"Apa pekerjaanmu sehari-hari, Aar?"
Ivory Kelana melontarkan pertanyaan sederhana setelah mereka menghabiskan quality time di bawah salju pertama dua jam yang lalu. Ia memandang ke arah pasangannya yang duduk tenang di balik kemudi. Mobil mereka kini tengah melaju menembus hujan salju untuk menuju ke tempat kencan selanjutnya.
"Kau mau tahu?"
Ivory mengangguk penuh semangat. Ia penasaran akan kehidupan pasangannya itu sebelum bertemu dengannya. Pasti prianya itu punya banyak cerita dan pengalaman. Ivory suka mendengarkan cerita tentang hal-hal baru.
"Aku akan mengajakmu ke tempat kerjaku. Nanti kau akan tahu."
"Aku boleh ikut kau bekerja?" tanyanya tak percaya.
"Kenapa tidak?" Aaron melirik ke arahnya dan tersenyum simpul. "Aku akan mengenalkanmu pada rekan kerjaku di sana. Kau bisa bertemu dengan banyak orang baru."
Diam-diam Ivory ikut tersenyum. Bahkan Aaron dapat membaca keinginan yang tak terucapnya. Padahal tadinya Ivory hanya penasaran saja, namun ia malah ditawari untuk ikut ke tempat Aaron bekerja. Ivory senang karena pasangannya memiliki kepekaan yang luar biasa.
Mereka berdua larut dalam obrolan tentang banyak hal dimana Ivory lah yang banyak bertanya sementara Aaron dengan telaten menjawabnya. Ivory sangat suka mendengarkan cerita pasangannya. Ia jadi tahu banyak hal tentang kehidupan yang dijalani Aaron.
Sementara di sisi lain, Aaron juga menikmati sesi tanya jawab itu. Ia merasa jika gadis yang kelak menjadi ibu dari anaknya ini begitu menghargai cerita yang ia utarakan. Ivory banyak merespon dengan berbagai kalimat mau pun bahasa tubuh yang menggemaskan. Ia akan memekik saat Aaron bercerita tentang hal-hal yang menantang maut, tertawa saat Aaron menceritakan lelucon garingnya, bahkan akan berkaca-kaca saat Aaron bercerita tentang kematian neneknya beberapa waktu silam. Singkat kata, Ivory ternyata adalah anak yang ekspresif dan pendengar yang baik.
"Sampai."
Aaron menghentikan mobil yang dihadiahkan untuk Ivory itu di sebuah lapangan parkir luas namun sepi. Ia mematikan mesin dan mencondongkan tubuhnya ke arah Ivory untuk membantu melepas seat belt. Tak tahu saja jika tindakannya itu membuat napas Ivory terhenti sejenak.
"Kita ... dimana?" tanya Ivory gugup. Otaknya akan merespon lambat dan bibirnya akan tergagap kala tubuh hangat Aaron berdekatan dengannya. Jangan lupakan dadanya yang berdesir hebat karena pacuan jantungnya yang bekerja lebih keras dari biasanya.
"Tebak," jawab pemuda itu dengan suara serak. Deep voice kesukaan Ivory itu sukses membuat sosok yang lebih muda menelan ludahnya dengan gugup.
Selalu seperti itu jika ia merasa terpojok.
"Umm ... Aku tak tahu."
"Coba saja tebak asal."
Ivory berharap ia bisa mengendalikan pandangannya dengan tidak terus menerus memandang ke dalam netra indah milik prianya. Akan tetapi, amber Aaron lah yang nyatanya bisa memikat Ivory hingga membuatnya patuh akan ucapan apa saja yang keluar dari bibir Si Dominan itu. Netra itu lah yang membuat Ivory tergagap memberikan tebakan asalnya.
"Umm ... Pet shop?"
"Pet shop?" tanya Aaron balik. Ia tertawa geli dengan jawaban yang terlontar dari Ivory. Dari sekian banyak tempat yang bisa ditebak, Ivory memilih Pet Shop? Yang benar saja.
"Untuk apa kita ke Pet Shop? Chopa sedang bersama Joy. Dia yang akan merawatnya sementara waktu."
Joy.
Akhirnya nama itu disebut juga oleh Aaron.
Ivory bertanya-tanya kapan pasangannya itu akan ingat jika ia sebenarnya telah memiliki seseorang yang sudah sejak lama menetap di hatinya semenjak ia mereject panggilan itu.
Dan baru saja Aaron mengucapkannya.
"Yah, ku pikir mungkin saja ... kau akan—"
"Game Center."
Ivory terkesiap sejenak.
"Kau ingat mesin boneka yang pernah ku singgung saat kau baru saja pindah ke rumahku?"
Ivory mengangguk singkat. "Ingat," gumamnya.
"Nah, di dalam gedung itu, ada puluhan mesin seperti itu, dan juga permainan lainnya yang tak kalah seru. Kita akan main sepuasnya sampai bosan," ujar Aaron. Tangan kanannya terulur dan menggenggam tangan Ivory, perlahan-lahan menyatukan kelima jari-jarinya dengan jemari Ivory. "Aku ingin membuat kencan pertamaku berhasil dengan sukses. Jadi kelak kau akan bisa mengenangnya dengan jelas."
Mengenangnya dengan jelas.
Hanya sekadar mengenang.
Entah mengapa Ivory berpikir jika kalimat yang terucap dari bibir lelaki yang tengah menatapnya lekat-lekat itu salah. Mengapa jadi terkesan jika Aaron memang sudah mempersiapkan segala ini dengan sengaja agar hanya menyenangkan hatinya? Bukan kah seharusnya Aaron tulus melakukannya?
Mengapa terasa jika Aaron sudah menetapkan batas maksimal persinggahan Ivory di kehidupannya lewat kata 'mengenang' itu? Jadi benar kah jika Aaron hanya menganggap Ivory sebagai induk dari anaknya saja? Jadi benar kah jika Aaron hanya menganggap ini semua hanya permainan semata?
Tapi sialnya memang itu kenyataannya, bukan?
Hati Ivory berdenyut nyeri.
Ia memandang wajah tampan pasangannya yang memandangnya dengan binar antusias.
'Dia hanya antusias karena ia ingin semua yang sudah ia siapkan berjalan dengan lancar. Agar permainan yang ia mainkan berakhir dengan sempurna, begitu 'kan, Ivory?' Ia bertanya-tanya sendiri dalam hati.
"Ayo, Ivy."
Ivory ingin menolak. Ia ingin berkata tidak. Ia merasa begitu bersalah karena hatinya kini dipenuhi dengan rasa egois. Hati kecilnya berkata ia butuh lebih. Lebih dari sekedar permainan. Lebih dari sekedar kepura-puraan.
Ia ingin ini semua menjadi nyata.
Belum sempat Ivory memberi jawaban pada pasangannya, sebuah bunyi beep berulang-ulang terdengar di telinganya, diikuti oleh rasa sakit yang menyengat pada lengan kirinya. Rasanya seperti terkena sengatan lebah; nyeri dan pegal mendadak, hingga membuatnya meringis kesakitan.
"Sial, ada pemberitahuan."
Ivory melirik Aaron yang juga mengerang menahan sakit sembari menekan lengan kanannya.
"Aaron, apa yang ter—"
Detik itu pula Aaron menekan tombol power yang sebelumnya digunakan untuk memancarkan layar Hologram dari dashboardmobil. Seketika rasa sakit itu lenyap dan berganti dengan terpancarnya layar Hologram yang menampilkan gambar seorang wanita dewasa yang mengenakan jas rapih berwarna putih dengan rambut yang digelung tinggi-tinggi. Wanita itu mulai berbicara di depan podium kecil yang tersedia di depannya.
"Selamat sore para peserta Copulation," ucap wanita itu. "Saya Merita, Kepala Bagian Acara Copulation tahun 2071 akan memberikan pengumuman bagi seluruh peserta acara Copulation. Pengumuman ditujukan demi melancarkan acara luar biasa ini," ujar wanita yang berbicara tanpa sedikit pun senyuman di bibirnya.
Lagi-lagi Ivory berpikir jika wanita ini sama seperti para Guardian di luar sana yang bertingkah layaknya sebuah robot.
"Demi meningkatkan keketatan seleksi keturunan, Dewan Tertinggi memutuskan akan mengadakan kembali tahap Pre-Checkingyang sudah 12 tahun belakangan dihentikan. Pre-Checking akan dilaksanakan dua hari yang akan datang oleh Tim Medis yang disiapkan Para Petinggi yang akan menyebar ke seluruh wilayah di Amerta tanpa terkecuali. Semua peserta Copulation diharapkan sudah memenuhi persyaratan agar bisa lulus di tahap ini dan bisa melanjutkan ke tahap selanjutnya. Persyaratan untuk memenuhi Pre-Checking akan muncul di pemberitahuan selanjutnya atau dapat juga dilihat di laman pemerintah dengan alamat berikut ini—"
"Pre-Checking?"
"Sejak kapan ada Pre-Checking?"
Ivory dan Aaron bertatap mata cemas.
"—dan bagi peserta yang tidak lolos di tahap ini, maka konsekuensi akan diterima berdasarkan hukum yang telah ditetapkan oleh Dewan Tertinggi..."
"Sudah ada hukumannya?"
"Bahkan di awal acara?"
"Dia bercanda."
"Bagi peserta yang lolos tahap Pre-Checking, mereka akan dipersilakan mengikuti tahap selanjutnya hingga tiba ke tahap First Checking yang akan dilaksanakan di awal bulan Desember mendatang." Sosok pembawa pengumuman itu berhenti sejenak dan menyunggingkan senyum lebar yang terlihat mengerikan. Seolah-olah bibirnya itu tertarik hingga mendekati ke telinganya dan membentuk senyuman yang lebih terlihat seperti seringai. "Demikian pengumuman ini diberitahukan. Selamat menjalankan Copulation. Salam." Dan layar Hologram itu berganti menjadi sebuah layar putih yang menampilkan beberapa kalimat yang menjadi syarat Pre-Checking itu.
Tidak terlalu banyak syarat yang ditampilkan, dan Ivory rasa ia bisa memenuhi semua permintaan Dewan Tertinggi itu selain...
"Aaron..."
"Ivy..."
Mereka saling adu pandang sekali lagi. Ivory ragu-ragu ingin menanyakan pertanyaan untuk meyakinkan opininya. Yang ada gadis itu hanya memilin-milin jemari di antara lututnya dan menatap pasangannya dengan resah. Terdapat satu syarat yang membuatnya cemas luar biasa.
"Itu berarti ... umm ... kita..."
"Iya, Ivy."
Ivory menggigit bibir bawahnya kuat-kuat.
"Itu berarti kita harus bercinta secepatnya agar bisa lolos tahap Pre-Checking ini."