Kaki kanan Ivory menendang kaleng bekas soda yang tergeletak di tengah jalan. Ia melempar kepalanya ke belakang dan mendesah kesal. Dirinya masih belum setuju dengan pendapat sahabatnya.
"Percaya kah kau pada Para Petinggi, Megan? Pada Dewan Tertinggi? Kenapa mereka mengambil semua anak dari orang tuanya?" tanya Ivory dengan nada meninggi. "Mereka tak berhak melakukannya. Mereka tak seharusnya memisahkan anak dari ibunya. Itu tak adil!"
Sebelum Sang Sahabat sempat membalas ucapan Ivory, empat orang Guardian telah mendatangi mereka berdua yang tiba di tepi lapangan. Tanpa menunggu aba-aba lagi, mereka segera menarik tangan Ivory dan Megan untuk maju ke tengah lapangan. Ivory mau tak mau mencoba patuh walau pun memasang wajah sebal. Berbeda dengan Megan yang terlihat sumringah.
"Aku tak mau! Lepaskan aku!"
Gendang telinga Ivory menangkap teriakan putus asa dari seorang gadis yang berdiri tak jauh darinya. Dengan rambut yang acak-acakan, gadis itu diseret oleh dua orang Guardian ke tepi lapangan. Seorang Guardian lain menunggu gadis itu datang dengan sebuah jarum suntik berukuran besar dan sebotol cairan berwarna biru muda. Gadis itu semakin meronta ketakutan, sementara orang-orang di sekitar memandangnya prihatin.
Tak ada yang berani menyela Guardian. Tak ada juga yang mau membantu Si Gadis, karena faktanya semua orang di sana terlalu takut untuk mencari masalah dengan kaki kanan Para Petinggi. Semua orang terasa seperti pengecut.
Termasuk Ivory.
"Ku dengar calon pasangannya adalah seorang pria tua yang hobi main tangan."
"Kau dengar tidak? Bahkan ada yang pernah patah tulang akibat ulah pria itu!"
"Aku heran, sebagaimana kasarnya pria itu memperlakukan pasangannya, sampai-sampai ada yang terluka."
"Pantas saja Kiara ketakutan. Kasihan gadis itu. Dia perawan tercantik di tempat ini—"
Ivory ketakutan mendengarkan gumaman di sekitarnya.
Bayangan akan sosok pria kasar yang suka memukuli pasangan sungguh menghantuinya. Bagaimana jika ia berakhir patah tulang seperti yang orang-orang itu bicarakan? Bagaimana jika ia harus tersiksa selama setahun penuh dengan pria gila yang hobi memukul?
Tapi ia tak bisa lari.
Tidak, atau ia akan mati...
"Kelana, Ivory!"
Ivory mengangkat tangan kanannya ragu-ragu. Ia bahkan tak sadar jika Guardian telah memulai sesi absensi. Sepasang netra tajam Guardian itu menilik Ivory dari ujung kaki hingga ujung kepala. Memindai. Detik berikutnya, Guardian itu mengangguk singkat.
Setelah namanya dipanggil, Ivory digiring untuk masuk ke dalam sebuah bis yang sudah penuh akan calon peserta Copulationtahun ini. Banyak dari mereka yang menunduk, menangis, dan tegang. Tak sedikit pula yang terseyum lebar hingga pasrah. Ekspresi mereka begitu beragam.
Ivory duduk di kursi kosong yang telah disediakan. Bau bis itu sungguh membuat perutnya mual. Ia merasakan perutnya seperti diaduk-aduk. Sangat ingin muntah.
"Kau baik-baik saja?"
Ivory mengangguk dan memaksakan senyum kelu pada gadis yang duduk di sebelahnya.
"Aku baik, terima kasih," jawab Ivory. Sungguh berbeda dengan keadaannya yang sangat ingin muntah saking gugupnya.
"Apa ini Copulation pertamamu?" tanya Sang Teman Sekursi.
Ivory melirik sekilas pada gadis yang memiliki rambut hitam legam sepertinya. Gadis itu manis, namun dingin secara bersamaan. Ia tidak terlihat seperti orang yang ramah, namun orang itu terlihat peduli. Ivory seperti melihat dua sisi mata uang dalam satu tubuh di hadapannya.
Ivory mengangguk sekali lagi.
"Pertama memang selalu begitu. Wajar," ujarnya. Ia merogoh sesuatu dari saku roknya sebelum memberikannya pada Ivory. "Ini. Makan lah. Efektif meredakan mualmu."
Ivory menunduk dan berterima kasih. Ia membuka bungkus permen jahe itu dan buru-buru memasukkannya ke dalam mulut. Setidaknya permen itu bisa mendistraksinya dari rasa gugup untuk sementara.
"Siapa namamu?" Gadis bermata sipit itu menanyai Ivory lagi.
Ivory berdehem sejenak sebelum membalas pertanyaannya. "Ivory Kelana. Kau?"
"Camelia Ren." Ia tersenyum simpul. "Ini Copulation kedua yang ku ikuti jadi ku rasa, kau lebih muda dariku."
Ivory tertawa canggung. "Maaf, Kak. Rupanya kau lebih tua dariku. Seharusnya aku memanggilmu Kak Camelia."
"Santai saja. Kita hanya beda beberapa tahun. Panggil nama saja tak apa."
Beruntung gadis yang memperkenalkan diri sebagai Camelia Ren itu memalingkan wajahnya dan memejamkan mata. Ia mencoba tidur. Syukur lah, karena Ivory tak terlalu suka berbasa-basi dengan orang baru.
Maka, mencoba mengikuti apa yang orang itu lakukan, Ivory memejamkan netranya, mengontrol detak jantungnya yang tak beraturan, dan tertidur.
Ivory terbangun kala merasakan goncangan pelan di bahunya. Camelia membangunkannya dan mengajaknya agar lekas turun. Ia merenggangkan kedua tangannya yang terasa sangat kaku. Ivory pikir dengan tertidur sejenak, maka ia akan lebih bisa menetralkan rasa gugupnya.
Nyatanya salah. Ia semakin merasa jantung nakalnya mencoba untuk keluar dan kabur dari tubuhnya. Ia benar-benar gugup, hingga sampai di tingkat dimana kedua lututnya bergetar hebat. Dirinya nyaris terjatuh saat turun dari bis.
"Ayo lah, jangan berlebihan. Ini 'kan hanya pertemuan pertama," ucap Ivory menyemangati dirinya sendiri.
Camelia sudah menghilang entah kemana, dibawa oleh seorang Guardian. Sementara itu, Guardian yang berjalan bersisian dengannya, menggiringnya untuk masuk ke dalam Istana Dewan Tertinggi. Ya, bisa dibilang tempat itu adalah istana saking megahnya rumah tersebut.
Dua buah pilar tinggi berukir tulisan-tulisan yang tak dapat dimengerti oleh Ivory, menyapa indera pengelihatannya. Ivory memperhatikan sekeliling. Pemilihan warna cat yang elegan, karpet biru tua yang membentang dari ujung kakinya hingga ke depan pintu, serta asisten yang ada dimana-mana, semuanya terasa mencolok di mata Ivory. Kerlap-kerlip lampu yang menyelimuti tanaman-tanaman kaktus yang dipasang berjejeran seakan membangkitkan suka cita bagi siapa pun yang mendekatinya.
Alunan-alunan violin yang berpadu dengan piano memanjakan telinga siapa pun yang mendengarnya. Orang-orang yang berlalu lalang mengenakan jas dan dress terbaik yang pernah Ivory lihat memanjakan matanya yang terasa panas. Benar-benar terasa seperti di negeri dongeng.
"Kau, duduk lah di kursi putih itu."
Guardian yang sedari tadi membimbingnya berjalan menunjuk sebuah kursi kosong yang di bagian senderannya terlah terukir indah nama Ivory Kelana. Ia menelan ludahnya dan duduk di sana. Sebagian besar orang-orang yang berada satu bis dengannya telah masuk ke ruangan itu, tak terkecuali sahabatnya, Megan. Megan dengan senyum lebarnya melambaikan tangannya pada Ivory, yang disambut dengan senyuman simpul. Mata Ivory mencari-cari keberadaan Camelia namun tak menemukan orang itu.
'Mungkin bagian ini diperuntukkan bagi para peserta Copulation yang pertama,' batinnya.
Pandangan Ivory beralih ke bagian atas. Di sana, telah berdiri beberapa orang yang tertawa-tawa seraya mendentingkan gelas mereka satu sama lain. Sepatu mengkilap, rambut di-wax, gelungan yang indah, parfum yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi satu dalam istilah Primer. Mendengus kesal, ia menolehkan kepalanya ke bagian kanannya.
Di sisi kanan, terdapat banyak orang yang mengenakan pakaian khas pelayan dengan bold make up yang dipadupadankan dengan face jewels seperti gems dan rhinestones. Riasan mata yang super mencolok, terutama di seluruh kelopak mata mereka membuat Ivory mengernyitkan keningnya takjub. Ia belum pernah melihat secara langsung model riasan wajah seperti itu.
Para waiters itu membawa berbagai macam nampan minuman yang Ivory yakini sebagai alkohol dan kawanannya. Ivory belum pernah minum sebelumnya. Ia begitu ingin menyicipi barang seteguk minuman yang di bilang sebagai air surga itu.
Perut Ivory berbunyi keras. Dia kelaparan. Dia belum makan sama sekali semenjak 16 jam yang lalu. Makanan terakhir yang ia makan hanya lah buah aprikot kesayangannya dan segelas susu segar pemberian tetangga. Liurnya nyaris menetes melihat deretan makanan yang dikeluarkan oleh para waiters di depannya.
Ayam, lobster, babi panggang, udang ...
Bisa kah ia memakan itu semua?
"Tuan-Tuan dan Nyonya-Nyonya—"
Lamunan Ivory dipecahkan oleh suara pembawa acara yang menggelegar.
"Selamat datang di Malam Penjamuan Peserta Copulation!"