Sudah 3 hari Iris dirawat dirumah sakit, dan sore hari ini rencananya dia sudah diperbolehkan untuk pulang karna kondisinya pun sudah membaik. Selama dirumah sakit, Rain dan teman-temannya selalu setia menemani Iris seperti saat ini.
"Aku tadinya mau nikung si Rain" ucap Zidan, sontak Rain langsung menolehkan kepalanya kearah Zidan sambil menatapnya tajam.
"Aku bunuh kamu" tajam Rain sambil menatap Zidan dingin, Zidan yang sudah tidak takut kepada Rain pun malah meledeknya. Seolah-olah memberikan tatapan yang berarti, apa kamu. Iris malah terkekeh, sejak kapan ice princenya jadi se possesif ini.
"Muka modelan serbet warteg kaya kamu, so-soan mau nikung Rain segala" timpal Gio.
"Ngadi-ngadi kamu muka ganteng gini" balas Zidan tak terima.
"Ganteng kalo diliat diujung monas pake sedotan"
"Sembarangan" Zidan menampol kepala Gio.
"Aku ganteng kata emak aku" ucap Zidan menepuk dadanya bangga.
"Dah lah, ga bisa berkata-kata lagi aku"
"Tapi emang sih aku sadar diri, mana mau Iris sama aku kan cintanya hanya untuk yayang Rain seorang" ucap Zidan menggoda, Iris yang mendengar itu hanya tertawa. Ada-ada saja tingkah Zidan itu, pikirnya.
"Nah bagus kamu sadar, kamu sama Rain mah jelas beda lah diibaratkan langit dan bumi" ucap Gio.
"Aku buminya gitu?" tanya Zidan, bodoh. Sudah pasti lah jawabannya iya.
"Bukan" jawab Gio. Loh-loh? Seharusnya kan iya.
"Lah terus aku apa dong?" tanya Zidan bingung.
"Tai ayam yang ada dibumi" jawab Gio tertawa, sontak mereka semua tertawa terbahak-bahak. Apalagi melihat wajah Zidan yang memelas.
"Sialan kamu" ucap Zidan melengos.
"Whahaha muka kamu hahaha" ucap Gio tertawa terbahak-bahak.
"Perasaan aku engga jelek-jelek amat deh" gumam Zidan menutup mata sambil mengusap dada sabar.
Saat sedang asik tertawa tiba-tiba Ayah Iris dan ayah Rain datang.
"Ayah sudah menemukan pelakunya" ucapnya tiba-tiba.
"Siapa Ayah?" tanya Iris penasaran.
"Dia orang suruhan yang dibayar oleh Lynaa Anastasya, dia satu sekolah dengan kalian" jelas Ayah Iris.
Sebenarnya ayah Rain tau siapa Lynaa, hanya saja dia diam, jelas lah semua keluarga Rain tau dia siapa. Lagi pula dia hanya masa lalu Bara, ayah nya sudah tidak memperdulikan Lyna dan malah sekarang semua keluarga Rain membeci Lyna sejak kejadian itu.
"Lyna?" kaget Iris, dan diangguki oleh Ayahnya.
"Gila kali dia" Zia bersuara.
"Aku ga nyangka dia sampe tega lakuin itu" ucap Zidan.
"Dia sudah dipenjara" ucap Ayah Rain.
"Dipenjara?" Iris terkejut.
"Dia tidak bisa dibiarkan begitu saja, yang dia lakukan adalah tindakan kriminal sayang" jelas Ayah Iris kepada anaknya.
Benar juga, yang diucapkan ayahnya tidak salah. Lagi pula dia juga takut dia ada korban lain akibat ulah Lyna, akhirnya dia pun mengangguk.
"Dia dan orang suruhannya sudah mendekam dipenjara, kamu sekarang aman nak" ucap ayah Rain sambil tersenyum.
"Terima kasih Ayah, ayah" ucap Iris tersenyum manis, dan diangguki kedua orang tua itu.
"Tapi aku masih penasaran deh, atas dasar apa dia sampe nyelakain aku?" tanya Iris sendu.
"Cinta, memangnya apa lagi?" ucap ayah Rain memberitahu.
"Hahh cinta?" tanya Iris terkejut.
"Ya, memang apalagi. Dia ingin membunuhmu dan memiliki Rain" jelas ayah Rain.
Rain yang mendengar ucapan ayahnya hanya mendecih dan memberikan ekspresi seolah jijik. Dia hanya tak habis fikir kenapa bisa Lyna menjadi perempuan yang liar hanya karna cinta kepadanya, dulu kakaknya dia sia-siakan yang jelas-jelas mencintai Lyna. Tapi sekarang, dia malah mengejar-ngejar Rain yang jelas-jelas sudah memiliki kekasih.
"Itu sih bukan cinta om namanya tapi obsesi" protes Zia, kedua orang tua itu hanya terkekeh. Walau bagaimana pun mereka juga pernah muda, mereka faham masalah percintaan anak muda.
"Ya sudah Ayah pergi dulu ya, ada pekerjaan" ucap Ayah Iris.
"Saya juga" ucap ayah Rain.
"Yahh Ayah ga bisa lebih lama disini apa?" tanya Iris lesu.
"Haha kamu ini, nanti kita dirumah juga pasti bertemu girl. Lagi pula disini kan ada teman-teman kamu" Ayah Iris mencoba memberi penjelasan kepada anaknya.
"Ya udah deh, Ayah hati-hati ya"
"Oh iya, nanti bakalan ada dokter kesini setelah itu baru kamu boleh pulang" ucap Ayah Iris memberitahu.
"Iya Ayah, kalian hati-hati ya dijalannya" ucap Iris.
Setelah Ayah Iris dan ayah Gatthab pergi, ruang rawat Iris diisi dengan candaan Zidan lagi.
"Kalian pulang aja" ucap Rain dan diangguki Iris.
"Tapi Iris gimana?" tanya Zia.
"Dia, biar aku yang jagain. Lagi pula kalian juga kan harus mandi"
"Kamu jaga dia sendirian?" tanya Gio, dan diangguki Rain.
"Iya kalian pulang aja, aku sama Rain gapapa ko" ucap Iris meyakinkan, kasihan juga mereka butuh istirahat dan mandi kan.
"Helehh bilang aja mau berduaan" ucap Zidan menggoda.
"Awas hilaf kamu" peringat Gio sambil tertawa.
"Sialan kamu, yakali aku mau mantep-mantep disini ga elite banget" ucap Rain mencibir.
"Hehh belom sah bangsat" protes Zidan.
"Besok deh kalo bisa aku nikahin"
"Gaya kamu nikah-nikahan segala" ucap Gio.
"Udah sana deh pulang kamu" usir Rain.
"Ye santai aja dong, yang ga sabar berdua-duaan sampe ngusir segala. Awas kamu Iris diapa-apain" ucap Zidan memicing. Iris yang mendengar hanya tertawa.
"Ya udah kita balik dulu deh" pamit Gio.
"Iris aku pulang dulu ya" pamit Zia dan Keyra lalu mereka memeluk Iris "Cepet sembuh ya"
"Makasih banyak buat kalian semua udah jagain aku" ucap Iris tulus.
Lalu mereka semua pun pergi meninggalkan ruang rawat Iris, kini hanya tinggal Rain dan Iris saja berdua.
"Jalan-jalan yu" ajak Iris.
"Kemana?"
"Taman rumah sakit?"
"Pake kursi roda ya?" tawar Rain.
"Ga usah aku gapapa ko kan udah sembuh, jalan aja ya" pinta Iris.
"Ga ada, kamu kan baru sembuh"
"Tapi kan kaki aku gapapa ihh, jalan aja ya ya plis" pintanya dengan puppy eyes.
Rain menghela nafasnya. "Oke, kalo kamu cape bilang ya"
"Siapp boss" ucap Iris dengan gaya hormat bendera.
Lalu mereka berdua pun berjalan menuju taman dengan Rain yang memegang infusan Iris, sedangkan tangan yang satunya ia gunakan untuk menggandeng tangan Iris.
Mereka pun duduk disalah satu kursi yang disediakan disana. Setelah Iris duduk, Rain langsung merebahkan kepalanya dikedua paha Iris.
"E-eh" Iris terkejut.
"Sebentar aja ya" ucap Rain sambil memejamkan matanya. Iris pun mengangguk.
"Usapin" pinta Rain sambil membawa tangan Iris ke kepalanya.
"Ko jadi manja sih" ucap Iris terkekeh.
"Sama kamu ini manjanya, kalo aku manja sama cewe lain nanti kamu cemburu" goda Rain sambil terkekeh.
"Hehhh" Iris memelototkan matanya sambil menyentil dahi Rain "Mulai nakal ya" ucap Iris.
"Aww sakit tau" ucap Rain mengeluh.
"Bodo" ucap Iris sambil melipat kedua tangannya didepan dada.
"Hehe aku becanda sayang, cewe diluaran sana mah ga ada yang menarik. Cuma kamu dan hanya kamu yang ada dihati aku" ucap Rain sambil melihat keatas tepatnya melihat wajah Iris.
Iris menahan senyumnya mendengar ucapan Rain. "Kamu mah, aku malu tau" lalu dia pun menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Sontak Rain pun terkekeh kembali. "Aku kangen tau sama kamu" ucap Rain sambil mengerucutkan bibirnya.
Bunda jantung Iris jedag-jedug. Ini kenapa Rain bisa semenggemaskan ini sih, kan jantung Iris jedag-jedug jadinya.
Iris pun melihat kearah pahanya, duh gemes Bunda. Tuhkan melihat ekspresi wajah Rain, Iris menjadi gemas sendiri. Ini tembok gantengnya Iris ko jadi bucin gini sih. Akhirnya Iris pun mencubit kedua pipi Rain.
"Aduh kenapa dicubit sih, sakit tau" keluh Rain.
"Abisnya kamu gemes, tangan aku gatel jadinya pengen cubit" Iris terkekeh.
"Kamu mah jahat, aku bilang kangen padahal ga dijawab. Kamu ga kangen ya sama aku?" Rain marah ceritanya.
"Eh hehe, aku juga kangen ko sama kamu banget malahan" ucap Iris dengan suara lembut. Rain pun tersenyum mendengar ucapan Iris.