Sudah 3 bulan semenjak kejadian kecelakaan Iris, semuanya berjalan baik-baik saja. Lyna sudah dipenjara dan tidak ada lagi yang harus dikhawatirkan.
Hari ini kebetulan Rain mengajak Iris keluar, entah kemana Iris pun tidak tau. Rain hanya bilang akan menjemputnya.
"Udah selesai?" tanya Rain saat Iris menghampirinya. Hari ini Rain mengajak Iris pergi menggunakan mobil.
"Udah ko" jawab Iris tersenyum
"Kamu kenapa ngajak jalannya dadakan sih, kenapa ga dari semalem" ucap Iris mencebikkan bibirnya.
"Hehe aku lupa" jawab Rain. "Sebenernya aku mau ngajak kamu ke sesuatu tempat"
"Kemana?" tanya Iris penasaran.
"Nanti juga kamu tau" jawab Rain seadanya.
"Emm oke deh" sebenarnya dalam hati Iris sangat penasaran, kemana Rain akan mengajaknya pergi? Apa ada hal buruk lagi yang terjadi?
Sejak tadi Rain bertanya kepada Iris, namun gadis itu hanya diam. Saat Rain menoleh kesampingnya, ternyata gadis itu sedang melamun.
"Hei" panggil Rain sambil menyentuh tangan Iris, sontak saja Iris terkejut.
"E-eh iya"
"Kenapa ngelamun?" tanya Rain lembut.
"Hehe gapapa ko"
"Jangan difikirin ga ada apa-apa ko, aku cuma mau ngajak kamu jalan-jalan. Jangan fikirin hal yang buruk oke" jelas Rain sambil mengelus pucuk kepala Iris lembut. Dan dibalas anggukan kepala oleh Iris.
"Kamu udah sarapan?" tanya Rain.
"Belum" jawab Iris jujur.
"Kita makan dulu ya"
Lalu Rain pun memarkirkan mobilnya disebuah caffe. Caffe mewah ala anak muda dengan desain kekinian. Setelah mereka berdua memesan makanannya, mereka pun duduk sambil menunggu pesanan mereka.
"Lagian kamu sih" tiba-tiba suara seorang perempuan yang mereka kenali memenuhi idera pendengaran mereka.
"Kaya kenal deh" ucap Iris dan diangguki Rain.
"Ya, mana aku tau kalo ga ada" jawab laki-laki itu tak mau kalah.
"Eh, itukan Zidan sama Keyra" ucap Iris.
"Zidan... Keyra..." Panggil Iris sambil berteriak, Rain yang melihat kekasihnya berteriak hanya tertawa sambil menggelengkan kepalanya.
"Sini..." ajak Iris sambil melambaikan tangannya.
"Nah mampus kamu, ada yang kenalkan" ucap Keyra.
"Eh hehe Iris, hai Rain" ucap Zidan menyapa sambil nyengir.
"Kalian kenapa ribut-ribut?" tanya Iris.
"Noh gara-gara anak dajjal" tunjuk Keyra kepada Zidan.
"Hehh enak aja kamu, emak aku kamu katain dajjal. Durhaka kamu sama orang tua, masuk neraka mampus kamu" balas Zidan sengit, yang dibalas delikkan mata oleh Keyra.
"Masa dia mau pesen nasi padang dicaffe ini" jawab Keyra menahan amarahnya.
Sontak Iris dan Rain yang mendengar ucapan Keyra tak mampu menahan tawa mereka.
"Ya, bukan salah aku dong" jawab Zidan membela.
"Diem kamu anak onta" jawab Keyra sebal.
"Astagfirullah, tadi emak aku dikatain dajjal sekarang onta. Fiks sih dapet tiket neraka VIP kamu dari emak aku" jawab Zidan sambil mengelus dadanya.
"Ya, kamu pikir aja. Masa mau makan nasi padang disini sih Zidanaaa" pasrah Keyra, sambil menyelusupkan tangannya diatas meja.
"Hehe, ya tadi kan pelayannya yang nanya mau pesen apa mas?. Yaudau aku jawab nasi padang aja"
"Diem ga kamu" sentak Keyra.
"Iya-iya diem" putus Zidan.
"Eh sebentar deh" Ucap Iris tiba-tiba. "Kalian ko barengan?" tanyanya.
"Emm anu itu, apa si anu" gugup Keyra.
"Kalian ngedate?" tanya Rain sambil menaikkan sebelah halisnya.
"Iya" "Engga" jawab Keyra dan Zidan berbarengan.
"Apasi engga ya, mana ada ngedate-ngedate" bantah Keyra.
"Iya aja sih" jawab Zidan.
"Ngedate mah buat orang pacaran" jawab Keyra tiba-tiba.
"Oh, kode minta ditembak nih ya" goda Zidan. Sial, kenapa jadi Keyra salah tingkah. Sudah dipastikan jika pipinya seperti kepiting rebus.
"Eh-eh Keyra ko pipinya merah" tambah Iris sambil tertawa.
"Ko, kamu ngeselin sih Iris" jawab Keyra.
"Ih gatau ah, bodo amat" lalu Keyra pun pergi meninggalkan tempat itu.
"Nah loh pergi" ucap Zidan tanpa sadar.
"Bego" umpat Rain.
"Eh, bego?" tanya Zidan bingung.
"Kenapa sih kamu? Kerasukan setan? Kejarlah bego" perintah Rain.
"Eh iya, Keyrayang tunggu" lalu Zidan pun pergi meninggalkan mereka berdua. Tingkah keduanya membuat Iris dan Rain lagi-lagi tertawa.
"Ada-ada aja mereka" ucap Iris sambil menghentikan tawanya.
"Makan dulu ya, abis itu baru kita pergi" perinah Rain tiba-tiba.
"Eh iya aku mau bilang sesuatu sama kamu, tapi takut kamu marah" ucap Iris tak enak.
"Kenapa hmm? Bilang aja gapapa ko" yakin Rain.
"Emm itu, masalah Satya"
"Kenapa?" tanya Rain.
"Ko aku ngerasa ada yang aneh ya sama dia, semakin hari badan dia makin kurus terus muka dia juga pucet lagi"
"Aku juga ngerasa gitu, kaya ada sesuatu yang dia coba umpetin dari kita semua" ucap Rain.
"Kamu engga marah?" tanya Iris hati-hati.
"Engga dong" jawab Rain sambil tersenyum.
"Meskipun dia suka sama kamu dan berusaha rebut kamu dari aku, tapi aku yakin dia udah berubah. Lagi pula kamu punya aku, dan ga bakalan ada siapapun yang bisa rebut kamu dari aku" ucap Rain sambil tersenyum kearah Iris.
"Aku baper nih" ucap Iris terang-terangan, lalu Rain pun terkekeh. Memang, sekarang Iris mulai terang-terangan kepada Rain tidak secanggung dulu.
Lalu setelah selesai makan, Rain mengajak Iris pergi lagi. Diperjalanan Iris tidak banyak bertanya, toh nanti juga dia tau kan?.
Ternyata Rain mengajaknya pergi kesebuah tempat pemakaman umum, bahkan sebelum memasuki gerbang pemakaman, Rain sempat berhenti dan membeli bunga. Lalu dia pun berhenti disebuah gundukan tanah dengan nisan bernama.
Bara Nathanil
Bin
Fadil Abraham
Lahir : Jakarta, 30 April 2001
Wafat : Jakarta, 18 Februari 2019
Ya, Rain mengajak Iris kemakan kakaknya yang sudah meninggal dua tahun lalu.
"Hai ka" ucap Rain lalu berjongkok didepan makan tersebut.
"Aku bawa cewe nih" dia pun terkekeh, namun bukan kekehan bahagia melainkan kekehan sedih.
"Kamu tau ga, cewe gila itu hampir aja bunuh pacar aku" adunya. "Aku sempet takut, aku takut kehilangan untuk kedua kalinya. Tapi ternyata cewe aku kuat loh. Nama dia Iris"
"Hai ka Bara" sapa Iris tersenyum, seolah dia sedang berhadapan langsung dengan Bara.
"Kakak tau ga, adik laki-laki kakak ini ternyata orang yang kuat loh ka. Dia bisa menutupi kesedihannya didepan semua orang" ucap Iris. "Dia juga pinter loh ka, kakak pasti bangga deh sama dia" jawab Iris terkekeh.
Lalu setelah percakapan mereka berdua didepan makan Bara, Rain dan Iris pun mengirimkan do'a. Setelah selesai berdo'a mereka berdua pun memutuskan untuk duduk dibangku yang disediakan ditaman dekat makam itu.
Rain pun mengajar duduk Iris kekursi yang disediakan didekat TPU itu.
"Kamu tau ga?" tanya Rain tiba-tiba.
"Apa?" jawab Iris bingung.
"Saat kamu kritis, aku disitu bener-bener takut kehilangan kamu" lirih Rain sambil memejamkan matanya. Saat sedang memejamkan matanya tiba-tiba Iris langsung memeluknya.
"Aku disini" jawab Iris. Rain pun membalas pelukan Iris sambil tersenyum.
"Aku ngerasa dunia aku hancur, denger ucapan dari dokter hari itu" Rain masih terus mengeluarkan isi hatinya, Iris hanya diam sambil mendengarkan.
"Aku udah cukup ngerasain kehilangan untuk yang pertama kalinya, aku gamau kejadian itu keulang untuk kedua kalinya. Aku udah cukup merasakan pahit dan sakitnya kehilangan"
Iris mendongkak, menatap langsung manik mata Rain, mata orang yang pertama kali membuatnya jatuh cinta.