Chereads / Cakrawala Asmaradanta / Chapter 15 - Chapter 15: Mobil Merah Hadiah Sang Pasangan

Chapter 15 - Chapter 15: Mobil Merah Hadiah Sang Pasangan

Ivory memandang wajahnya melalui cermin kamar mandi.

Ia menatap matanya yang berkilau terkena pantulan lampu kamar mandi. Irisnya yang berwarna violet terasa sangat mencolok di antara semua interior kamar mandi tersebut yang didominasi dengan warna putih. Ivory mengerjapkan matanya beberapa kali. Ia masih setengah tidak sadar ketika melangkah menuju ke bawah guyuran shower.

Mandi dengan air bersih dan hangat yang melimpah adalah suatu hal yang sangat langka baginya. Biasanya ia akan mandi seadanya dengan air yang tak kurang dari satu ember. Air tersebut pun terkadang masih sedikit kotor karena ia harus berebut air bersih dengan warga lain. Jika ia terlambat satu menit saja untuk mengantri air bersih setiap harinya, maka ia hanya mendapatkan air sisa yang sering membuat kulitnya gatal-gatal.

Akan tetapi, kali ini ia diberkati dengan mandi air bersih yang tak ada batasannya. Ivory ingin sekali menghabiskan seharian waktunya dengan duduk di bawah guyuran dengan tubuh yang dibalur sabun beraroma mawar. Kulitnya yang kasar dan kering terasa ratusan kali lebih mulus hanya karena sekali mandi di kamar mandi barunya itu. Ia terkejut bagaimana perbedaan jenis air dan sabun bisa membuat kulitnya terasa lebih kenyal dari pada sebelum-sebelumnya.

Sayangnya, ia tak bisa berlama-lama membersihkan diri. Aaron memintanya untuk lekas bersiap karena pria itu hendak mengajak Ivory keluar. Ia tak tahu akan dibawa kemana. Yang jelas, ia menurut saja ajakan dari pasangannya tersebut. Menarik napas dalam-dalam, ia mematikan shower yang sedari tadi membasahi tubuhnya, dan menyambar sebuah handuk putih yang tergantung di capstocks. Ia melilitkan satu handuk di tubuhnya dan satu lagi ia gosok-gosokkan di rambut basahnya.

Ivory keluar dari kamar mandi dan bergegas mendatangi lemari penyimpanan bajunya. Ia tersenyum simpul mendapati sepasang outfit lucu sudah tergantung di handle lemari itu. Di atasnya terdapat post it berwarna hijau muda dengan tulisan tangan asing yang baru kali ini dilihatnya.

'Pakai baju ini dan mari pergi kencan.'

'AM.'

Aaron Magnifico.

Ivory tak ingin tersenyum tapi bibirnya bergerak secara otomatis kala melihat tulisan tangan rapih milik pasangannya itu. Entah mengapa dia menganggap tindakan Aaron yang menyiapkan baju untuknya itu cukup manis. Tak pernah ada yang memperlakukannya seperti itu sebelumnya.

Ia meletakkan post it itu di dalam laci meja di kamarnya dan beralih melepaskan baju itu dari hanger. Netra bulatnya menatap outfit di tangannya dengan kagum. Sebuah jumpsuit dengan dalaman kaus putih bergaris hitam lengan panjang telah disiapkan Aaron untuknya. Dilengkapi dengan Timbaland cokelat muda dan kaca mata berlensa bulat, outfit-nya pada hari ini menjadi sangat lengkap. Jujur saja, outfit ini benar-benar lucu dan Ivory menganggapnya begitu pas untuknya.

"Apa aku akan terlihat manis menggunakan ini?" tanyanya pada diri sendiri.

Tak mendapat jawaban dari siapa pun, akhirnya ia mengedikkan kepala, bergegas melepaskan lilitan handuknya dan memakai pakaian itu.

***

"Aaron?"

Ivory bergumam memanggil pasangannya di lantai bawah tanah. Setelah berganti baju dan menyiapkan diri, ia bergegas mencari keberadaan Aaron. Ia tak menemukan pria itu dimana pun. Aaron tak ada di kamarnya, ruang tamu, dapur, ruang tengah, dan ruang lain yang jumlahnya tak terhitung di rumah tersebut. Saat menanyakan keberadaan Aaron pada salah satu asisten rumah tangga, mereka mengatakan bahwa pemilik rumah tengah berada di basement. Saat itu pula Ivory bergegas menuju ke basement yang dimaksud.

Setelah panggilan itu keluar dari bibir Ivory, tak berapa lama ia mendengar sahutan dari arah yang tak terlalu jauh darinya.

"Kemari, Ivory," sahut Aaron.

Ivory melangkah mendekati sumber suara. Ia terkejut saat mendapati jejeran mobil mewah terpampang nyata di hadapannya. Berbagai jenis mobil keren dan mengkilat memenuhi ruangan bawah tanah itu. Mulut Ivory terbuka lebar dan liurnya nyaris menetes kala melihat mobil berwarna merah elegan berada tepat di depan matanya.

"Wow," gumamnya lirih.

Ia tak tahu menahu mengenai mobil atau kendaraan caggih lainnya karena selama ini yang pernah ia naiki hanyalah bus karatan dan mobil jemputan Copulation. Akan tetapi, untuk yang satu ini, dia benar-benar terpana akan pesona body mobil merah tersebut. Menurutnya, mobil itu terlihat sangat gagah namun cantik secara bersamaan.

"Suka?"

Ivory terlonjak dan berbalik mendapati Aaron yang tersenyum ringan padanya. Ia tak tahu kalau sedari tadi Aaron berada di sudut ruangan, memperhatikan Ivory yang tengah terkesima. Pria itu lalu berjalan mendekati Ivory dan menutup mata gadis itu dengan telapak tangannya yang lebar.

"Aaron, apa yang kau lakukan?"

"Hitung mundur dari angka lima," bisik Aaron.

"Sekarang?"

"Uh huh," gumam pria itu mengiyakan. "Tadahkan tanganmu juga."

Ivory mengulurkan tangannya yang langsung disambut dengan usapan ringan yang menggetarkan jantungnya. Ia masih tak tahu kenapa Aaron memintanya untuk memejamkan mata dan menadahkan tangan. Yang ia tahu, Aaron saat ini tengah menyentuh lembut tangan halusnya sebelum berucap kembali dengan suara lembut.

"Mulai berhitung," titah penyandang nama belakang Magnifico.

Dan Ivory menurutinya.

"Lima, empat, tiga, dua..."

Sebuah benda kecil dingin ditempelkan di telapak tangannya.

"… satu."

Dan tangan Aaron menjauh dari mata Ivory. Saat itu pula Ivory membuka kedua matanya. Ivory mengerjapkan kedua matanya beberapa kali.

"Surprise!"

Sebuah kunci mobil.

Sebuah kunci mobil yang dihias dengan pita berwarna merah cantik tergeletak di atas telapak tangan Ivory. Ivory memandang kaget kunci kecil di tangannya. Ia membelalak tak percaya melihat kejutan dari Sang Pasangan.

"Hadiah untuk kencan pertama kita."

Aaron memutar tubuh Ivory yang masih shock hingga ia menghadap kembali ke depan mobil merah yang membuatnya kagum beberapa saat yang lalu.

"Tepat di depan matamu."

Mobil merah indah yang mulus tak bercela itu adalah hadiah dari Aaron untuk Ivory yang notabenenya baru dikenalnya. Gadis dengan nama belakang Kelana itu shock tak terkira. Seingatnya, hadiah termewah yang pernah diterimanya hanya lah sebuah sepatu boot hitam yang diberikan kakaknya di ulang tahunnya ke 16. Meski pun kakaknya membelikannya di pasar barang bekas, namun sungguh ia sangat bersyukur ketika menerimanya.

Namun kali ini, sebuah mobil...

"Astaga, Aaron," cicit Ivory. "Kau bercanda bukan?"

Aaron tertawa riang. Terlihat gemas akan reaksi pasangannya. "Sangat sangat tidak, Ivory. Mobil itu milikmu."

Ivory maju dan menyentuh cat yang menempel pada permukaan mobil merah itu. Hanya dengan satu sentuhan saja Ivory langsung terlonjak kaget. Ia tak pernah menyentuh mobil bagus sebelumnya. Ia memang sempat bermimpi untuk naik kendaraan bagus setidaknya sekali seumur hidupnya. Ia selalu berpikir bahwa hanya dengan melihatnya dari kejauhan saja sudah bisa memenuhi hasratnya. Tapi ia tak menyangka akan secepat ini doanya dikabulkan.

"Aaron, aku tak bisa. Ini sangat berlebihan bagiku."

Ivory berbalik dan menyerahkan kembali kunci itu pada Si Pemberi. Ia menggeleng dan menunduk. Gadis itu sebenarnya takut Aaron tersinggung akan penolakannya.

"Aku ingin kau memilikinya, Ivory. Ini bukan apa-apa. Hanya sebuah kendaraan."

Hanya sebuah kendaraan katanya.

Ivory yakin nominal mobil itu bisa untuk menghidupnya sampai setidaknya 20 tahun ke depan, dan Aaron bilang hanya?

"Aku tak pantas menerimanya. Aku bukan siapa-siapa. Aku tidak bisa." Ivory mundur dan semakin menundukkan kepalanya.

Aaron menahan Ivory agar tidak berjalan mundur lagi dengan remasan di kedua lengan atasnya. Ia menatap gadis manis di depannya yang tertunduk tak percaya diri. Dengan sabar, pria itu menyentuh bahu Ivory dengan sedikit remasan.

"Lihat aku, Ivory," ucapnya. "Jangan tundukkan kepalamu dan tatap aku."

Dengan penuh kehati-hatian, Ivory mengangkat kepalanya dan seketika itu pula ia terbawa oleh netra indah milih Aaron. Mata dengan iris amber itu sungguh terlihat lebih jernih dari mata mana pun yang pernah Ivory lihat. Belum lagi bulu mata lentik yang semakin menciptakan keindahan yang alami dari pria di hadapannya.

"Hilangkan sifat rendah dirimu. Kau pasanganku. Tanggung jawabku. Aku ingin kau menerimanya. Tak ada penolakan. Tak ada argumen. Kau akan menyukai mobil itu," tegas Aaron mencoba meyakinkan gadis di depannya.

Ivory menggigit bibir bawahnya. Ia tak mau menerima hadiah mewah itu karena menurutnya dirinya bukan pasangan sejati Aaron. Ini hanya permainan, bukan? Hanya sementara. Mengapa Aaron harus memperlakukannya sebaik ini?

"Tapi aku bukan—"

"Aku tak menganggapmu murahan hanya karena kau menerima pemberianku. Kau harus membiasakannya. Ini baru permulaan dari segala yang ku siapkan untukmu."

Aaron Magnifico menarik lagi tangan halus Ivory. Ia meletakkan lagi kunci itu dan menutup telapak tangan Ivory hingga ia menggenggamnya. Dengan sebuah senyuman tulus, Aaron bertanya pada gadisnya.

"Nah, kau bisa mengemudi?"