Chereads / End of a day / Chapter 2 - DIA TARGET KU

Chapter 2 - DIA TARGET KU

"Aku Rubah yang licik juga monster berbahaya. Saat aku menggapaimu, engkau menjadi kegelapan yang tidak diketahui dan berlalu bersama angin"-Juna

Bukan hal yang mudah dipindahkan ke kantor cabang, karena jarak yang jauh Kiran pun harus berpindah tempat tinggal. Tempat tinggal dan kantornya jauh dari hirup pikuk keramaian.

Lagi pula ini memang daerah pinggiran kota. Kantor cabang ini bersebelahan dengan pabrik mungkin saja jika tempatnya di pinggiran kota yang tidak terlalu ramai dan sebenarnya agak menyeramkan.

Jarak antara satu rumah ke rumah lainnya sangat berjarak. Tapi inilah yang Kiran sukai dari tempat ini. Dia memang introvert dan tidak suka keramaian. Jadi dia tidak keberatan sama sekali. Meskipun mengingat kejadian kemarin seorang pria tiba tiba diam di depan pintu rumahnya dan langsung menarik rambutnya hingga terlepas beberapa helai, lalu pergi begitu saja.

'Dasar orang gila!' Rutuknya dalam hati.

Dia menempati rumah pertama dari gang menuju jalan raya. Rumah sederhana dengan cat kecoklatan yang sedikit memudar dengan pagar kayu senada dan halaman depan yang lumayan luas dengan tumbuhan yang belum tertata, terlihat rumah ini begitu mengerikan dan lusuh.

Banyak hal yang harus diperbaiki dan dirapihkan. Kiran memutuskan untuk sedikit merenovasi rumahnya di hari libur bekerja. Karena hari ini adalah hari jumat dia harus pergi bekerja.

———————————//————//—————————

Ruangan divisi keuangan sedang ramai dengan gosip desas desus kepindahan karyawan baru yang dirumorkan dipindahkan ke cabang dari pusat karena perselingkuhan. Belum lagi rumor perangai buruk wanita itu dan hal buruk lainnya.

"Selamat pagi saya Kiran Arunika karyawan pindahan dari pusat, senang bisa bertemu dengan kalian semoga kita bisa bekerjasama dengan baik." Dengan wajah tenang dan senyum yang dipaksakan Kiran memperkenalkan dirinya.

Seisi ruangan itu hanya mengangguk cangggung, pasalnya seperti yang dirumorkan wanita itu benar-benar tidak terlalu ramah.

Seorang karyawati menghampirinya dan memulai percakapan.

"Hmm hai Kiran nama aku Minah, mau makan siang bareng kita ga?" Tawar Minah dengan senyumannya.

"Aku tidak biasa makan dengan oranglain. Maaf" Tolak Kiran dingin.

"Oh baiklah sampai jumpa" kata Minah sambil tersenyum.

Kiran senang menyendiri dia jarang bergabung dengan rekan setim nya kecuali masalah pekerjaan. Dia selalu menolak itikad baik dari teman kerjanya.

Berbanding terbalik dengan Minah yang sangat ramah dan terkenal di beberapa divisi selain itu dia juga cantik.

Pernah suatu waktu dimana ada seseorang yang menaruh bunga mawar dan coklat diatas meja kerja Kiran, pagi itu semua sedang bersiap untuk bekerja mereka masih mengobrol santai. Saat itu Kiran baru sampai keruangannya semua orang disitu tersenyum dan menggodanya.

"Cie cie Kiran" ucap salah satu rekan kerjanya.

Dengan air wajah datar dan dingin Kiran menuju ke mejanya dan mengambil kasar bunga dan coklat itu lalu menghempaskannya ke tempat sampah.

"Huh merepotkan" keluhnya dan itu sukses membuat orang disitu melotot tidak percaya dan sedikit takut untuk mendekati Kiran lagi.

Bukan hanya itu pernah ada teman wanitanya yang meminjam lipstick miliknya lalu "ambil saja untuk mu aku tidak terbiasa memakai bekas orang" sambil berlalu. Bukan kah itu terlalu kasar?

"Sialan sok banget deh dia! Percuma cantik kalo sombong, ternyata bener rumor yang beredar pantes aja dia dipindahin" Ujar Jena yang tak lain adalah teman timnya.

"Rumor tentangnya benar sepertinya dia memang jalang perusak hubungan orang makanya langsung di depak haha" timpal yang lainnya.

Jauh dibelakang mereka Kiran dan seorang pria mendengar ucapan rekan kerjanya itu.

Kiran terkejut saat melihat pria itu, yang tak lain adalah Juna pria yang kemarin mengalami insiden menggelikan bersamanya.

"Anda?" Tunjuk Kiran sedikit kebingungan.

"Bukankah kita kemarin akan menuju kantor yang sama? Jelas lah aku bekerja disini juga." Jelas Juna.Kiran hanya mengangguk-anggukan kepala dan itu terlihat menggemaskan bagi Juna.

Seorang resepsionis datang menghampiri mereka.

"Mbak Kiran ya? Seseorang menunggu anda di lobby. Silahkan segara menemuinya." Ucap pegawai itu ramah.

"Saya pergi dulu." Pamit Kiran pada Juna.

Sesampainya di lobby Kiran melihat wanita paruh baya yang tengah menunggunya.

"Kali ini apa lagi ?" Tanyanya datar

"Kiran mama kesini karena mengkhawatirkan mu katanya kau dipindahkan ke pinggiran kota, jadi ibu membawakan mu masakan mama nak, ini." Jawab wanita paruh baya itu seraya memberikan bingkisan pada putrinya.

"Sudahlah, aku tau anda kesini bukan mengkhawatirkan ku. Kita sama sama tahu. Sejak kecil aku selalu berusaha sendirian. Kau terlalu sibuk. Aku muak karena aku terus berusaha memahami bahwa anda terlalu sibuk untuk menghidupi ku. Anda bekerja keras karena aku, sampai hari itu tiba, Anda tidak benar benar peduli pada kami, aku dan ayah. Anda terlalu sibuk mengurusi pria itu, lelaki tidak berguna yang sangat kau cintai itu." Nada bicara Kiran meninggi.

Plak! "Jaga bicaramu kiran, ibu tidak suka kau menjelekannya seperti itu." Tegas ibu kiran

"Lihatkan anda bahkan tega menampar aku demi pria itu, aku muak denganmu. Anda peduli padaku? Setiap tahun aku merayakan ulangtahun ku sendirian dan anda selalu lupa hari ulangtahunku! Pernahkah sekali saja anda bertanya bagaimana keadaanku bagaimana hariku? Tidak! Anda bahkan tidak tau apa yang aku alami diduniaku sejak kecil. Anda tidak tahu apa apa." Bentak kiran.

Wanita paruh baya itu kini terisak mendengar penuturan yang menusuk hatinya.

"Anda tahu kan saya dipindahkan ke cabang artinya gaji saya tidak sebesar dulu. Tapi jangan khawatir saya tetap akan mengirimi anda uang. Karena saya tidak pernah lupa untuk membalas budi." Sambung Kiran.

Kiran meninggalkan Ibunya yang masih terisak disana sambil membuang bingkisan yang diberi ibunya ke tempat sampah secara kasar.

———————————//————————-//—————

Kiran memutuskan pergi ke rooftop kantornya menatap pepohonan yang rimbun nan asri dijauh sana. Kemudian duduk dikursi yang tersedia disana sambil memejamkan matanya untuk meredakan emosinya.

Seseorang berjongkok dihadapannya dan memasangkan plaster dilutut Kiran. Kiran yang sedang memejamkan matanya melihat pria itu. Ya lagi lagi Juna.

"Kau tidak menangis? Benar juga kau sangat marah sampai tidak menyadari kaktus menggoresmu saat berjalan tadi." Sambil duduk disebelah kiran.

"Aaah sebenarnya aku sangat ingin menangis tapi aku tidak bisa. Aku juga tidak mengerti kenapa?" Ucap kiran dengan tatapan kosong. "Lagi pula apa peduli mu?" Lanjut kiran

"Aku tidak suka mencampuri urusan oranglain. Tapi karena kamu adalah temanku jadi aku akan memberitahumu dan akan selalu memperhatikanmu. Bagaimana pun dia ibumu, kau tidak boleh sekasar itu dan coba dengar penjelasannya." Ucap Juna

"Sejak kapan kita berteman? Dan anda sebaiknya diam, anda tidak tahu apa apa." Ucap Kiran sambil berlalu.

"Huh dia bahkan tidak mengucapkan terimakasih." Gumam Juna. Ia memutuskan untuk bersantai di rooftop selagi jam makan siang.

15 menit berlalu. Dia bosan dan mulai merokok sambil berjalan ke tembok pembatas diatas sana.

Manik matanya mendapati Kiran yang tengah berbincang begitu riang dengan dua anak kecil jalanan. Kiran terlihat seperti wanita baik hati dan hangat tidak seperti rumor yang beredar di kantornya. Tanpa disadari senyuman terukir diwajah Juna dan seseorang yang mengamatinya tepat dibelakangnya.

"Target mu begitu cantik apa kau akan bermain-main dengannya terlebih dahulu, sebelum melenyapkannya?" Tanya pria misterius itu pada Juna.

Juna yang tidak suka dengan pernyataan barusan menatap datar orang yang tengah berbicara dengannya itu.