Didalam kamar yang luas terjadilah pergumulan antars Joni dan Julia, Julia tersenyum penuh kemenangan. Karena dalam kamus Julia tidak ada kekalahan. Dia akan stress jika kalah.
'Bagaiman Julia, apakah kau masih kesepian?tanya Joni pada Julia yang baru keluar dari kamar mandi setelah permainan mereka berakhir.
'Tentu tidak Joni, aku merasa senang sekarang, kamu memang luar biasa, jawab Julia sembari memakai gaunnya lagi hendak meninggalkan Joni.
'Apa kita akan bertemu lagi?tanya Joni pada Julia
'Kita lihat nanti Joni, jawab Julia sembari mengirimkan video permainannya dengan Joni pada Sam, dengan senyum menyeringai.
Sementara itu Sam yang sedang menemani Monica mengobrol hanya tersenyum sinis mendapatkan pesan video dari Julia,
'memang kesetiaan itu tidak ada'batin Sam
Sam kembali ke apartement Julia, mendapati Julia sedang tertidur di atas sofa masih memakai gaun pestanya. Sam memandang keluar melalui jendela, melihat pemandangan kota dari atas, kekosongan dan kehampaan mulai melanda Sam, dia panik dan mulai duduk diatas sofa, mengeluarkan bungkusan kecil dan menghirupnya dengan perlahan.
Sensasi indah yang dia cari ketika perasaan – perasaan aneh itu muncul untuk sekedar melupakan sesaat.
Julia terbangun dan mendapati Sam tertidur di sofa tak jauh darinya, melihat bungkusan di atas meja membuatnya paham apa yang baru saja Sam lakukan,
***
POV JULIA
Aku adalah wanita dewasa yang sangat bebas, kebebasanku aku dapatkan ketika aku sudah terlepas dari jerat kedua orang tuaku. Sosok yang seharusnya melindugi, membimbing, mendengarkan segala keluh kesahku tapi malah berlaku sebaliknya. Yang aku dapatkan setiap hari hanyalah kesepian, dan intimidasi dari mereka, aku menyayangi mereka tapi juga membenci mereka.
Aku tumbuh ditengah keluarga yang tidak harmonis, orang tuaku selalu bertengkar setiap hari karena masalah ekonomi, ibuku yang selalu merasa ini kurang itu kurang, ayahku yang merasa sudah mencukupi selalu menuduh ibu boros. Pertengkaran mereka akan berujung pada kekerasan terhadapku untuk menjadi pelampiasan mereka.
Setiap pembagian hasil sekolah, dan ketika aku tidak mendapatkan juara pertama, mereka akan memakiku dengan perkataan kasar. Menyebutku bodohlah, anak tidak tahu diuntung dan masih banyak lagi. Padahal aku cuman turun satu peringkat diperingkat kedua.
Perlakuan yang mengintimidasi seringkali membuatku sakit, aku mempunyai orang tua yang utuh seharusnya mendapatkan kasih sayang yang utuh, tapi kenyataannya mereka lebih sibuk membandingkanku dengan orang lain dan tidak mentolerir kesalahan sekecil apapun.
Sampai pada suatu hari pamanku, kakak dari ayahku berkunjung kerumah. Kebetulan hanya aku yang dirumah, orang tuaku sedang bekerja. Saat itu tiba – tiba paman masuk kedalam kamar dan membekap mulutku, menyeretku kedalam kamar, menindihku kemudian menamparku beberapa kali hingga aku pingsan.
Terbangun dari pingsan aku mendapati sudah tanpa memakai sehelai benangpun, area sensitifku terasa sakit, aku mendapati darah diatas tempat tidurku.
Aku menangis sejadinya, kemudian berjalan gontai kearah kamar mandi, aku mendapati paman duduk di ruang tamu. Aku gemetar, aku ketakutan saat paman menyadari kehadiranku dan mulai mendekatiku.
Dia berjalan kearahku, menatap dengan tatapan yang tidak bisa aku artikan, 'jangan sampai orang tuamu tau apa yang sudah terjadi, atau aku akan menyetubuhimu lagi kemudian akan membunuhmu dan kedua orang tuamu, ini balasan untuk orang tuamu karena sudah menjual hak tanah yang seharusnya menjadi hakku"jawabnya lantang
'Kenapa paman melakukan hal ini kepadaku, paman bermasalah dengan orangtuaku, kenapa aku yang menjadi korban, teriakku dengan berderai air mata.
'aku tidak peduli, ingat kata – kataku!'ancam paman dan kemudian berlalu.
Aku terduduk diatas lantai, aku menangis sejadi - jadinya, karena pengalaman itu aku menjadi sangat liar karena menurutku hidupku sudah hancur, semua laki – laki hanyalah mainan untukku, tidak akan mau aku berkomitmen atau jatuh cinta dengan laki – laki.
Dan karena sikap perfeksionis dari orang tuaku, membuatku menjadi egois, tidak ingin kalah dari siapapun,. karena kekalahan akan membuatku depresi. Apa yang aku mau harus aku dapatkan walau bagaimanapun caranya.
Setelah paman pulang dan aku sudah lelah menangis, aku menuju kamar dan mengurung diri. Tidak lama kemudian orang tuaku pulang, aku mendengar mereka bertengkar setelah memasuki rumah. Aku menutup telingaku dengan bantal sambil menangis.
Ibuku yang marah membuka pintu kamarku, dan seperti biasanya menjadikan bahan pelampiasan emosinya, dia menyeretku kedalam kamar mandi mengguyurku dengan air berkali – kali.
'ampun bu, apa salahku?'tanyaku sambil menangis
'apa salahmu?salahmu adalah karena kamu adalah anak dari bapakmu, orang yang selalu membuatku kesusahan!"
"Aaarrghhh!!teriak ibu sembari keluar meninggalkanku di kamar mandi
Aku merasa tersiksa, aku ingin pergi dari rumah ini tapi aku takut dengan dunia luar, aku takut bertemu dengan orang – orang yang lebih jahat daripada orang tuaku. Sosok yang harusnya menyayangiku saja menyiksaku apalagi orang lain yang tidak ada hubungan apapun, itu yang ada dalam pikiranku saat itu.
Aku beranjak dari kamar mandi, kembali menyaksikan orang tuaku bertengkar di pinggir jalan, rumahku yang jauh dari tetangga membuat mereka semakin bebas untuk berteriak dan mengumpat tanpa khawatir ada tetangga melihat. Aku yang sudah dilanda depresi tidak bisa mengendalikan akal sehatku, aku berlari kearah mereka dan mendorong mereka dengan sekuat tenaga, mereka terjatuh bersamaan diatas jalan aspal. Dari arah depan ada truk yang melintas, karena mereka terjatuh mendadak membuat sopir truk tidak bisa menghindar yang menyebabkan orang tuaku terlindas ban truk tersebut.
Aku yang setelah mendoromg mereka kemudian bersembunyi dalam rumah dan menyaksikan kedua orang tuaku meregang nyawa dengan tanpa ekspresi kesedihan. Sopir truk yang menabrakpun melarikan diri karena merasa tidak ada saksi mata di TKP.
Aku membunuh orang tuaku, dan akhirnya tidak ada yang bisa menyiksaku lagi,
Aku menghampiri kedua mayat orang tuaku setelah memastikan tidak ada seorangpun di sana, karena memang jalan depan rumahku sangat sepi dan jauh dari tetangga.
Aku memandangi mereka dan sambil menyeringai aku mengucapkan selamat tinggal pada mereka " Selamat tinggal ayah,ibu semoga kalian bisa melanjutkan pertengkaran kalian di alam sana tanpa membuat depresi dan muak "
***
" Sam, bangunlah atau aku akan mebunuhmu'
Suara Julia membangunkan Sam, ternyata sudah pagi dan Sam tertidur dari semalam diatas sofa.
'Minum susumu, lalu mandilah kau harus membayar janjimu atas kekalahanmu tapi aku mengubah hadiahnya, aku sedang tidak ingin berfantasi, belikan aku 1 botol cocktail ' sahut Julia lagi.
' Baiklah Julia aku akan mandi dulu' jawab Sam tak bersemangat
' bagaimana wanitamu semalam Sam, apa kau tak mendapatkannya?'tanya Julia pada Sam dan Sam berhenti kemudian menghadap Julia,'Au akan mendapatkannya nanti' jawab Sam sambil tersenyum menyeringai
Julia tersenyum mendapatkan jawaban itu dari Sam,