Suasana bandara sangat sibuk seperti biasanya, keberangkatan pesawat Anita ke ibukota bersama dengan staff rumah sakit hari ini sekitar setengah jam lagi.
Tanpa Anita ketahui, Sam sudah berada di dalam pesawat yang sama dengannya. Penampilannya yang dengan sengaja dibuat berbeda memakai topi dan masker agar tidak diketahui Anita.
Tapi penyamaran itu tidak bertahan lama ketika pesawat sudah take off di bandara ibu kota. Sam tanpa sengaja berpapasan dengan Anita ketika keluar dari toilet.
Wajah Sam menegang dan salah tingkah ketika Anita menatapnya dengan penuh selidik.
" Well, apa yang kau lakukan disini Sam? " ujar Anita sembari berjalan mendekati Sam yang berdiri mematung dihadapannya.
" E.. ee... aku sedang berlibur Anita. " jawab Sam singkat sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
" Kenapa bisa sangat kebetulan sekali ya Sam, " tanya Anita.
" Entahlah, " ucap Sam sambil cengar cengir.
" Apakah kebetulan ini yang membuatmu harus menyamar Sam? "ujar Anita yang tahu bahwa Sam berada di dalam pesawat yang sama dengannya namun sengaja tak dia hiraukan.
" Penyamaran apa Anita, aku hanya sedikit flu jadi aku sengaja memakai masker. " jawab Sam gugup
Anita kemudian memeriksa suhu Sam dengan tangannya, kemudian denyut nadi melalui nadi pergelangan tangannya.
" Oh, kau memang sakit Sam, jangan terlalu gugup ya, karena dapat menyebabkan jantungmu berdebar - debar. " jawab Anita sambil mengedipkan sebelah matanya kemudian mengulas senyum menggoda lalu pergi meninggalkan Sam mematung sendirian.
" Oh, shit!!! " gerutu Sam kemudian ketika Anita sudah tidak terlihat.
Kemudian Sam menuju hotel tempat seminar Anita hari ini, tanpa bisa dipungkiri bahwa Sam memang membuntuti Anita. Sam tidak bisa melawan debaran - debaran itu. Seperti ada yang menggelitik hatinya ketika bayangan Anita berputar menari - nari di kepalanya. Senyumnya, bibirnya yang seksi, tubuhnya yang indah dan yang paling penting adalah inner beautynya yang mampu membakar hatinya hingga meleleh.
Sam tidak berniat menyusup di seminar Anita, tentu akan langsung ketahuan apa niatnya.
Sam menunggu Anita di cafe hotel dekat dengan aula seminar, tujuannya agar bisa melihat Anita langsung didepan matanya apabila keluar dari aula.
Setelah beberapa jam berlalu, tiba - tiba ada yang menepuk bahu Sam dari belakang.
" Apa yang kamu lakukan disini Sam? " ucap seseorang dari belakang Sam yang dia ketahui dari suaranya, itu adalah Anita.
Reflek Sam membalikkan badan, ekspresinya seperti maling tertangkap basah.
" Haii Anita," jawab Sam sambil melambaikan tangannya gugup.
Sam bisa membayangkan bagaimana bentuk mukanya saat ini, merah merona seperti tomat.
" Kemarilah Sam ikuti aku. " sahut Anita dengan ekspresi serius.
Anita menuntun Sam masuk kedalam satu ruangan sempit, mungkin itu gudang hotel.
Sam terlihat keheranan dengan perilaku Anita yang terlihat serius dan tidak senang dengan kehadirannya.
Anita menatap Sam dengan ekspresi datar, kemudian perlahan membuka blazer nya, dengan gerakan teratur membuka satu persatu kancing bajunya dan masih dengan ekspresi yang sama.
Perilaku Anita membuat Sam benar - benar salah tingkah, " A-apa yang kamu lakukan Anita? " ujar Sam yang seketika menjadi gagap.
Seluruh kancing sudah terbuka, memperlihatkan dada Anita yang membusung menantang berbalut bra hitam. Sam meneguk salivanya menyaksikan pemandangan itu, namun seketika Anita berbalik badan memperlihatkan luka - luka bekas kekerasan di punggungnya.
Sam menatapnya dengan tatapan nanar, dia seperti ikut merasakan kesakitan yang dirasakan Anita.
" Morgan menorehkan luka - luka ini sehari sebelum aku berangkat kesini. " ujar Anita sembari merapikan kembali kemejanya.
" Dengan apa yang barusan kamu lihat, kamu bisa mengartikan sendiri apa yang akan terjadi jika kamu main - main denganku, bukan hanya kamu yang akan celaka tapi juga aku, maka dari itu apapun tujuanmu aku mohon urungkan saja, aku tidak ingin Morgan kembali menorehkan luka - luka yang lain di tubuhku. "
Mata Anita berkaca - kaca kemudian berlalu meninggalkan Sam yang tertunduk lesu.
Melihat kepergian Anita, Sam berpikir dengan keras. Ternyata Anita mengalami kesakitan melebihi kesakitannya dahulu, bedanya Anita merasakan trauma dan ketakutan atas kesakitan itu, tapi Sam dulu malah mencari kesakitan hingga melakukan self harm sebagai pelampiasan kehampaan dan kecemasan dalam dirinya.
Melihat kesakitan Anita bukan membuat Sam ingin menjauhi dirinya, malah dorongan untuk melindunginya amat sangat besar.
" Anita, aku mencintaimu. " gumam Sam.
Keesokan harinya, ketika matahari belum menampakkan sinarnya, Julia sudah beberapa kali mencoba menghubungi Sam, tapi tidak ada respon sama sekali.
" Kemana Sam, dua hari ini tidak ada kabar sama sekali. " gumam Julia kesal.
Julia mencoba menghubungi Sam kembali, coba lagi dan lagi, hingga telepon ke 20 baru diangkat oleh Sam.
" Hallo. " jawab Sam dengan suara parau khas orang bangun tidur.
" Kau kemana saja Sam, sudah dua hari ini kenapa tiba - tiba menghilang? " ucap Julia dengan nada kesal.
" Aku ada perjalanan bisnis ke luar negeri, maaf aku tidak sempat mengabarimu karena sangat mendadak. " jawab Sam.
" Baiklah, tidak masalah, tapi aku ingin menanyakan sesuatu, apakah kau yang menelepon Mark waktu dia kesini setelah kau pergi kemarin? " ucap Julia.
Sam menggaruk kepalanya, dan tertawa pelan,
" Kenapa Julia, dia ketakutan? " jawab Sam dengan nada meledek.
" Kurang ajar kau Sam, aku akan memberimu perhitungan. " jawab Julia dan mematikan sambungan secara sepihak.
Sam tertawa sembari menggelengkan kepalanya. Karena tidurnya terganggu, Sam tidak bisa kembali terpejam, maka dia memutuskan untuk bangun dan berganti pakaian olahraga raga, dia berencana untuk jogging pagi ini sekedar menghirup udara pagi.
Pucuk dicinta ulam pun tiba, Sam bertemu dengan Anita yang juga ingin jogging pagi di loby hotel. Ya, mereka memang menginap di hotel yang sama. Apalagi kalau bukan akal - akalan Sam untuk mendekati Anita.
Anita yang melihat kedatangan Sam bergegas untuk keluar hotel dengan langkah cepat seakan tidak ingin ada obrolan lagi diantara mereka berdua. Sam paham dengan hal itu, trauma yang dia alami sangat membuat dia merasa tidak bebas dan selalu merasakan ketakutan.
Sam tidak berusaha mengejarnya, tapi Sam mengikutinya perlahan dibelakang Anita. Kekagumannya pada Anita bertambah semakin besar ditambah rasa simpatik karena kekerasan rumah tangga yang dia alami selama ini.
Tiba - tiba Anita berhenti, tanpa menoleh kebelakang dia berucap, " Jangan lagi Sam, lupakan aku, hentikan permainanmu, kau salah sasaran. "
" Aku sedang berusaha menunjukkan padamu bahwa aku tidak akan berpaling walaupun kau menghindariku, aku mencintaimu Anita, dan cinta tak memiliki batasan apapun termasuk ketakutan. "ujar Sam
" Aku tidak akan intens mendekatimu, aku hanya ingin melihatmu dari kejauhan, itu semata - mata karena aku ingin memastikan kamu tidak sakit. Jangan pedulikan apa yang aku rasakan padamu, kau tidak perlu melakukan apapun. " tambah Sam
Anita berbalik badan memandang lekat sosok Sam dihadapannya. Didalam hatinya dan pikirannya hanya ketakutan tentang kekerasan yang akan dia alami jika sosok Sam mendekatinya.
" Anita, jika kamu merasakan sakit, katakan padaku aku akan menyembuhkan sakit itu. " ujar Sam.