Chereads / DIA GADIS POLOSKU / Chapter 42 - Idaman Satu Sekolah?

Chapter 42 - Idaman Satu Sekolah?

Iris takut sekarang, takut Rain bertindak macam-macam pada dirinya. Iris dapat mencium wangi maskulin yang keluar dari tubuh pria itu, saking dekatnya posisi mereka sekarang.

Rain mengalihkan wajahnya, bertatapan dengan wajah Iris.

"Kak! Ja-jangan macem-macem ih! G-aku bisa teriak sekarang juga nih!" ancam Iris sembari tergugup.

Tangan Rain meraih sesuatu di samping tubuh gadis itu, seat belt. Menariknya dan memasangkan seat belt itu lalu kembali pada posisinya semula, memasang kembali seat belt pada tubuhnya.

"Aku cuman mau masangin seat belt. Kamu nya aja mikir macem-macem."

Iris yang melihat itu, hanya melongo, kaget bercampur malu. Ia kira Rain akan melakukan hal-hal yang tadi sudah memenuhi bayangannya. Ia langsung menutup wajahnya dengan kedua tangannya, pasti wajahnya sudah memerah sekarang.

Rain melihat gadis di sampingnya sedang menutupi wajah cantiknya dengan kedua tangannya hanya tersenyum, lalu menyentil kening gadis itu pelan, "Makanya, otak tuh jangan isinya mesum semua."

"DIH?! ENGGAK YA!!" Iris sudah memukul lengan Rain, menatap pria itu dengan wajahnya yang memerah, lalu melipat kedua tangannya di depan dada, kesal pagi-pagi sudah dijahili oleh pria di sampingnya ini. Membuat Rain semakin melebarkan senyumannya. Sepertinya mulai sekarang, menjahili Iris akan menjadi salah satu hobinya.

Rain mulai menjalankan mobilnya meninggalkan kawasan rumah Iris. Ia melirik jam di ponselnya, masih menunjukkan pukul tujuh lewat lima.

"Udah sarapan kamu?"

"Udah." jawab Iris singkat karena malas dengan tingkah Rain tadi.

"Jutek amat. Temenin aku sarapan dulu."

Iris tidak membalas perkataan Rain melainkan gadis itu fokus ke pipi Rain.

Secara tidak sadar tangannya sudah bergerak memegang lebam yang menjadi fokusnya tadi, "Ini kenapa Kak?"

Rain yang merasakan tangan gadis itu memegang pipinya langsung terdiam seketika, ia cukup kaget dengan sentuhan lembut yang berada di pipinya sekarang, "Ada lah kemarin." balas Rain singkat. Dapat terlihat, Rain sedikit gugup karena sentuhan yang diberikan oleh Iris.

Iris menggaruk pelipisnya pelan, "Kemarin malam pas kita belajar bareng kayaknya gak ada itu lebam deh? Apa aku gak lihat ya?" ia cukup bingung karena kemarin malam wajah tampan Rain itu masih mulus, tidak ada luka apa pun.

"Pas aku balik dari rumah kamu." yang hanya dibalas oleh anggukan Iris.

Rain sudah memakirkan mobilnya di pinggir jalan, di depan sana sudah ada gerobak bubur ayam kesukaannya, "Kamu mau makan lagi gak?" Rain sudah melepaskan seat beltnya dan mengambil dompet dari ranselnya.

Iris tidak menjawab pertanyaan Rain tetapi masih berfokus dengan lebam di pipi pria itu, "Sakit gak?" Iris dan pertanyaan polosnya.

Lalu Iris dengan sengaja menekan lebam di pipi Rain dengan keras, membuat Rain sedikit meringis "Ssshh-,"

Rain sudah menatap gadis di sebelahnya tajam yang hanya dibalas dengan senyuman jahil Iris. Rasa nyeri sudah dirasakan Rain pada bagian pipinya.

"Rasain! Iseng sih kamu sama aku!" Iris sudah menjulurkan lidahnya, meledek Rain.

Rain langsung menarik kedua tangan Iris, menahannya dengan satu tangannya, sedangkan tangan satunya sudah mengukung tubuh Iris, membuat posisi gadis itu terpojok.

Rain sudah mendekatkan wajahnya, "Berani kamu ya?"

Iris menelan ludahnya, posisi wajah mereka sekarang hanya sejengkal. Iris dapat melihat wajah Rain dengan sangat amat jelas sekarang, karena memang sedekat itu. Sepertinya salah menjahili seorang Rain.

"K-kan g-aku be-canda aja Kak..." Iris mulai menciut, tubuhnya semakin merosot.

"Kamu pikir lucu?!" nada mengintimidasi Rain keluar, membuat Iris semakin takut.

"Y-ya ma-maaf, beneran aku becanda aja Kak!" kedua mata gadis itu tidak berani menatap Rain, takut. Sepertinya ia sudah membuat Rain marah.

Rain sudah melepaskan pegangan tangannya pada Iris, lalu kembali ke tempatnya, "Gara-gara kamu!" Rain sudah melirik tajam Iris, "Aku jadi malas makan!"

Perkataan Rain tadi berhasil membuat gadis itu merasa bersalah, separah itu kah kelakuannya tadi sampai-sampai Rain murka seperti ini?

"Aku minta maaf Kak." Iris sudah menunduk, merasa bersalah sudah merusak mood Rain pagi ini. Tidak ada balasan dari Rain.

Tiba-tiba ia merasakan cubitan di pipinya pelan, membuatnya mengangkat kembali kepalanya menatap pria di depannya tadi, dan yang ia lihat sekarang Rain yang sudah tersenyum jahil ke arahnya.

"Ya udah aku juga cuma becanda." Rain menjulurkan lidahnya, balik meledek Iris. Lalu keluar dari mobil, berjalan mendekati gerobak bubur ayam kesukaannya itu.

Iris hanya melongo kaget, 'apa-apaan?' pikirnya.

"IH GILA YA TUH ORANG?!"

"BISA-BISANYA LOH?!"

"AKTINGNYA JAGO BANGET EMANG YA...." Iris sudah speechless dengan tingkah Rain tadi. Padahal tampangnya memang benar-benar sedang marah, tapi tadi pria itu berkata becanda juga? Wow.

Iris sudah memandang Rain dengan tatapan kesal dari dalam mobil. Sumpah serapah sudah ia ucapkan sedari tadi karena kelakuan pria itu.

"Gila tuh orang mana ada pendiem-pendiemnya?! Iseng banget iya!" Iris sudah melipat kedua tangannya di depan dada.

"Ketua geng motor paling berbahaya, Rain Joshua Gracio, tapi apaan?! Gak ada bengis-bengisnya!"

Iris masih bertahan dengan ocehan-ocehannya mengenai Rain sampai pria itu datang dengan dua mangkuk bubur di tangannya memasuki mobil yang hanya dibalas dengan tatapan kesal dari Iris.

"Udah gak usah ngambek, makan dulu nih." Rain sudah ingin memberikan mangkuk itu ke pangkuan Iris tetapi gadis itu malah memutar posisinya menyamping ke arah pintu.

"Aku gak mau." ucap Iris.

"Ya udah aku aja yang makan." Rain menaruh satu mangkuk bubur di dashboard mobil dan langsung memakan bubur yang sudah berada di tangannya itu, tidak peduli dengan Iris yang masih marah dengannya.

'IH NGESELIN BANGET?! PADAHAL DIA YANG SALAH LOH?' Iris sudah marah-marah, tentunya marah-marah dalam hati.

"Yakin kamu gak mau? Enak nih." Rain masih menikmati bubur di tangannya itu, membuat Iris sedikit menoleh menatap pria yang masih asik memakan buburnya.

Tapi, gengsinya memang besar, "Gak!" ia masih bersikukuh untuk menolak bubur tersebut walaupun wangi yang keluar dari bubur itu berhasil menggodanya.

"Ya udah aku habisin ya? Jangan nyesel." Rain masih sibuk menyendokkan bubur ke mulutnya.

"Abisin aja, aku gak ma-," ucapan Iris terpotong oleh suapan bubur yang diberikan oleh Rain.

"KAK Rain!" Iris sudah menatap tajam Rain dengan pipinya yang sudah sibuk mengunyah bubur yang baru saja masuk ke mulutnya.

"Enak kan?"

'Enak sih.' ucap Iris dalam hati.

"Jadi mau makan gak? Kalau gak mau ya udah aku yang makan." Rain sudah bersiap memakan semangkuk bubur yang harusnya untuk Iris.

Iris langsung merebut mangkuk yang dipegang Rain tadi dan memakannya.

"Bilangnya gak mau tapi di makan juga." Rain sudah menahan senyumannya.

"Dari pada kamu yang makan, ntar perut kamu jadi buncit gak jadi idaman satu sekolah lagi. Mau kamu?" Rain hanya tertawa mendengar balasan Iris.

"Bagus lah? Biar aku jadi idaman kamu aja." ucap Rain santai, Iris sudah mendelik mendengar perkataan Rain barusan.

"Dih? Malas banget."

Rain yang mendengar jawaban Iris hanya tersenyum, tidak merasa tersinggung dengan penolakan secara tidak langsung dari Iris.