"Pokoknya apapun yang terjadi nanti, kamu harus tetep hidup dan ga boleh menyerah ya. Kalo suatu saat aku pergi, aku mau kamu tetep menjalani kehidupan kamu seperti biasa" jawab Iris sambil tersenyum, dengan mata yang terus menatap mata Rain.
Deg
Ah sial, kenapa ucapan Iris mengisyaratkan jika akan ada yang terjadi selanjutnya. Ucapan Iris tadi membuatnya benar-benar takut kehilangan gadis ini.
"Kamu ngomong apa sih" bantah Rain tak terima.
"Kita bakalan terus sama-sama sampai tua nanti, sampai kita bakal dipanggil ayah-Bunda" ucap Rain, Iris yang mendengar ucapan Rain hanya terkekeh.
"Ko ketawa sih" jawab Rain mencebikkan bibirnya.
"Liat aja, pokoknya aku bakalan nikah sama kamu setelah lulus nanti"
"Emang aku mau?" tanya Iris tertawa.
"Ya harus mau dong" jawab Rain cepat.
"Kalo aku gamau gimana?" tanya Iris menggoda.
"Aku ajak kawin lari lah" jawab Rain sambil memalingkan wajahnya, Ngambek.
Ya ampun, pacarnya ini lucu sekali. Pikir Iris sambil tertawa.
"Ketawa aja terus" ucap Rain sinis.
"Ko marah sih"
"Biarin" jawab Rain singkat.
"Yang cewe, disini sebenernya siapa sih?" Lagi-lagi Iris tertawa.
"Kamu pikir aja" jawab Rain acuh.
Lalu Iris pun memegang kedua tangan Rain. Sontak Rain pun langsung mengalihkan pandangannya kearah Iris. Pandangan keduanya bertemu.
"Kehadiran kamu sangat berarti buat aku" ucap Rain sambil memegang pipi Iris dengan sebelah tangannya.
"Aku mau, kamu jadi perempuan pertama dan terakhir dalam hidup aku. Kehadiran kamu mampu membuat hari-hari aku lebih indah dari sebelumnya, kamu kebahagiaan yang tuhan berikan buat aku, setelah aku merasakan pahitnya kehilangan itu. Aku mau kamu janji untuk terus berada disisi aku ya?" tanya Rain, sambil terus menatap mata Iris, mata yang membuatnya pertama kali merasakan indahnya jatuh cinta.
Iris pun mengangguk "A-aku janji" jawabnya. Lalu mereka pun berpelukan.
"Aku mau tanya sama kamu" ucap Iris dalam pelukan Rain.
"Apa?"
"Itu apa" tanya Iris sambil menunjuk kantong plastik yang Rain sembunyikan.
"Yah ketauan deh" ucap Rain lesu. Iris tertawa.
"Nih buat kamu" lalu dia pun memberikannya kepada Iris.
"Wahh ice cream" ucap Iris berbinar
"Yahh ko meleleh" lanjutnya saat membuka kantong plastik itu.
"Kelamaan deh kayanya" ucap Rain terkekeh sambil menggaruk tengkuk belakang kepalanya.
"Beliin lagi" pinta Iris sambil mencebikkan bibirnya.
"Makan yang itu aja ya" ucap Rain menolak.
"Yahh ga enak ini Bunda udah ga dingin"
"Enak ko"
"Ihhh beliin lagi Rainn" ucap Iris sambil menggoyang-goyangkan tangan Rain.
"Tapi kamu disini aja ya, jangan kemana-mana" sebenarnya bukan apa-apa, tapi entah kenapa firasat Rain tidak enak. Jadi dia menolak meninggalkan Iris.
"Iya-iya" jawab Iris sambil mengangguk semangat.
Lalu Rain pun pergi untuk membeli ice cream yang baru dan meninggalkan Iris. Saat dia sudah selesai membeli ice cream untuk Iris. Tiba-tiba ponselnya berbunyi.
"Kamu dimana?" Tanya suara diseberang sana.
"Aku ditaman deket pemakamam kakak aku" jawab Rain.
"Iris sama kamu?"
"Iya, kenapa sih Gio?" tanya Rain heran. Ya, yang menelfonnya adalah Gio.
"Dia ada disamping kamu kan?" Tanya Gio.
"Engga" jawab Rain. "Tadi dia minta ice cream jadi aku tinggal dulu"
"Bego" umpat Gio. "Lyna kabur dari penjara anjing, cepet samperin Iris. Aku takut dia kenapa-kenapa" jawab Gio cepat.
"Sial" Rain mematikan sambungan telfonnya lalu berlari ketempat dimana dia meninggalkan Iris.
***
"Loh Lyna?" Ucap Iris heran "Ko kamu disini?" Lanjutnya.
"Diem kamu" Ucap Lyna tajam, lalu dia pun mengeluarkan sebuah pisau dari belakang bajunya.
"K-kamu mau apa Lyna?" Tanya Iris ketakutan.
"Kamu yang udah rebut Rain dari aku, kamu yang udah bikin aku dipenjara dan aku benci sama kamu" Ucap Lyna sambil menunjuk Iris menggunakan pisau yang ia bawa.
"Engga Lyna engga" Iris menggeleng, demi apapun dia sangat takut melihat wajah Lyna yang penuh dengan emosi apalagi melihat pisau yang Lyna bawa. "Kamu jangan kaya gini, aku engga ngerebut Rain dari kamu" ucap Iris lembut.
"Rain udah benci sama aku" lirih Lyna sambil menunduk, lalu tak lama kepalanya kembali mendongkak menatap Iris tajam. "Semuanya gara-gara kamu, GARA-GARA KAMU!" Bentak Lyna.
"Dengan kamu kaya gini justru buat Rain lebih benci sama kamu dan satu lagi, Rain benci kamu, itu semua karna ulah kamu sendiri Lyna, perbuatan kamu yang bikin Rain benci sama kamu" jawab Iris berani.
"AKU BENCI SAMA KAMU!" Teriak Lyna penuh amarah sambil mendekat kearah Iris.
"Lyna jangan kaya gini aku mohon" lirih Iris menggelengkan kepalanya sambil menangis.
"AKU MAU BUNUH KAMU, AKU MAU LIAT KAMU MATI DENGAN MATA KEPALA AKU SENDIRI" ucap Lyna membentak.
"A-Lyna a-ku mohon" ucap Iris terus membujuk Lyna sambil menggelengkan kepalanya.
"Hahaha aku benci kamu, aku mau Rain. Hahaha AKU BENCI KAMU Iris!!" bentak Lyna.
"Lyna STOP!!" perintah seorang laki-laki.
"G-Rain aku takut" ucap Iris.
Saat Rain akan mendekati Iris, Lyna langsung menarik tangan Iris dan mengurungnya. Pisau yang ia bawa diletakkan dileher Iris.
"Lyna GILA KAMU!!" Bentak Rain emosi.
"Hahaha iya aku gila. GILA KARNA KAMU Rain" ucapnya.
"Rain tolong aku" lirih Iris sambil memejamkan matanya menahan rasa takut, air matanya kembali menetes.
"Kamu mendekat kesini, pisau ini bakal mendarat indah dileher kekasih tercinta kamu Rain" ucap Lyna sambil tertawa.
"Psikopat kamu" Jawab Rain dingin.
Saat Lyna lengah, Rain memutar tangan Lyna yang berada dileher Iris lalu dia pun mendorong Lyna dan menarik Iris kedalam pelukannya. Iris menangis dalam pelukan Rain.
"Kamu tenang ya, ada aku disini" ucap Rain menenangkan sambil mengusap punggung Iris.
"Aku takut hiks"
Lyna meringis, tangannya tergores batu dan pisau yang ia pegang terjatuh. Dia mengambil pisau itu, lalu mengahampiri Rain dan Iris.
Iris yang melihat Lyna menghampirinya sambil membawa pisau langsung melepas pelukannya dan mendorong Rain.
Jleb
Pisau itu mendarat sempurna diperut Iris. Lyna hanya diam saat pisau itu mengenai Iris, lalu dia pun melepaskan tangannya dan membiarkan pisau itu menancap disana.
"Iris" teriak Rain syok. Lalu dia menghampiri Iris dan mendorong Lyna lagi.
"Sayang, buka mata kamu" ucap Rain bergetar sambil menepuk pipi Iris.
Dorr
Saat Rain mengangkat kepala Iris menggunakan kedua tangannya, polisi datang kesana dan menembakkan sebuah peluru keudara tanda peringatan. Rain mengalihkan pandangannya, Lyna pun ditangkap polisi namun dia hanya diam tak bergeming saat polisi itu memborgol tangannya dan membawanya pergi.
"Sial kita telat lagi anjing" ucap Zidan frustasi saat melihat kondisi Iris bersimbah darah.
"Gio panggil ambulance" perintah Keyra.
"Sayang kamu harus bertahan ya" ucap Rain lirih.
"K-kamu ja-jangan nangis" ucap Iris sambil menghapus air mata Rain.
"Engga, kamu harus kuat"
"A-apapun yang te-terjadi nanti ka-kamu ja-jangan nangis" ucap Iris tersenggal.
"Engga-engga kamu harus kuat, kamu bisa pulih lagi" ucap Rain sambil menggelengkan kepalanya.
"Sa-kit" lirih Iris, perlahan matanya tertutup.
"IRIS BANGUN" teriak Rain histeris saat Iris menutup matanya. "Sayang ayo buka mata kamu" ucapnya sambil meneteskan air mata.
"AMBULANCE NYA MANA!" teriak Rain emosi.
Tak lama setelah itu suara sirene ambulance pun terdengar, lalu Iris pun segera dibawa menuju rumah sakit terdekat untuk mendapat pertolongan medis.