamu ya Iris?" Iris sudah memandang Lyna tajam.

"Eh becanda Iris!" Lyna langsung memberikan tanda peace.

"Panjang deh ceritanya, malas ah bahasnya!" Iris kembali menenggelamkan wajahnya pada lipatan tangannya.

"MANA YANG NAMANYA Iris?!" seketika satu kelas sepuluh IPS 3 menjadi hening setelah terdengar teriakan seorang perempuan dari depan kelas mereka.

Iris yang merasa namanya dipanggil pun hanya mengangkat kepalanya, melihat siapa yang memanggilnya tadi, "Aku. Kenapa?" ucap gadis itu datar. Jujur, dia sudah kesal dengan kelakuan Rain tadi, dan apa lagi ini sekarang?

"Oh kamu Iris..." gadis itu sudah berjalan mendekati meja Iris.

"Ada apa?" tanya Iris lagi.

Ketika gadis itu sudah berada di depan meja Iris, ia mendekatkan tubuhnya ke Iris, "Aku peringatin kamu!" gadis itu sudah menunjuk wajah Iris, "Jangan dekat-dekat sama Rain!"

Iris menepis jari gadis yang tidak ia kenal sama sekali itu dan berkata, "Kamu siapa ngelarang-ngelarang aku?"

Gadis di depannya sudah mengepalkan kedua tangannya erat, emosi, "Berani ngelawan kamu? Kamu gak perlu tau aku siapa!"

Iris hanya menatapnya malas, "Mau aku dekat sama dia atau enggak, itu bukan urusan kamu."

Gadis itu menarik kerah seragam Iris, membuat seisi kelas sudah heboh, bahkan di luar kelas sudah ramai dengan murid-murid kelas sepuluh hingga dua belas, "Aku kasih tau kamu baik-baik ya, ini terakhir kali aku peringatin kamu buat jauh-jauh dari Rain, sekali lagi aku lihat kamu dekat-dekat sama dia, habis kamu sama aku! Dasar jalang!"

Iris yang mendengar perkataan gadis tadi pun mulai naik pitam, ia menarik tangan gadis yang tidak ia kenal sama sekali itu dan mengenggamnya dengan cukup kencang, membuat gadis itu memekik kesakitan, "Apa tadi kamu bilang? Jalang?" Iris memandang gadis di hadapannya dari atas ke bawah, lalu melanjutkan, "Sebelum kamu ngatain orang, better kamu ngaca dulu!" Iris melepaskan tangannya dari tangan gadis itu membuatnya mundur beberapa langkah dari meja Iris, memandang Iris dengan tajam.

Seisi kelas sudah heboh, baru pertama kali melihat Iris yang seperti itu. Keyra dan Zia hanya memandang mereka santai, sudah biasa melihat Iris seperti itu. Sedangkan Lyna? Ia sudah melongo kaget, ternyata Iris memang benar-benar bar-bar.

"Andin!" seorang gadis sudah berlari mendekati mereka, 'Oh jadi namanya Andin.' ucap Iris dalam hati.

"Kamu anak baru! Lihat aja kamu ya, aku bakal balas perbuatan kamu tadi!" gadis yang bernama Andin dan temannya itu sudah berjalan keluar dari kelas Iris dengan muka memerah menahan malu.

Seisi kelas Iris langsung bersorak dan bertepuk tangan, Iris hanya mendengus kesal. Harinya sudah dirusak oleh dua orang yang tidak bertanggung jawab.

***

Andin dan temannya berjalan menuju halaman belakang sekolah, ia sudah cukup kesal dipermalukan oleh adik kelasnya tadi, Iris.

Ia pun duduk di bawah pohon dan mengeluarkan sepuntung rokok, menyalakannya, lalu menghisapnya.

"Gita." panggil Andin pada temannya itu.

"Kenapa Din? Kamu diapain sama tuh anak baru?"

"Aku harus bales dendam sama tuh jalang! Berani-beraninya permaluin aku di depan anak-anak dan cari perhatian sama Rain?! Biar aku kasih tau siapa Andin Antelova yang sebenarnya!"

'Rain cuma punya aku!'

Andin sudah mengeluarkan seringainya, sepertinya sekarang ia punya mainan baru?

***

Keributan antara Iris dengan Andin tadi sudah menyebar ke seantero SMA Wellington. Bahkan, sudah sampai ke telinga para anggota inti Scorpio yang sudah heboh di rooftop.

"Eh gila, katanya si Andin ngelabrak Iris?!" Gavin sudah heboh sedari tadi.

"Tapi si Iris katanya berhasil lawan tuh nenek sihir?" Bara ikut menimpali.

"Bagus lah biar gak banyak tingkahnya itu nenek sihir!" Gavin sudah tersenyum senang.

"Iris pagi-pagi aja udah digosipin dimana-mana." ucap Dion.

"Ya gimana gak digosipin? Berangkat sama Rain, si ketua Scorpio. Gila kesambet apaan tuh Rain? Keren! Bentar lagi hujan batu nih." Nando membicarakan Rain seolah-olah Rain tidak ada disana. Padahal, pria itu sedang berbaring di atas sofa yang berada di rooftop sembari memejamkan matanya. Mereka berlima bolos mata pelajaran sejarah, alasannya ya karena malas dan mengantuk tentunya.

Rain hanya berdecak, Bara, Gavin, dan Nando tidak ada henti-hentinya menyindir dirinya sedari tadi. Sebenarnya mereka bertiga hanya ingin tahu alasan Rain berangkat bersama Iris. Tapi, sangat mustahil untuk Rain menjawab rasa ingin tahu mereka mengingat pria itu sangat amat penuh dengan ke-misteriusannya.

"Kamu pada lihat aku berangkat sama Iris aja hebohnya udah kayak aku mau nikah!"