"Saat langit malam datang disana ada bagian kepingan putih seperti kaca diantara kegelapan yang pekat, ku harap ia bisa menyinari ku didalam kegelapan ini." Juna
—————————————///————————————-
Satu bulan sudah Juna berusaha menjadi teman Kiran. Dengan berbagai cara seperti setiap kali bertemu Juna menyapanya dan mengajak berteman, menghampiri ruang kerja Kiran sekedar basa basi atau memberikan makanan dengan sticky note ajakan pertemanan tapi setiap hari yang Kiran lontarkan adalah 'Tidak' / 'big No'.
Dan interaksi itupun sering kali mendapat perhatian dan gosip sesama rekan kerja. Tak sedikit yang mengatakan bahwa Kiran menggoda atasan mereka. Padahal jelas- jelas Kiran mengabaikan pria itu.
Tapi hari ini berbeda, Juna tidak lagi mengganggunya. Apakah dia lelah sebulan penuh melakukan banyak usaha agar menjadi teman Kiran? Begitu banyak tanya dikepala wanita itu.
"Ah apa apaan aku memikirkannya." Gumam Kiran.
Karena hal ini juga semakin banyak yang membenci Kiran dan ia sering mendapat cibiran bahkan perlakuan tidak menyenangkan.
Karena merasa sesak dan penat di jam makan siang ia memilih untuk ke rooftop sekedar menghirup udara segar sembari membawa air mineral untuknya minum disana. Lagi pula ia tidak punya teman makan siang ataupun teman yang bisa diajak berbicara.
——————————-////——————————————
Juna terkejut kala seseorang meraih tangannya. Saat ia tengah duduk lesu dilantai rooftop berdebu.
Tangannya putih dan bersih. Juna mendongak untuk melihat siapa orang yang meraih tangannya dengan hati hati.
Kiran ya wanita itu. Seolah mengajaknya untuk duduk dikursi yang tersedia ketimbang duduk dibawah seperti itu. Tanpa kata keduanya telah berpindah ke tempat duduk.
Wanita itu sibuk mencari benda di saku rok dan jas kerjanya. Kiran mengeluarkan sapu tangan dan beberapa plaster.
Disiramnya sapu tangan dengan air yang ia bawa. Lalu menyapukannya ke bekas luka dan lebam Juna dengan hati-hati. Ditangan, sudut bibir dan pelipisnya.
Setelah selesai mengobati Kiran yang hendak beranjak dari duduknya tiba tiba saja tangannya ditahan oleh Juna.
"Terimakasih." Ucapnya sendu. Kiran hanya mengangguk.
"Kau tidak mau tahu kenapa aku bisa begini? Kau pasti menganggapku begitu menyedihkan bukan?" Sambung Juna lagi.
Kiran menggeleng cepat.
"Saya hanya tidak suka mencampuri urusan oranglain. Tapi jika ada orang yang kesulitan saya akan membantunya sebisanya. Dan saya tidak menganggap anda menyedihkan. Saya selalu berfikir orang yang punya luka dan lebam di wajah adalah orang yang keren." Jawab Kiran dengan nada hangat tidak biasanya.
"Semua orang mengalami kesulitan itu hal yang wajar. Porsinya saja yang berbeda. Lebih beratkah lebih ringankah tidak tahu pasti. Kita tidak menyedihkan saat terpuruk atau jatuh. Kita telah berusaha saja itu sudah sangat bagus." Sambung Kiran lagi.
"Terimakasih aku merasa tenang mendengarnya. Mau berteman denganku?" Tawar Juna terlihat tulus.
Kali ini Kiran mengiyakan. Pasti Juna sama kesepian dan sulitnya dengan Kiran. Jadi ia berfikir tidak ada salahnya membagi duka bersama.
"Yes akhirnya. Bicaralah santai padaku diluar kerjaan oke." Ucap Juna senang.
"Baiklah. Tapi kenapa kau sangat ingin menjadi teman ku?" Tanya Kiran sambil kembali duduk disamping Juna.
"Karena kau berbeda dari yang lain dan setiap kali melihat mu aku sangat tenang dan senang." Tutur Juna.
"Tapi aku tidak sebaik yang kau pikirkan." Sanggah Kiran.
"Juga tidak seburuk yang oranglain pikirkan. Aku percaya kau orang yang sangat baik. Kau hanya berusaha melindungi diri dan berusaha terlihat tidak rapuh. Aku mengerti itu. Dingin diluar sebenarnya hangat didalamnya." Ucap Juna sambil tersenyum dan senyum itu selalu menjadi favorite Kiran.
————————————////—————————————
"Kiran kamu dipanggil keruang pimpinan." Ucap Minah.
Kiran hendak bangkit dari kursinya namun anehnya roknya seperti menempel dengan kursi.
"Apa yang terjadi dengan kursi ini. Kenapa aku sulit berdiri? Rok ku akan sobek jika kupaksakan berdiri." Monoloog nya dalam hati.
"Kenapa diam saja cepat. Tidak baik membuat atasanmu menunggu."sambung Minah lagi.
Kiran masih mematung. Semua rekan kerjanya sudah gusar menyuruhnya pergi. Wajah Kiran memerah penuh amarah.
Juna yang tengah melintas akhirnya penasaran dengan kegaduhan di ruang divisi keuangan.
Dia memasukinya dan menghampiri Kiran.
"Ada apa?" Tanya Juna. Kiran tak menjawab dia masih duduk dan membuang mukanya hingga,
Bretttt... Kiran berdiri dengan wajah marah. Tatkala suara robekan rok terdengar keras.
Juna membulatkan matanya. Ia buru buru membuka jasnya dan memasangkan dilingkar pinggang Kiran.
Juna melihat kursi Kiran dan memegangnya.
"Lem?" Gumam Juna.
"Siapa yang melakukan ini?" Tanya Juna emosi
"Sudahlah tidak usah diributkan." Ucap Kiran dingin sambil berlalu.
Jam kerja telah usai, diperjalanan pulang Juna membuntuti Kiran dia mengamati gadis itu dari jauh sambil terus mengikuti.
Lalu ada seorang wanita menghampiri Kiran. Sepertinya keadaannya canggung dan tidak baik.
"Hai Kiran kamu masih mengingat aku?" Tanya wanita itu.
"Siapa ya? (Terdiam sejenak sambil mengingat) aaah benar kamu yang sering berkomentar buruk dan menggosipkan hal buruk tentangku hingga aku dikucilkan saat sekolah dasar yakan haha?" Jawab Kiran kasar dengan nada bercanda.
"Euh, bukan begitu maafkan aku dahulu ya." Ucap wanita itu sambil menunduk.
"Kau tahu? Mereka yang menyakiti oranglain melupakannya dengan mudah ternyata sementara mereka yang terluka mengingat selamanya." Ucap Kiran
"Maafkan aku, sebenarnya aku membutuhkan bantuan mu, aku tahu aku tidak pantas tapi aku putus asa. Ibuku sakit keras kami kekurangan sedikit biaya lagi aku sudah mencarinya kemana mana kebetulan bertemu dengan mu. Sungguh aku sangat putus asa. Tolonglah." Lirih wanita itu.
"Kau butuh berapa?" Tanya Kiran wanita itu menjawab 3 juta lalu Kiran mengeluarkan dompetnya dan merogoh isinya lalu memberikan uang nya pada wanita itu .
"Sudah anggap ini hadiah perpisahan dari ku jangan membayarnya sebagai hutang mari jangan bertemu lagi. Setiap melihat wajahmu itu menyakiti hatiku. Aku harus menjaga hatiku." Ucap Kiran sambil berlalu.
Ditengah perjalanan pulang tiba-tiba seseorang menarik tangannya. Kiran tersentak kaget.
"Juna!"pekiknya sambil memukul oknum yang memegang tangannya itu.
"Kenapa kau memperlakukan temanmu seperti itu?" Tanyanya lembut.
"Bukan kah kau sudah mendengar semuanya?" Tanya balik Kiran.
Juna bergumam sambil mengangguk-anggukan kepala dengan ekspresi yang menyebalkan bagi Kiran.
Kiran melangkah lagi meninggalkan Juna tapi Juna menyusul dan menyamai langkahnya.
"Tapi kau sangat hebat karena itu aku mengagumi mu dan ingin menjadi temanmu ya meskipun ditolak berkali kali pada awalnya." Ucap Juna
Sedikit menggoda
"Kenapa kau bersikeras ingin menjadi temanku? Apa hebatnya aku memangnya tuan direktur?" Tanya Kiran sedikit bercanda.
"Kau sudah tau alasanya tapi terus bertanya, ah ada hal lain yang membuatku ingin menjadi temanmu aku tidak sengaja melihat sisi lain dirimu. Dan bahkan saat mengetahui aku anak pemilik perusahaan kau sempat menjauhi ku." Jawab Juna. "Orang orang mendekati aku karena aku kaya raya, pintar dan tampan?" Sambungnya dengan penuh percaya diri.
"Mereka hanya memanfaatkanmu saja aku paham pasti menyebalkan yakan?" Ucap Kiran.
"Eum benar. Kamu mengalami perundungan?" Tanya Juna lagi.
"Tidak separah itu, tapi aku dikucilkan tidak ada teman dan kekerasan verbal tapi untuk fisik tidak." Jawab Kiran
"Bukankah itu menyakitkan meskipun begitu itu mempengaruhi psikis dan fisik mu juga. Kamu tidak apa apa? Kamu kuat aku tahu itu anda wanita hebat." Ucap Juna sambil mempuk-puk pundak Kiran dan tersenyum tulus.
"Jadi jika ada apa apa kau bisa berbagi baik hal buruk atau menyenangkan pada temanmu yang tampan dan kaya raya ini oke." Sambungnya lagi dengan tingakat kepercayaan diri next level.
Mereka telah sampai dihalte bus.
"Kenapa kamu mengikutiku?" Tanya Kiran
"Mengantarkan mu pulang belakangan ini kamu mengalami hari yang berat. Apa kamu tidak penasaran siapa yang melakukannnya padamu? Atau kamu sudah tahu? Tanya Juna antusias.
"Bukankah terlalu kekanak-kanakan merundungku seperti kemarin haha." Jawab Kiran tenang dengan tawa renyahnya.
Juna menggeleng tak percaya setelah mengalami hal buruk wanita yang duduk disampingnya itu tetap tenang dan dewasa.
"Aku akan mencari tahu dan memberinya pelajaran." Ucap Kiran dingin. Lagi lagi memepercapat jalannya mendahului Juna.
"Tenang saja aku juga akan mencari tahu tidak akan aku biarkan hidupmu terus kesulitan dan tidak boleh ada yang menyakitimu. Setitik cahaya ku ."Monolog Juna dalam hati.
Swiiing terlihat seseorang melepar benda dari kaca mobilnya. Dan sasarannya adalah Kiran.
"Kiran awass!!!" Teriak Juna berusaha menyelamatkan wanita itu. Karena benda itu tampak seperti batu besar.