" Ma-maafkan aku Morgan, tadi ada pasien kritis dan aku harus ke rumah sakit. " Anita menjelaskan
Kemudian tanpa menunggu suaminya menjawab dia menghampiri karangan bunga yang sangat besar berada di ruang tamu, dan bunga itu untuk dirinya.
" Bersihkan kelopak bunga itu mengotori karpet ku, "ucap Morgan.
" Sepertinya banyak sekali yang kau dekati "ucap Morgan kemudian, berjalan menghampiri Anita yang berdiri mematung didekat karangan bunga itu.
" Ah, tidak seperti itu, mungkin ini dari relasi atau dari keluarga pasien, jangan menduga - duga" bantah Anita.
Tapi sangat terlihat bahwa Morgan sangat emosi, dia menatap Anita dengan tatapan penuh amarah, Morgan memang tak pernah suka adanya kesalahan bahkan dia tidak suka melihatku dekat dengan lelaki manapun, sekalipun dia adalah teman sesama dokter di tempat Anita bekerja.
Tanpa ada keinginan Morgan untuk menjelaskan dengan baik - baik, Morgan berteriak dan memegang kedua pipi Anita dengan sangat kuat. Mendorongnya dan menghimpitnya ditembok, kemudian menarik tangan Anita menuju pintu. Morgan membuka pintu dengan kasar kemudian melemparkan Anita keluar. Anita memohon pada Morgan untuk membukakan pintu dengan menangis sembari menggedor - gedor pintu, berharap Morgan iba dan membukakan pintu, namun Morgan tidak peduli dan kemudian berlalu. Anita meratapi nasibnya memiliki suami yang arogan dan egois, akhirnya Anita memutuskan untuk tidur didalam mobil yang terparkir di garasi.
Keesokan harinya, Anita dikejutkan dengan suara Morgan yang membangunkannya.
" Anita, bangun! "ujar Morgan.
Anita gelagapan dan sedikit mengerjapkan matanya.
" Malam ini kau harus berdandan yang cantik, secantik mungkin, aku akan mengajakmu ke pertemuan penting nanti malam, buat seakan - akan kita adalah pasangan harmonis didepan klien, apa kamu mengerti? " jelas Morgan.
Anita menganggukan kepalanya dan Morgan akhirnya berlalu.
Anita menatap ke depan dengan tatapan sendu, dahulu dia menikah dengan Morgan adalah keputusan ayahnya yang menganggap Morgan orang yang mapan juga bertanggung jawab. Belum genap dua bulan pernikahannya, Morgan mulai memperlihatkan watak aslinya, dia egois, pemarah, suka main tangan dan posesif. Kekerasan verbal dari sang suami menjadikannya trauma dan selalu ketakutan apabila melakukan sedikit saja kesalahan.
Anita menghela napas panjang, berharap sesak di dadanya mereda.
Di rumah sakit Anita berjalan menyusuri lorong, berjalan dengan anggun dan bersemangat seperti biasa. Bersandiwara seperti biasanya agar terlihat bahagia. Ketika Anita berbelok menuju lorong ruangannya ada seorang administrasi rumah sakit memanggilnya.
" Dokter Anita, selamat pagi, anak terlihat segar seperti biasanya. " ujarnya
" Selamat pagi Pak Andrew, ada yang bisa saya bantu? " jawab Anita dengan mengulas senyum ramah di bibirnya membuat lawan bicaranya terkesima.
" Minggu depan Anda dijadwalkan untuk melakukan presentasi dan seminar internasional di kota N selama seminggu. "jawab Andrew.
" Baiklah Pak Andrew, apakah ada yang lain? " ucap Anita yang tidak ingin berlama - lama disitu.
" Cukup dokter, selamat beraktivitas. " ucap Andrew dan kemudian berlalu.
Dan ditempat lain Julia sedang bersantai di kursi santai dekat kolam renang villa nya. Julia menunggu Joni, mereka akan berkencan hari ini.
Tapi kedatangan Sam yang tiba - tiba membuat Julia tidak senang.
" Kenapa kau datang kesini Sam? " ujar Julia kesal.
" Why? " tanya Sam heran, kesalahan apa yang dia perbuat hingga kedatangannya sangat mengganggu.
" Mark akan kesini, kau akan menghancurkan segalanya" ucap Julia sembari mendengus kesal.
" Baiklah aku akan pergi. " ucap Sam kemudian berlalu tapi sebenarnya dia tidak pergi jauh dari villa, dia menunggu Mark datang dan berniat mengerjai Julia dan Mark.
Ketika Mark tiba, Julia menyongsong kedatangannya dengan wajah cerah serta senyum yang merekah.
" Sayang, apakah kau mau wine? "ucap Julia sembari melingkarkan tangannya di pinggang Mark.
" Nanti saja sayang, aku belum ingin minum, aku hanya ingin memakanmu" jawab Mark yang langsung menciumi Julia dengan rakus.
Dan di saat itu Sam mulai melancarkan aksinya, dia menghubungi nomer Mark, berharap akan dijawab olehnya mengingat dia sedang asyik dengan Julia.
" Yes, diangkat" gumam Sam.
" Hallo, aku Randi orang suruhan istrimu untuk mengikutimu. Aku sekarang berada di depan villa dimana kamu berada sekarang. Aku juga tahu apa yang kamu lakukan di dalam. Cepat pergi dari tempat itu atau kau akan selesai. " ucap Sam dengan suara yang dibuat berbeda.
Mark yang mendengarkan itu langsung memakai kembali pakaiannya, dan berlalu pergi dengan tergesa - gesa.
" Ada apa sayang? " tanya Julia dengan badan polos di atas tempat tidur tanpa sehelai benang pun.
" Aku harus pergi. " jawab Mark kemudian berlalu.
Di posisi yang tidak begitu jauh dari villa, Sam tertawa puas melihat kegagalan Julia mendapatkan kemenangan.
Mark adalah mangsa yang menjadi sasaran Julia berikutnya dalam game. Sedangkan Sam tidak berminat mendekati istri Mark sama sekali. Karena seperti tidak ada lagi gairah untuk melakukan permainan konyol itu. Itu semua karena Anita.
Setelah puas mengerjai Julia, Sam akhirnya meluncur ke arah rumah sakit, tempat Anita bekerja.
Sam kemudian menuju kedalam rumah sakit mencari ruangan dokter Anita sambil membawa bunga dan cokelat di tangannya.
Sam berjalan menyusuri lorong sembari mengulas senyum di sepanjang jalan. Hatinya berdebar membayangkan pertemuannya dengan dokter Anita.
" Selamat pagi Sam. " sapa seseorang dari arah belakang.
Seketika Sam berbalik badan dan mendapati dokter Anita dibelakangnya memakai jas putih, stetoskop yang melingkar di lehernya, rambut panjang terurai dengan senyum tipis di bibir indahnya.
" Se-selamat pagi dokter. " jawab Sam terbata - bata sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Sam gelagapan dan salah tingkah, kadang dia menertawakan perilakunya seperti saat ini apabila bertemu dengan Anita.
Dokter Anita melirik bunga dan coklat yang ada ditangan Sam. " Kau ingin menjenguk kekasihmu Sam? " tanya dokter Anita.
" Eee,, tidak dokter, aku ingin menemuimu. " jawab Sam jujur.
Dokter Anita mengerutkan dahinya, " Dengan membawa coklat dan bunga? " jawab dokter Anita dengan tawa renyahnya.
Sam terpaku dan terhipnotis dengan pemandangan itu, dokter Anita begitu cantik jika sedang tertawa.
Sam memandang Anita tanpa sekalipun berkedip hingga dia disadarkan oleh Anita.
"ikutlah ke ruanganku Sam. " titah Anita
Sesampainya di dalam ruangan dokter Anita, Sam membuka obrolan, " ini untukmu dokter, sebagai rasa terimakasih ku berkat kau duniaku berubah, yang tadinya redup sekarang lebih terang, yang semula tidak lengkap, sekarang menjadi lengkap dan berarti. "
" Terimakasih Sam, seharusnya tidak perlu seperti ini, aku dengan senang hati membantumu. "jawab Anita sembari menerima bunga dan coklat dari Sam.
" Kalau begitu aku pergi dulu, semoga harimu menyenangkan dokter. " jawab Sam kemudian berlalu pergi.
Anita memandangi coklat dan bunga itu, sembari tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
Di luar Sam mendengar percakapan staff rumah sakit yang menyebutkan bahwa dokter Anita akan melakukan seminar di ibu kota besok. Sam tersenyum tipis dan kemudian pergi, ada rencana dikepalanya.