Chereads / Cakrawala Asmaradanta / Chapter 29 - Chapter 29: Pre-Checking

Chapter 29 - Chapter 29: Pre-Checking

Pagi ini diawali dengan salju yang turun dengan malu-malu.

Butiran crystal snow yang turun di Makara sedikit membuat kacau para pedagang ikan kering di pinggiran kota. Para pedagang tersebut membereskan meja tempat mereka mencari nafkah dan mengamankan ikan-ikan yang tak kunjung terjual. Kali ini ikan tersebut tak laku. Harganya jatuh di pasaran, karena siapa pula yang mau membeli bahan makanan dari Kaum Sekunder? Tentu saja tak banyak.

Kaum Primer pun tak akan sudi menjejakkan kakinya di depan lapak mereka hanya untuk sekedar melirik ikan yang sebenarnya kualitasnya tak kalah sama dengan yang lain. Tak kalah bagus dengan yang dijual di supermarket. Kesusahan itu membuat para pencari uang itu kembali menelan ludah dengan kesal dan berharap salju segera berhenti.

Lain halnya dengan Pemuda Park. Pemimpin Guardian itu telah selesai melaksanakan tugasnya untuk menginspeksi beberapa wilayah yang ditargetkannya. Pun telah mengumpulkan beberapa peserta Copulation yang gagal melewati tahap Pre-Checking, dan membawa orang-orang malang itu ke dalam truk. Mereka selanjutnya akan dibawa ke rumah tahanan di pusat kota.

Beberapa dari mereka tak lolos seleksi karena tak memenuhi beberapa syarat yang diminta oleh Para Petinggi. Ada pun banyak dari mereka gagal karena tak menyelesaikan persyaratan utama; Kopulasi. Sebuah kesalahan fatal yang membawa Kaum Sekunder pada penghakiman yang telah disediakan.

"Selanjutnya?"

Tujuan mereka kali ini adalah yang terakhir pada pagi itu. Rumah terakhir yang harus diperiksa setelah seharian berkeliling bersama Guardian-Guardian lain yang membawa puluhan senapan laras panjang. Setelah rumah terakhir ini, ia dan timnya sudah harus kembali ke pangkalan dan mengerjakan tugas lain yang dibebankan pada mereka.

"Selanjutnya adalah kediaman Tuan Aaron Magnifico dan pasangannya Ivory Kelana. Rumah nomor 40. Dua blok dari sini, Tuan."

'Ivory Kelana?'

Cakara mengecek data yang terpancar dari hologram dalam truk itu.

'Tentu saja, gadis manis itu kan tinggal di sekitar sini. Bagaimana bisa aku lupa?' Cakara membatin sendiri.

Seketika Cakara teringat akan pertemuannya dengan Ivory beberapa waktu yang lalu. Ia tersenyum simpul kala membayangkan wajah manis gadis itu yang terlihat ketakutan kala melihatnya mengenakan seragam Guardian. Saat itu juga ia mulai bertanya-tanya, apakah Ivory akan berhasil melewati Pre-Checking atau tidak.

Tak berapa lama, kendaraan mereka pun tiba tepat di depan halaman rumah Aaron Magnifico. Cakara keluar dan mulai memasuki pekarangan rumah itu hingga tiba di depan pintu rumah mewah tersebut. Ia menekan tombol intercom dan menyerukan pesan suara dengan tegas.

"Cakara Park, Kepala Guardian, buka pintunya."

Tak butuh waktu lama agar pintu itu terbuka dan menampilkan sosok paruh baya yang mengenakan seragam khas asisten rumah tangga. Asisten rumah tangga itu tersenyum ragu-ragu padanya dan mempersilakan rombongan Guardian itu untuk masuk. Mereka diminta untuk menunggu sejenak.

"Tuan Magnifico ada di atas bersama pasangannya. Mohon tunggu sebentar. Akan saya panggilkan."

Cakara memandang kepergian asisten rumah tangga itu dan menanti dengan rasa penasaran pada sosok yang akan turun dari balik tangga itu. Entah mengapa bibirnya tersenyum simpul kala mendapati tubuh ramping gadis manis yang ia tunggu-tunggu turun terlebih dahulu. Baru kemudian diikuti oleh pasangannya, Aaron Magnifico. Kedua alis tebal Ivory mengerut kala melihat pemuda Park dan setidaknya 7 orang lain yang berada di belakangnya.

"K ... Kau?" ucap Ivory lirih.

"Selamat sore, Kelana. Senang bisa bertemu lagi."

Ivory tersenyum ragu-ragu dan membungkuk di hadapan Cakara. Ia menyapanya dengan sopan sebelum tersenyum lebih lebar lagi. Ia tahu ia harus bersikap sopan pada Guardian yang satu ini.

"Senang bertemu denganmu juga, Tuan Guardian," ucapnya riang. Matanya bahkan berbinar saat memandang pria dengan setelan rapih itu.

"Cakara. Sudah ku bilang panggil saja namaku. Aku tak keberatan."

"Selamat sore dan selamat datang di rumahku, Tuan Park." Aaron menarik tubuh Ivory agar berdiri di belakangnya dan membungkuk juga. Pria itu menahan tubuh Ivory yang hendak maju ke depan dengan satu tangan. Memberi isyarat agar mengikuti maunya yakni berdiri di belakangnya.

"Aaron?" tanya Ivory bingung.

"Menurut, Ivy," bisiknya.

Entah apa maksud Aaron yang melarangnya untuk berdiri di sampingnya, Ivory hanya membalas dengan anggukan pelan. Ia akan menanyakannya nanti. Untuk saat ini, ia memutuskan untuk memberikan atensi penuh pada tamu tak diundang.

"Seperti yang kalian ketahui, hari ini adalah jadwal untuk tahap Pre-Checking. Kami meminta kesediaan Anda untuk mengikuti prosedur yang telah kami tetapkan guna menyeleksi peserta Copulation tahun ini," ucap satu-satunya wanita dari rombongan itu dengan nada datar.

Samar-samar Ivory teringat akan nada suara wanita tersebut yang mirip dengan sosok pembawa berita tempo hari. Terkesan tak bersahabat. Sama seperti wajahnya yang terlihat begitu dingin.

"Kami telah menyediakan alat untuk mendeteksi lolos tidaknya peserta Copulation. Dokter Gery akan memeriksa pasangan Copulation Anda dan memberikan hasilnya saat itu juga."

"Alat ... apa itu?" tanya Ivory takut-takut.

"Itu adalah alat pendeteksi, Ivory. Jangan khawatir. Tak terlalu sakit. Hanya saja alat itu akan dimasukkan ke dalam umm ... tubuhmu," terang Cakara.

"Tubuhku? Bagaimana? Disuntik kah?"

"Well," Cakara menggigit bibirnya. "Alat itu akan dimasukkan ke dalam kewanitaanmu, Ivory," ungkapnya.

Cakara berdehem kikuk. Ia merasa canggung dan bingung. Kenapa pula ia harus menjelaskan hal itu pada Ivory. Padahal itu adalah tanggung jawab rekan kerjanya, Terry.

"Bisa kita mulai sekarang, Tuan Magnifico dan Nona Kelana? Tunjukkan pada kami dimana ruangan yang bisa digunakan,"perintah Terry.

"Pakai kamarku," jawab Aaron singkat. "Ikuti aku."

Detik itu pula Aaron meraih tangan Ivory dan menggenggamnya. Ia menatap manik cantik yang terlihat mulai berpendar takut. Aaron menyunggingkan sebuah senyuman tulus dan membisikkan sesuatu di telinga Ivory.

"Jangan khawatir. Aku akan menemanimu."

Ivory mengeratkan genggaman itu. Tak mengangguk, tidak pula menggeleng. Ia terlalu khawatir mengenai apa yang akan mereka lakukan padanya.

Tak berapa lama, mereka pun tiba di kamar. Kamar yang dimaksud Aaron adalah kamar tamu. Tentu saja, mana mau pemuda itu membiarkan orang asing masuk ke dalam ruang pribadinya.

"Buka celana dan celana dalammu, Nona Kelana," titah Dokter Gery.

Perintah itu membuat Ivory menelan ludah dan memandang ke sekitarnya was-was. Ada setidaknya lima orang di dalam ruangan itu. Ivory, Aaron, Cakara, Dokter Gery, dan Terry. Keberadaan mereka lah membuat Ivory malu dan ragu.

"Sekarang, Nona Kelana," tegas Dokter Gery.

"Aar, dokternya laki-laki," bisik Ivory sembari meremat kemeja yang digunakan pasangannya.

"Bisa kah wanita itu saja yang memeriksa pasanganku?" tanya Aaron sambil menunjuk ke arah Terry. Ia mencoba bernegosiasi. Pria itu masih tak melepaskan genggaman tangannya pada tangan Ivory.

"Tidak ada tawar menawar, Tuan Magnifico. Pasangan Anda harus segera diperiksa atau ia akan dinyatakan gagal," ucap Terry.

Hening seketika menyelimuti kamar tersebut.