Hari ini Iris memutuskan untuk pulang sendiri, karna supir pribadinya tidak bisa menjemput.
"Huhh aku nyebrang dulu deh kehalte"
Saat akan menyebrang jalan dia tidak sadar jika dari arah berlawanan ada sebuah mobil yang melaju kencang kearahnya.
Bruk
Semuanya berlalu begitu cepat, semua orang syok melihatnya. Tubuh Iris tepental sampai 1 meter, kepalanya membentur trotoar jalan. Darah segar mengucur dari kepalanya. Semua orang berusaha membantu mengahampirinya, sedangkan pengendara mobil yang menabrak Iris sudah kabur tanpa ada yang mengetahuinya.
Saat akan keluar gerbang Zia, Keyra, Zidan dan Gio dikejutkan dengan berita sebuah murid perempuan yang kecelakaan didekat halte, sontak mereka menghampiri kerumunan itu. Betapa terkejutnya mereka saat tau jika korban kecelakaan itu adalah sahabat mereka.
"Vri-Iris" ucap Zia menutup mulutnya tak percaya, matanya berkaca-kaca.
"Iris kenapa bisa gini" Keyra mengguncangkan tubuh Iris sambil menahan air matanya.
"Sa-sakit" ucap Iris terbata-bata.
Memory saat Rain bersikap acuh padanya dan lebih memilih Lyna dari pada dia, berputar diotaknya. Saat Rain tiba-tiba meninggalkannya dan saat Rain berangkat bersama dengan Lyna semuanya berputar diotaknya.
Kepalanya terasa sangat luar biasa sakitnya, ditambah memory itu terus terulang diotaknya menambah rasa sakit hatinya. Namun dia tidak marah sama sekali kepada Rain, hanya saja dia kecewa Rain tak berusaha memberitahu apa kesalahannya. Pasokan udara disekitarnya semakin menipis, semuanya semakin buram Iris tidak bisa melihat apa-apa yang dia dengar terakhir kali ada suara tangisan Zia dan nihil semua gelap. Iris menutup matanya.
"Iris plis bertahan hiks" Zia terus mengguncangkan tubuh Iris.
Tak lama suara sirene ambulance terdengar dengan sebuah mobil polisi, memang saat baru sampai tadi Gio berinisiatif memanggil ambulance dan polisi untuk menyelidiki lebih lanjut siapa yang sudah jadi pelaku tabrak lari Iris.
"Aku tau kamu kuat, aku mohon bertahan" Keyra menitihkan air matanya. Keyra dan Zia memutuskan untuk ikut mobil ambulance menemani Iris. Sedangkan Zidan dan Gio mengikuti dibelakangnya.
"Aku ga bisa liat kamu kaya gini, ayo bangun kamu wanita tangguh dan kuat yang pernah aku temuin. Ayo tunjukkin senyum kamu lagi, jangan diem aja kaya gini" Zia menangis sesenggukan.
Saat sampai dirumah sakit, brankar Iris didorong menuju keruangan UGD untuk mendapat penanganan lebih baik lagi.
"Dok tolong sembuhin temen saya ya" pinta Zia sambil menangis.
"Kami akan berusaha semaksimal mungkin, silahkan adik-adik tunggu diluar ya" jawab doktee itu, lalu pintu ruangan pun ditutup.
"Rain udah tau?" tanya Keyra saat mereka semua sudah duduk menunggu dokter.
"Belum" jawab Gio.
"Gimana pun dia harus tau, aku rasa ada kesalahan disini" jawab Keyra.
"Biar aku aja" ucap Zidan saat melihat Gio akan menelfon Rain.
"Hallo" ucap Zidan.
"Aku udah tau semuanya" ucap Rain tiba-tiba.
"Kita bahas nanti, ada yang lebih penting dari itu"
"Ga ada yang lebih penting dari pa..."
"Iris kecelakaan bangsat, dia sekarang dirumah sakit" potong Zidan.
Deg
Rain merasa dunianya hancur mendengar gadis kesayangannya ternyata kecelakaan parah. Bodoh, dia memang bodoh tidak seharusnya dia meninggalkan kekasihnya pulang sendiri.
Tidak terasa setetes cairan bening mengalir dipipinya. Iya, Rain menangis, menangisi perempuan untuk pertama kalinya. Dia tidak mau kehilangan seseorang yang berarti dalam hidupnya untuk kedua kalinya. Lalu dia pun segera bergegas menuju rumah sakit yang Zidan beritahu tadi.
"Mana Iris?" tanya Rain saat tiba diruang ICU yang Zidan beritahu tadi, nafanya memburu naik turun karna dia berlari dari parkiran sampai kedepan ruangan itu.
"Dia didalem" jawab Gio seadanya.
Lalu Rain melihat kearah pintu ruang ICU itu dengan tatapan sendunya. Gadisnya sedang berjuang didalam sana, perempuan yang sudah mengisi hatinya sedang berjuang hidup dan mati didalam sana, tapi ia tidak bisa melakukan apa-apa.
Bodoh itu yang ada difikirannya saat ini, dia bodoh dan ceroboh membiarkan kekasihnya yang lugu dan menggemaskannya itu pulang sendirian. Belum lagi perlakuan Rain akhir-akhir ini kepadanya, menyesal? Tentu Rain menyesal telah berbuat seperti itu kepada Iris yang jelas-jelas tidak mungkin gadis sebaiknya melakukan hal itu. Memikirkan semua luka, sakit hati dan perasaan kecewa yang dirasakan gadisnya membuat emosi Rain memuncak.
"Arghhhh" bugh bugh. Rain memukul tembok terus menerus sampai tangannya mengeluarkan darah, bahkan dia juga membenturkan kepala sendiri ketembok rumah sakit untuk melampiaskan semua emosinya dan rasa penyesalannya.
"Kamu apa-apaan sih" bentak Zidan tersulut emosi
"Yang kamu lakuin ga guna anjing, ga bakalan bikin Iris sadar" tambahnya.
"Kenapa kamu? Nyesel?" ucap Gio sinis
"Aku nyesel" ucap Rain lirih sambil menundukan kepalanya dan lagi lagi dia menangis.
"Rasa sesal kamu ga guna tau ga" jawab Zidan marah
"Dengan mudahnya kamu jalan sama si Lyna tanpa perduliin perasaan Iris gimana, kamu pulang dan kamu berangkat sama dia, sedangkan status kamu aja masih pacarnya Iris. Otak kamu dimanaa!?"
"Kita semua jadi saksi gimana hancurnya dia, pas liat kamu jalan sama si Lyna. Tapi dia tetep senyum seolah semuanya baik-baik aja" ucap Zidan panjang lebar sambil meluapkan semua emosinya didepan Rain.
"Za udah" jawab Zia, karna jujur dia tidak tega melihat kondisi Rain saat ini. Rambut acak-acakan, darah mengering ditangannya belum lagi bajunya yang lusuh oleh keringat.
Cklek
Tiba-tiba dokter membuka pintu ruangan dimana Iris sedang ditangani.
"Bagaimana keadaan teman saya dok?" tanya Zia khawatir.
"Dimana orang tua pasien?" tanya dokter itu.
"Orang tuanya sedang dalam perjalanan menuju kesini dok" jawab Keyra. Memang saat Iris kecelakaan Keyra langsung mengabari Bunda dan Ayah Iris, kebetulan mereka sedang ada pertemuan bisnis diluar negri. Saat mendengar kabar itu mereka sangat terkejut dan khawatir dengan keadaan putri mereka, jadi mereka memutuskan untuk membatalkan pertemuan itu dan kembali keindonesia.
"Pasien dalam keadaan kritis" ucap dokter itu "Berdo'a saja untuk kesembuhan pasien, saya permisi"
Saat mendengar itu, Rain tidak mampu menahan tubuhnya sendiri. Lututnya lemas dan dia pun jatuh terduduk dilantai dengan keadaan menekuk kedua lututnya. Air matanya mengalir dengan deras. Mendengar itu semua.
"Gimana keadaan Iris?" tanya Satya tiba-tiba saat sampai disana. Dia mendengar kabar jika ada salah satu siswi disekolahnya kecelakaan parah didekat halte, entah kenapa dia berinisiatif bertanya dan ternyata korbannya adalah Iris. Lantas dia langsung buru-buru menuju rumah sakit yang diberitahu temannya tadi.
"Dia kritis" jawab Keyra.
"Gimana bisa?" tanya Satya lemas.
"Gimana keadaan anak tante?" tanya Bunda Iris saat tiba dilokasi sambil menangis dalam pelukan Ayah Iris.
"Iris kritis tan" jawab Zia sambil menangis.
"Engga, engga mungkin. Anak tante kuat, anak kita kuat kan Ayah" ucap Liona menangis histeris dalam pelukan Zayn.
"Anak perempuan kita satu-satunya kuat kan Ayah, dia pasti bisa lewatin ini semua" Liona menangis histeris. Bagaimana tidak terkejut mendengar kabar jika putri satu-satunya kecelakaan parah dan sekarang kritis, putri kesayangannya yang selalu tersenyum ceria kini terbaring lemah diranjang rumah sakit.
"Maafin Rain Bunda" ucap Rain menangis sambil memeluk lutut Liona.
"Engga sayang, ayo bangun. Jangan kaya gitu Iris pasti ga suka kalo liat kamu kaya gini" jawab Liona mencoba menenangkan pemuda itu, padahal dirinya saja masih syok.
Lalu mereka semua duduk dibangku yang disediakan didepan ruangan itu.
"Kalian lebih baik pulang saja" Ucap Zayn.
"Iya kalian juga belum pulang kerumah kan, bersih-bersih diri kalian dulu nanti kesini lagi. Tenang disini ada om sama tante yang jaga Iris" ucap Liona meyakinkan.
"Tapi Bunda" bantah Rain.
"Ga ada tapi-tapian Rain, emang kamu mau nanti kalo Iris udah sadar terus ketemu sama kamu, penampilan kamu malah kaya zombie gini. Engga ganteng lagi, nanti Iris gamau loh sama kamu" ucap Liona terkekeh diakhir kalimatnya.
"Ya udah kita semua pamit ya om tan" ucap Keyra. Dan diangguki mereka semua termasuk Satya.
"Ya sudah, kalian hati-hati ya. Dan terima kasih" ucap Zayn