"Setiap ada pertemuan pasti berakhir perpisahan. Kita semua tahu itu klise, tapi itu benar adanya.Bahkan ketika kita tidak ingin mengakhirinya."- Kiran
Pukul 5 pagi Seorang wanita tengah berdiri dipinggir jalan menunggu angkutan umum. Ini jalanan kecil tentu saja hanya ada angkotan umum atau ojek.
Setelah lama menunggu akhirnya datang ojek menghampirinya. Kiran . Iya wanita itu bernama Kiran. Dia melambaikan tangannya, lalu ojek berhenti tepat didepannya.
"Pak gedung Luxury shoes ya."Ujar Kiran
"Pak saya bayar 2x lipat. Antarkan saya ke gedung Luxury shoes." Sambar seorang pria dengan nafas terengah-engah.
Kiran menatap tajam pria disampingnya itu.
"Enak aja kamu! saya duluan yang disini. Kamu jangan nyerobot gitu dong." Kesal Kiran .
Adu mulut tidak bisa dielakan.
"Sudah-sudah karena kalian satu arah naik aja bertiga kita. Lagi pula tidak akan ada polisi dijalan ini." Pak ojek menengahi. Keduanya terlihat berfikir pasalnya motor tua ini apa sanggup mengangkut mereka.
Tapi akan lama lagi menemukan angkutan umum di jam ini dan akhirnya keduanya setuju.
"Kamu naik duluan." Ucap Kiran.
Pria itu mengangguk paham bahwa Kiran memakai rok selutut.
Kiran duduk menyamping sementara hatinya terus berdoa agar tidak terjatuh.
"Pegangan aja gapapa."Ucap pria itu terlampau dingin.
"Tidak usah modus ya anda."Ketus Kiran.
Hening.
Sepanjang perjalanan, motor yang mereka tumpangi terasa tidak enak.
Tibalah pada turunan curam dan sisi kanan kirinya sawah. Tangan Kiran reflek memegang jas pria itu.
'Aaaaaaaaaaaa' teriak ketiganya dan benar saja firasat Kiran mereka terjatuh.
Keadaan nya sangat berantakan motor yang tepotong dua. Abang ojek yang nyangkut diatas pohon. Kiran yang masuk ke parit. Dan pria itu yang jatuh kesawah.
Kiran tertawa terbahak-bahak melihat wajah pria itu. Pasalnya wajah pria itu penuh lumpur.
Sementara pria itu menatapnya sinis. Anehnya pria itu merasa senang melihat gadis itu tertawa. Aneh tapi nyata.
"Neng, den tolongin saya dong." Ucap tukang ojek itu lirih dari atas pohon.
Lalu Kiran yang terkejut segara bergegas pergi ke salah satu rumah warga didekat situ.
Akhirnya setelah pertolongan datang abang ojek itu bisa turun dan mereka berdua bisa mencuci muka dan kaki mereka.
"Pak saya tau mungkin ini tidak cukup tapi saya ingin turut mengganti rugi untuk kerusakan motor bapak." Ucap Kiran sambil memberikan uang pada tukang ojek itu.
"Gausah neng motornya emang udah tua jadi gapapa. Lagian karena saya juga kalian jadi kotor dan ga sampai ke tujuan." Tolak tukang ojek.
Tapi karena Kiran terus memaksa akhirnya diterima uang itu. Setelah bertanya arah pulang Kiran pergi dari tempat itu.
Dilihatnya pria itu juga memberi uang pada tukang ojek itu dan mulai berjalan di belakangnya.
Kiran berhenti sejenak. Kemudian pria itu menyusulnya.
"Kamu tidak apa apa?" Tanya pria itu.
Kiran sedikit meringis dan menganggukan kepalanya.
Saat pria itu mulai berjalan lagi Kiran menahan tangannya.
"Kau lihat sesuatu disana? Itu putih putih.." ucap Kiran pelan.
Pria itu menatap kearah telunjuk Kiran. Dia terdiam sejenak. Benda itu semakin mendekat dan terlihat melayang. Ini sedikit seram pada pagi hari yang sedikit mendung.
Keduanya terdiam dan bersiap berlari. Karena kakinya terluka, Kiran semakin mengeratkan pegangannya pada pria itu.
Benda putih itu semakin mendekat dan mendekat
Dan "aaaaaaaaaaaaaa" teriak pria itu ketakutan.
Pria itu bersembunyi dibelakang Kiran serta memegang bahunya dengan erat.
"Aww" ringis Kiran. "Hei ini hanya layangan putus. Bagaimana kau bisa sepenakut ini ?" Ucap Kiran disertai kekehan kecil.
"Si..sii siapa yang takut padahal sendirinya pegangan erat banget." Sanggah pria itu.
Keduanya berjalan lagi menyusuri jalan setapak untuk sampai ke halte bis.
"Kenapa juga bisa nyasar ke desa sebelah sih ah." Gerutu pria itu.
"Bapaknya bilang kan mau cari jalan pintas eh malah seperti ini jadinya." Timpal Kiran
Ditengah perjalanan Kiran berhenti dan berjongkok karena kakinya tambah sakit akibat jatuh ke parit tadi.
Pria itu terus berjalan sampai akhirnya menyadari gadis disampingnya tertinggal dibelakang.
Dia balik arah dan menghampiri Kiran disana.
Tiba-tiba pria itu memeriksa kaki Kiran. Sang empu kaki meringis kesakitan.
"Tidak bisa dipakai berjalan. Ayo naik ke punggung ku." Ucap pria itu.
Sementara Kiran menggeleng cepat, ia tidak mau merepotkan orang lain apalagi orang asing.
" Ini terlambat tapi... namaku Renjuna swasmita walt. Kau bisa memanggilku Juna." Tangannya terulur pada Kiran.
Dengan ragu Kiran meraih uluran itu.
"Kiran Arunika." Ucapnya singkat.
"Cepat naik sebelum aku berubah pikiran dan meninggalkan mu. Apa kau akan berdiam diri hingga malam dan bertemu orang jahat?" Ucap Juna meyakinkan.
Akhirnya dengan malas Kiran naik kepunggung Juna. Kiran tersenyum lega mendapati Juna yang menggendongnya dengan tangan Juna yang dimasukan kesaku celananya. Begitu manis dan sopan.
"Kau sangat berat." Celetuk Juna memecah ke heningan. Tanpa aba aba Kiran memukul pundak pria itu sehingga pria itu meringis.
"Kau tidak tau apa kalau perkataan itu sangat sensitif untuk perempuan." Ucap Kiran sebal.
Juna hanya cekikikan.
Akhirnya mereka sampai di halte bis. Mereka telah lama menunggu dan bis tak kunjung datang.
Juna memperhatikan Kiran yang terlihat frustasi.
"Aku bisa gila kalau begini." Gumam Kiran
"Kenapa?" Tanya Juna penasaran
Kiran menatap Juna lekat lekat lalu membuang nafasnya kasar.
"Tidak jadi." Ucap Kiran cepat
Juna yang semakin penasaran memaksa Kiran untuk berbicara, dan usahanya berhasil.
"Ini hari pertama ku bekerja di luxury shoes cabang. Aku dipindahkan dari pusat. Jika aku terlambat apa aku akan dipecat? Aku tidak bisa jika dipecat. Ini benar benar membuat ku frustasi."Ucapnya lemah.
"Kenapa kau dipindahkan?" Tanya Juna lagi. Tapi tiba tiba ponsel nya berdering. Juna mengambil ponselnya dari saku belakang dan bergegas menjawabnya.
"Maaf aku tidak akan pergi kearah yang sama denganmu. Ada urusan mendesak aku akan pergi kearah sebaliknya dengan mu. Sampai jumpa." Ucap Juna terburu buru.
Hal yang mengejutkan adalah dia memberhentikan truk dan ikut menumpang pada truk itu.
Kiran menggeleng melihat kelakuan pria yang baru ia temui itu.
Tak lama bus datang. Kiran berdiri perlahan saat tiba-tiba kakinya menginjak sesuatu.
Itu sebuah dompet. Kiran memungutnya lalu melihat identitas sang pemilik agar ia bisa mengembalikannya. Dan ternyata itu milik Juna.
Ia memutuskan untuk segara pergi ke kantornya dan mengembalikannya nanti. Ditengah perjalanan ia mendapatkan 2 pesan.
Pesan pertama dari kantornya yang mengatakan bahwa hari ini Kiran tidak perlu ke kantor dan mulai besok baru boleh masuk kerja.
Tidak ada alasan pasti kenapa ia beruntung hari ini tapi Kiran tidak mau ambil pusing dan memilih untuk pulang. Lagi pula keadaannya juga tidak bagus untuk pergi bekerja.
Sementara pesan kedua dari nomor tidak dikenal.
"Simpan baik baik dompet dan nomor ku. Nanti aku ambil dompet ku oke."
Kiran yang tahu itu nomor Juna langsung menyimpannya di kontak sambil berfikir bagaimana pria itu bisa mendapatkan nomernya.
Setelah menyusuri gang menuju rumahnya. Terlihat seseorang menunggu didepan rumahnya. Pakaian serba hitam yang mencurigakan. Kiran menghampiri pria itu dengan hati hati. Ia hendak meraih pundak pria itu.
Grep. Dengan cepat pria itu meraih tangan Kiran sambil menyeringai.
"Hi" ucapnya masih dengan senyum mengerikan....