Setelah melewati berbagai kemacetan ibukota, akhirnya mobil Zayn sudah memasuki kawasan sekolah yang akan Iris datangi selama 3 tahun kedepan. SMA Wellington.
Di depan sekolah sudah terlihat dua sahabat terbaik Iris yaitu, Keyra Isabelle Tasanee dan juga Elanora Zia Christin. Teman seperjuangannya sejak masa kanak-kanak hingga sekarang. Hanya mereka berdua yang tahan berteman dengan seorang gadis seperti Iris.
Jarang-jarang temannya menunggu di depan gerbang untuk menjemput Iris. Mereka hanya menunggu apabila ingin sesuatu. Ya, Iris sangat amat tau apa yang kedua temannya inginkan. Teman-temannya sangat menyukai Zayn, setelah Iris tidak sengaja berkata lewat grup line bahwa Zayn yang mengantarnya hari ini, buru-buru Keyra dan Zia ke pintu masuk hanya untuk menyapa seorang Zayn Nathanael Edmond. Kakak-yang-gak-ada-bagus-bagusnya-sama-sekali menurut Iris adalah salah satu Cassanova di sekolahnya bahkan, di tempat kuliahnya dulu. Memang Iris harus mengakui Zayn memiliki wajah yang lumayan tampan, tubuh yang proporsional, dan juga sifatnya yang dewasa menjadikan Zayn sebagai pria yang paling diincar kaum Hawa.
'Lah, kenapa aku jadi banggain si Zayn coba.' Iris mendengus dalam hati.
"Zayn, Zayn, kamu liat tuh dua orang kurang obat lagi nunggu buat kamu sapa tuh." Iris menunjuk ke arah mereka berdua dari dalam mobil.
"Eh iya ada si Keyra sama Zia. Kok kemaren-kemaren kaga dateng ke rumah sih Iris?" Zayn mulai menepikan mobilnya di depan pintu masuk.
"Mereka pada liburan."
"Oh."
"Dah ah, masuk dulu ya aku. Byeee Zayn sayang." Iris mencium pipi Zayn dan membuka pintu mobil.
Ketika pintu terbuka, suara teriakan Keyra dan Zia langsung terdengar.
"HAI KAK Zayn!"
"HAI KAK!"
"Hai juga!" Zayn menurunkan jendela penumpang dan melambaikan tangannya ke arah mereka berdua dan tersenyum.
"EH! EH! Gila woi Kak Zayn senyum Leen sumpah sumpah!" mereka berdua langsung panik-bahagia ketika Zayn tersenyum ke mereka.
"Ck, Zayn apa bagusnya sih kamu sampe temen aku aja begini." Iris memutar kedua bola matanya.
"Kamu pada sebenernya mau ketemu sama aku apa kaga sih daritadi Zayn mulu. Kaga kangen apa sama aku?!" Iris mulai marah-marah mendekati kedua temannya.
"KAMU JUGA SANA Zayn PULANG AH, TEBAR PESONA MULU!" Iris mengusir Zayn karena mereka sedang jadi bahan tontonan. Bukan mereka, lebih tepatnya Zayn.
"Ntar dulu sih Iris orang masih ngobrol juga." Zia memukul bahu Iris pelan.
"Kalian kapan main-main lagi ke rumah?" Zayn tidak menggubris perkataan adiknya dan lebih memfokuskan ke dua sahabat baik adiknya.
"Hari ini deh Kak kita main. Boleh kan?" Keyra bertanya dengan antusias.
"Eh buset, ada aku di sini woi kaga dianggep." Iris memasang wajah kusutnya.
"Boleh lah, dateng aja. Aku bilangin Bunda ntar anak angkatnya pada mau dateng."
"Okay Kak!" Keyra dan Zia menjawab dengan serempak.
"UDAH SANA Zayn AH ELAH KAGA PULANG-PULANG INI MANUSIA."
"Iya aku pulang bawel. Belajar yang bener kamu jangan nakal-nakal. Leen, Zia, aku balik duluan ya. Jagain Iris kalau kenapa-kenapa telepon aku aja ya. Semangat sekolahnya!" Zayn memberikan kepalan tangannya memberi semangat ke Keyra dan Zia.
"IYA SIAP KAK! MAKASIH!" Jawab mereka berdua serentak.
Zayn pun menjalankan mobilnya menjauhi kawasan SMA Wellington. Iris memandang kedua temannya yang sedang melambaikan tangannya ke arah mobil Zayn yang sudah menjauh.
"Udah puas liatin Zaynnya hah?" Iris memandang kedua temannya dengan tatapan datar.
"Udah dong." Zia menjawab dengan cengirannya yang sangat lebar.
"GILIRAN Zayn AJA KAMU YA SENYUM-SENYUM BEGITU APA-APAAN DAH?!" Iris langsung merangkul leher kedua temannya dengan sangat erat sampai keduanya terbatuk-batuk.
"SAKIT Iris AH BEGO!" Keyra memukul-mukul lengan Iris yang melingkar di lehernya.
"TAU NIH GABISA NAFAS WOI! UDAH Iris UDAHAN!" Zia juga memukul lengan Iris. Tetapi, Iris tidak menggubrisnya sama sekali.
"Makanya, jangan agresif gitu dong kalo ketemu Zayn." Ucap Iris lalu merenggangkan kedua rangkulannya lalu mereka pun jalan beriringan ke arah Ayahn pengumuman untuk melihat pembagian kelas baru mereka.
Ketika melihat Ayahn pengumuman, nama tiga sekawan tersebut berada di kelas yang sama yaitu X IPS 3. Setelah melihat daftar nama-nama teman sekelas, mereka pun segera beranjak ke lapangan setelah mendengar pengumuman dari speaker yang terpasang di beberapa pilar di sekeliling mereka.
"Bagi seluruh siswa-siswi SMA Wellington, harap kumpul di lapangan sekarang untuk memulai upacara bendera pagi ini dan penyambutan bagi siswa-siswi baru."
Para murid pun langsung bergegas menuju lapangan.
"Ayo Leen, Zia. Ke lapangan sekarang, ntar kena hukuman lagi kalo telat." Iris menarik tangan mereka berdua. Mau tidak mau, mereka pun mengikuti Iris.
Saat sedang asik mengobrol, Iris tidak menyadari keadaan sekitarnya. Iris tetap berjalan tanpa melihat ke depan karena Iris asik bercanda dengan berjalan mundur. Iris tidak melihat bahkan tidak menyadari ada tangga di depannya. Ia tetap berjalan mundur. Keyra yang menyadari bahwa ada tangga di depan sana ingin secepatnya menarik lengan Iris, tetapi terlambat.
"Iris!" Keyra sedikit berteriak.
Saat Iris ingin berbalik, ia sudah terlanjur tersandung. Iris yang sadar dirinya akan jatuh sudah siap untuk merasakan sakitnya aspal di depannya. Ia pun memejamkan kedua matanya erat. Akan tetapi, setelah beberapa menit berlalu, ia tidak merasakan kasarnya aspal tadi melainkan ia merasakan ada tangan yang mendekap pinggangnya. Ia pun membuka kedua matanya secara perlahan dan hal pertama yang ia lihat adalah figur wajah seorang pria yang ia tidak kenali sama sekali. Ia pun memperhatikan wajah pria tersebut secara saksama dimulai dari kening, matanya yang tajam, hingga bagian dagu runcing yang dimilikinya.
Pria tersebut lah yang menahan pinggang Iris agar gadis tersebut tidak jatuh merasakan kasarnya aspal di depannya sekarang.
Iris masih sibuk memperhatikan wajah pria tersebut mengabaikan suara bisik-bisik di sekelilingnya.
Pria itu hanya menatap Iris dengan wajah datar.
"Udah liatinnya? Berat nih."
Rain Joshua Gracio dan keempat temannya- Reza Rasendriya, Gavin Demetri Wiratama, Dion Leroy Sankara, dan Bara Abdi Aswanta sedang berjalan menuju lapangan. Seperti biasa, kehadiran mereka akan menjadi pusat perhatian seisi SMA Wellington. Banyak siswi yang terkagum ketika melihat mereka, ada juga yang berteriak memanggil nama mereka. Siapa yang tidak mengenal Scorpio? Geng motor paling berbahaya di Jakarta dimana anggota intinya berasal dari SMA Wellington.
Awalnya Rain tidak ingin mengikuti upacara pagi ini karena pastinya akan berlangsung sangat lama karena adanya penyambutan murid baru di SMA Wellington. Akan tetapi, kedua temannya yang terkenal sangat suka gonta-ganti perempuan, memaksanya untuk mengikuti upacara dengan alasan- cuci mata.
Lapangan sudah dipenuhi dengan siswa-siswi kelas sepuluh hingga dua belas. Rain dan keempat temannya pun mulai menuruni anak tangga menuju lapangan. Di saat ia sudah berada di anak tangga paling bawah, ia mendengar teriakan dari kumpulan gadis yang tadi berada di sampingnya.