"Apa gedung ini berhantu? Kenapa jadi horror begini?" Ucap Kiran pelan sambil menutup matanya. Lalu ia mulai berhitung untuk memberanikan diri membuka matanya.
1.....2...3....
Nafasnya seolah berhenti sejenak Kiran terkejut kala seorang pria memegang kakinya.
Pria tampan yang sedang duduk di tangga itu tersenyum dan menyapanya.
"Hai maaf saya mengagetkan anda ya?" Ucap pria itu sambil sedikit terkekeh.
Kiran hanya mengangguk dengan ekspresi yang masih terkejut.
"Saya sering melihat anda makan sendirian di tangga ini. Apa sesulit itu menjadi anak baru? Atau kau yang membuat dinding anti pertemanan?" Tanya pria itu lagi.
Kiran tidak merespon pertanyaannya.
Pria itu kembali bertanya.
"Nama anda siapa? Saya Jean sekertaris pak Juna." Ucapnya sambil mengulurkan tangan.
"Kiran" balas Kiran sambil menjabat tangan pria itu.
"Duduklah kita makan bersama. Saya pun tidak suka keramaian." Ucap Jean.
Kiran duduk tanpa sepatah katapun.
"Ternyata benar anda sangat dingin hehehe." Kekehnya.
Keduanya mulai makan dengan tenang.
"Apa hubungan anda dengan Juna? Maksud saya pak Juna?" Tanya Jean
Alih-alih menjawab pertanyaannya Kiran malah melontarkan kalimat mengejutkan.
"Anda kakaknya Juna kan?" Ucap Kiran tanpa ekspresi.
"Bagaimana anda tahu?" Jean bertanya penasaran.
"Kalian sangat mirip dari wajah sampai cara bicara." Jawab Kiran sambil menggerakan tangannya untuk menyamakan keduanya.
"Kenapa anda tidak menghabiskan makanannya? Anda tahu banyak orang yang kesulitan mencari makanan, tapi anda malah membuangnya. Berikan pada saya, saya akan memakannya." Ucap Kiran sedikit mengomel.
Jean tersenyum mendengar pernyataan Kiran.
Jean mengamati cara makan wanita disampingnya itu 'cantik' begitulah ia menatapnya.
"Berhenti memperhatikan saya. Saya tahu saya cantik." Ucap Kiran tanpa menoleh.
"Hahahahhaha" tawa Jean pecah.
"Jika anda kakak nya Juna kenapa anda berakhir menjadi sekertaris nya bukankah lebih masuk akal jika anda ceo atau direkturnya?" Tanya Kiran
Jean terdiam mencoba mencari jawaban yang tepat.
"Aah saya tahu kok, ini karena anda pembalap liar atau preman?" Tanya Kiran santai.
"Maaf?" Ucap Jean terkejut
"Iya karna beberapa bekas luka itu, goresan ditangan dan lebam diwajah anda masih terlihat." Jawab Kiran enteng.
"Anda tidak takut pada saya? Bisa saja saya lebih dari itu?" Tanya Jean sedikit serius.
"Takut. Hanya saja sudahlah lupakan." Balas Kiran.
"Baiklah jam makan siang sudah berakhir. Saya pamit pak Jean." Pamit Kiran pada Jean.
Kiran berdiri sambil merapikan sedikit pakaiannya.
"Lain kali mari berbicara dengan santai jangan pakai saya anda bisakah?" Pinta Jean dan hanya diangguki Kiran yang kemudian berlalu pergi.
—————————————//——————————
02.00 siang Kiran dipanggil keruangan Juna. Dia pergi keruangan bosnya itu dengan gusar, pasalnya dia sedang meeting dengan kepala timnya, tiba-tiba dipanggil seenaknya bukan sekali dua kali tapi sering sekali hal ini terjadi.
Kiran mengetuk pintu perlahan didepan ruangan Juna tidak ada Jean, ya meja kantor sekertaris memang didepan pintu ruangan direktur bukan?
"Permisi pak" Ucap Kiran sopan
"Masuk" titah Juna.
Kiran terkejut saat masuk keruangan Juna. Ia melihat sosok yang tidak asing. Ia orang yang tidak sengaja tertabrak oleh Kiran kemarin.
"Oo,Anda." Ucap pria tempo hari.
"Iya tuan saya. Mmm apakah anda kemari untuk menagih biaya penatu? Maaf saya lupa untuk menghubungi anda." Tanya Kiran sopan tak lupa ia meminta maaf karena tidak menghubungi pria itu.
"Tidak bukan itu saya akan bekerja disini mulai hari ini. Kebetulan menjadi kepala tim divisi anda." Ucap pria itu.
"Tiba-tiba lalu kepala tim yang sekarang bagaimana?" Tanya Kiran terkejut.
"Dia resign akan pindah karena suatu urusan." Jawab Juna.
"Baiklah nama saya Arza, mohon bantuannya bu Kiran." Ucap Arza si pria tampan itu.
Kiran tersenyum tulus.
"Baiklah saya akan membantu anda sepenuh hati." Balas Kiran sambil terkekeh.
Melihat keduanya bercanda membuat Juna terbatuk yang dibuat-buat.
"Baiklah pak Juna dan pak Arza saya pamit." Ucap Kiran.
Kiran kembali keruangannya menaiki lift untuk turun. Tiba-tiba saja seseorang menahan lift yang sedang ia naiki.
"Juna." Pekik Kiran. Akhir-akhir ini ia selalu was was atas semua kejadian yang ia alami di kantor ini. Ia yakin pelakunya bekerja disini.
"Kenapa? Kenapa kau begitu terkejut?" Tanya Juna dan Kiran hanya menatap ke lantai.
Juna yang mengerti tiba-tiba saja menggenggam tangan Kiran.
"Selama aku disini tidak akan ku biarakan kau terluka. Jangan khawatir." Ucap Juna
"Lepas. Kalau ada yang melihat nanti bisa salah paham tau." Ucap Kiran sambil melepas tautan lengan mereka.
Tiba-tiba saja lift berguncang. Keduanya mulai panik. Lampu lift mati. Mereka terjebak di dalam lift itu.
Kiran benci berada diruang gelap yang pengap. Ia terus menarik nafasnya dalam-dalam.
Juna berusaha menekan-nekan tombol darurat sementara Kiran memegang ujung jas Juna sangat erat.
Guncangannya semakin kuat sepertinya liftnya akan terjun bebas.
"Jun aku takut." Ucap Kiran lemah lalu badannya terduduk begitu saja. Melihat itu Juna ikut duduk dan memegang pundak wanita itu.
"Aku berjanji akan mengeluarkan mu dari sini." Ucap Juna
Lift kembali berguncang. Dan tiba- tiba turun dengan kecepatan tinggi. Keduanya berpegangan sangat erat dan menutup mata.
"Meskipun aku harus berakhir seperti ini aku tidak keberatan selama itu bersama mu Kiran." Ucap Juna
Dreg! Lift tiba-tiba terhenti dengan kondisi miring.
"Kiran kau baik-baik saja ? Aku akan mengeluarkan mu. Lihatlah atap itu kita akan naik kesana setiap sesi lift ini ada bagian yang bisa kita pijak dan ada pintu khusus antisipasi kejadian seperti ini." Jelas Juna
Kiran hanya mengangguk lalu di memposisikan diri kesebelah sisi yang terangkat karena lift ini miring tujuannya agar seimbang.
Sementara itu Juna berjinjit dan menggeser pintu atap lift itu sekuat tenaga. Lalu dia naik kesana.
"Kiran cepat kemari." Titah Juna.
Kiran mengangguk lalu dengan cepat menerima uluran tangan Juna.
Juna mengangkat tubuh Kiran. Keduanya tengah berpijak diatas lift yang miring dengan tali lift yang hampir putus. Keduanya berpegangan sangat erat.
Kiran yang berdiri disisi yang terangkat merosot jatuh kearah Juna karna licin, beruntung Juna sigap dan tidak terhuyung kebelakang. Dia menangkap Kiran seperti sedang berpelukan.
Kiran mulai melangkah lebar untuk meraih pijakan disisi lift untuk menuju pintu darurat yang terpasang disebelah lift jika lift itu normal.
"Kau duluan aku akan memegangi mu jangan takut percaya padaku." Ucap Juna meyakinkan karna jarak langkah yang agak jauh.
Kiran berhasil berpijak disisi-sisi bangunan itu.
"Juna cepat talinya akan segera putus." Ucap Kiran sambil mengulurkan tangannya.
"Baiklah." Jawab Juna sambil berusaha menyebrang kearah Kiran.
Karna pijakan yang kecil dan terbatas Juna agak kesulitan berpijak kesana namun tiba-tiba saja Tali lift itu putus. Kaki sebelah Juna masih berpijakan pada lift itu.
"Aaaaaaaaaa" teriak Keduanya.