Hari ini Iris berangkat kesekolah diantar oleh supir pribadinya, entah apa yang terjadi pada Rain sampai saat ini dia belum mengabari Iris.
Saat sampai didepan gerbang sekolahnya, Iris tidak sengaja berpapasan dengan Zia.
"Eh haii Iris" sapa Zia.
"Hai" balas Iris sambil tersenyum.
"Rain engga jemput kamu?" tanya Zia.
"Engga, hehe"
"Masalah kemarin?" tanyanya memastikan.
Iris hanya mengedikkan bahunya, tanda tidak tahu. Entahlah dia pun bingung, disini posisinya dia yang ditinggalkan tapi kenapa Rain tak memberi kabar atau sekedar meminta maaf kepadanya. Seharusnya dia yang marah, karna rasa kecewanya kepada Rain, Iris memilih diam juga. Tidak menanyakan terlebih dahulu kepada Rain.
"Kekelas aja yu" ajak Iris
"Eumm ayo deh"
Sedangkan Rain, dia berangkat sekolah sendirian dia sengaja tidak menjemput Iris. Ya, dengan alasan yang pasti kalian sudah ketahui. Kecewa dengan Iris.
Saat dijalan dia tidak sengaja berpapasan dengan Lyna, yang katanya ban mobil dia bocor. Dengan terpaksa pula Rain menerimanya karna memang sudah hampir telat.
Saat sampai kesekolah kebetulan pintu gerbang belum ditutup, dan banyak siswa siswi yang berlalu lalang karna memang saat-saat bel masuk berbunyi banyak yang baru berdatangan. Sontak mereka berdua menjadi sorotan, ada apa dengan Rain? Pikir mereka. Yang mereka tau Rain dan Iris berpacaran dan selalu berangkat bersama, lalu Rain malah berangkat bersama anak baru itu.
Ehh ehh itu Rain ko malah berangkat sama anak baru?
Eh Rain bukannya pacaran sama Iris?
Padahal Rain sama Iris udah cocok
Mereka marahan kali ya?
Apa mereka udah putus?
Itu anak baru gatel banget sih, udah tau Rain udah punya pacar
Cantik-cantik cabe yaa
Rain hanya memasang wajah datar andalannya, dia tidak peduli dengan ucapan semua orang itu. Sedangkan Lyna tersenyum miring dibelakang Rain.
"Rain makasih ya" ucap Lyna lalu turun dari motor Rain sambil tersenyum.
"Hmmm"
Iris melihat semuanya, kebetulan memang saat Iris sampai tadi, selang beberapa menit Rain sampai. Mereka memang masih disana.
Lagi, lagi dan lagi. Rain mengecewakannya, ternyata ini alasan Rain tak menjemputnya tadi pagi. Kemarin mereka pulang bersama, lalu ini? Berangkat bersama pula. Jika memang Rain sudah tak mencintainya lagi dia tidak masalah. Tetapi tidak begini caranya, Rain bersama perempuan lain saat masih ada status dengannya jika memang dia sudah tak mencintai Iris seharusnya putuskan hubungannya dengan Iris. Yang Iris mau seperti itu, bukan ini.
"Si Rain maunya apa si" ucap Zidan tersulut emosi.
"Aku juga kesel liatnya" timpal Zia.
"Kemarin pulang bareng, sekarang berangkat. Brengsek emang" tambah Keyra.
"Mending kamu putusin dia aja deh" tambah Zia emosi, melihat sahabatnya tersakiti seperti ini.
"Hehe udah, aku gapapa ko" ucap Iris berbohong.
"Cihh gapapa kamu bilang, aku juga cewe. Aku tau rasanya gimana gausah bohong deh" sarkas Keyra tajam.
"Aku bisa apa? Kalo emang itu kemauan dia. Aku ga bisa protes, kalo memang dia udah ga cinta sama aku, aku ikhlas ko"
Mereka semua hanya bisa diam dan prihatin dengan Iris. Lagi-lagi mereka menjadi saksi kecewa dan sakitnya perasaan Iris.
"Kekelas aja yu" ajak Iris. Mereka semua hanya mengangguk menyetujui, lagi pula apa gunanya berlama-lama disana? Hanya membuatnya sakit hati.
Sedangkan Rain hanya acuh, sebenarnya dia melihat Iris namun egonya menahannya. Lagi-lagi dia memilih diam.
***
Sekarang sudah waktunya jam istirahat dan Iris memilih tidak pergi kekantin dan diam dikelasnya.
"Ga kekantin?" tanya Satya tiba-tiba.
"E-ehh kamu ngagetin aja"
"Abisnya bengong mulu, kesambet loh"
"Hehe engga ko"
"Ngindarin Rain?" tanya Satya tepat sasaran.
"Mana ada, kamu sendiri ga kekantin? Nanti maag kamu kambuh loh" ucap Iris mengalihkan.
"Jangan ngalihin pembicaraan Iris"
"Iya-iya, aku masih kecewa aja sama Rain" jujurnya
"Oke lupain, mending makan. Nih aku bawa makanan banyak"
"Wahh Satyan kamu the best dehh hehe"
***
Saat sampai kekantin Rain memilih bergabung dengan kedua sahabatnya, lalu dia mencari keberadaan seseorang namun dia tidak menemukannya. Ya, Rain mencari Iris.
"Cari siapa kamu?" tanya Zidan ketus.
"Bukan urusan kamu"
"Gausah ngelak, aku tau kamu nyari Iris" jawab Zidan tepat sasaran.
"Bacott"
"Cihhh masih inget punya cewe kamu? Kemaren kemana aja?" tanya Zidan tajam. Sejujurnya Zidan ini gedeg sama tingkah Rain yang malah lebih milih medusa itu.
"Tau apa kamu, kamu gatau apa-apa jadi diem aja" jawab Rain dingin.
"Ga seharusnya kamu bersikap kaya gitu sama Iris, kasian dia nungguin kamu kemarin" tambah Gio lebih tenang dari pada Zidan.
"Udah aku bilang, kalian gatau apa-apa jadi mending diem" jawab Rain tak mau kalah.
"Das..."
"Rain" ucapan Zidan terpotong oleh suara seorang perempuan yang memanggil Rain.
"Cihhh medusa" Zidan bergumam.
"Rain ko kamu diem aja si" ucap Lyna.
"Hai sayanggg" ucap Zia menghampiri meja Gio.
"Hai" jawab Gio sambil tersenyum.
"Ehh hai ada pelakor juga ya disini" ucap Keyra pura-pura tersenyum menyapa.
Lyna mengepalkan tangannya dibawah meja, dia tetap mempertahankan senyumnya. Sebisa mungkin dia menahan emosinya.
"Kalian berdua aja? Kemana Iris?" tanya Zidan.
"Oh aman, dia lagi makan ko dikelas sama Satya. Sama cowo yang baik dan mau ngebahagiain Iris. Bukan sama laki-laki yang engga bertanggung-jawab dan malah ninggalin pacarnya" ucap Zia memancing sambil menekankan kata ninggalin pacarnya.
Ah sial! Rain merasa tersindir dengan kalimat barusan. Namun dia tetap stay cool dengan wajah datarnya.
"Wahh Satya peduli banget ya sama Iris sampe ngasih makan gitu, engga kaya pacarnya yang asik makan sendiri tanpa meduliin pacarnya udah makan apa belum" tambah Zidan memanas-manasi. Kan udah Zidan bilang, dia itu kelewat gedeg sama Rain yang tega-teganya nyakitin Iris, mangkanya jangan salahin Zidan kalo lambenya lemes gitu kaya emak-emak komplek.
"Oh iya satu lagi, mana makannya sama cewe lain lagi" timpal Keyra. Sambil tersenyum miring melihat raut wajah Rain yang sepertinya menahan emosi.
Tak lama setelah itu Rain memilih pergi meninggalkan mereka, karna jujur dia emosi dan merasa terpojokkan mendengar ucapan mereka semua. Wkwk Rain kena mental gays:v
"Loh Rain ko malah ninggalin aku sih" ucap Lyna mencak-mencak tak jelas.
"Hehh ulet keket, kamu bisa ga sih jauhin gausah deket-deket sama Rain. Udah tau Rain punya pacar masih aja kamu deketin. Ga laku kamu?" ucap Zia sengit.
Sial egonya sedikit tersentil mendengar kata ga laku kamu yang Zia ucapkan barusan.
"Ga bisa, kenapa emang?" jawabnya santai.
"Mati kamu, kalo ga deket-deket sama dia?" jawab Keyra menusuk.
"Arghhh berisik deh kamu, awas aku mau pergi"
Lalu Lyna pun pergi dari sana sambil menahan emosinya juga, karna dia kalah telak oleh Keyra. Wahh Lyna juga kena mental nih gays wkwk.