Chereads / Benua Langit Ramuel [Telah Pindah Link ke Benua Langit, Ramuel] / Chapter 14 - Jalan Yang Bercabang, Bagian 1

Chapter 14 - Jalan Yang Bercabang, Bagian 1

Malamnya hujan turun deras.

Sudah lama sekali hujan tidak sederas ini. Angin bertiup kencang mengeluarkan suara cukup mengerikan. Awan yang begitu gelap menutupi cahaya bulan. Cahaya yang bisa terlihat dari luar hanya lampu jalan dan petir yang terkadang muncul.

Aku hanya duduk termenung di dalam kamar. Dengan cuaca buruk di luar seperti itu aku tidak bisa tidur. Terlebih lagi dengan pikiran yang masih dipenuhi pertanyaan dan penuh kegelisahan.

Tapi surga ya...

Evelyn mengatakan kalau dia melarikan dari surga.

Surga itu lokasinya di atas langit kan.

Tapi aku dari kecil sering memperhatikan langit. Aku pernah mencatat bagaimana keadaan awan, cuaca, angin bahkan sinar matahari.

Kalau beneran di atas langit sana, bagaimana aku tidak pernah menyadarinya sama sekali.

Bukan hanya itu, bagaimana bisa seluruh manusia tidak pernah menyadarinya.

Apa jangan-jangan selama ini tersembunyi di balik awan?

Tidak itu tidak mungkin. Langit tidak selalu berawan, bagaimana jika saat cerah? Bukannya akan kelihatan jelas dari bawah.

Lalu bagaimana jika itu diterbangkan oleh suatu teknologi. Misalnya seperti pesawat, diterbangkan dengan bahan bakar dan jika sudah habis akan di turunkan di suatu tempat untuk diisi lagi bahan bakarnya.

Hmm sepertinya itu juga mustahil. Aku tidak yakin kemampuan teknologi manusia sudah sejauh itu. Beberapa waktu terakhir aku pernah mendengar sepertinya militersaat ini sedang membangun jaringan komunikasi yang lebih baik dari radio. Apa ya namanya, alat itu. Kalau tidak salah konputa? Aku agak lupa.

Bagaimana kalau tersembunyi oleh sesuatu kekuatan khusus gitu. Misalkan ada suatu lapisan gitu yang menutupi surga diatas untuk berkamuflase dengan langit sekitar.

Ini hanya tebakan sembarang saja, tapi tebakan ini berdasarkan apa yang kulihat dari Evelyn. Evelyn punya kekuatan angin dan penyembuh. Bagaimana kalau mereka yang tinggal di surga itu punya kekuatan hebat untuk bisa menutupi seluruh surga itu.

Untuk kemungkinan ini aku tidak yakin salah atau benar

Kalau ada makhluk yang punya kemampuan luar biasa seperti itu, berarti banyak sekali rahasia yang masih tersimpan di dunia ini.

Itu sangat menarik. Apa aku bisa pergi ke surga itu ya.

Aku terus termenung berpikir sambil melihat jendela. Mungkin ini adalah kebiasaanku, setiap melihat langit aku bisa berpikir lebih lancar, entah bagaimana cuaca yang ada di luar sana.

Lalu aku melihat sebuah bayangan di langit sana. Aku tidak melihat bentuknya dengan jelas karena sangat gelap, aku melihat satu hal yang jelas. Warna hijau yang berkilauan itu.

"Itu Evelyn!?"

Apa dia terbang menunggangi Isla? Tidak meskipun aku sudah mengobatinya aku tidak yakin dia bisa langsung terbang dalam sehari saja.

Terlebih lagi aku tidak melihat bayangan sayap yang mengepak. Jangan-jangan Evelyn sendiri yang terbang? Aku tidak melihat sayap di tubuhnya tapi dia memiliki kekuatan angin itu jadi mungkin saja.

Evelyn terlihat terbang ke arah bawah, ke pusat kota.

Ah, apa yang kulakukan cuman melihat dan berpikir saja.

Aku segera mengambil jaket dan sepatuku. Tanpa pikir panjang lagi aku segera melompat dari jendela.

"Oi Icho!"

Dari dalam kamar aku mendengar suara Aron memanggil. Tapi aku mengabaikannya dan segera berlari.

Hujannya makin deras, jarak pandang semakin pendek. Meskipun aku pakai jaket tubuhku langsung basah kuyup. Cukup sulit untuk berlari di tengah hujan karena aku takut tergelincir.

Aku menyadari ternyata ada bayangan lain yang terbang di langit. Terbang cepat di belakang Evelyn.

Beda dengan Evelyn kali ini aku melihat bayangan sayap yang mengepak. Dan ukuran bayangannya sepertinya dua kali lipat lebih besar dari Evelyn.

Siapa dia?

Jangan-jangan dia itu pengejar dari surga yang Evelyn bilang?

Terbang mereka berdua semakin cepat. Memang benar orang yang berjalan di kaki tidak bisa melampui makhluk yang terbang bebas di udara sana.

Daerah sini mulai berkabut dan hujannya semakin deras.

"Aaa!"

Aku terpeleset. Semua tubuhku kotor dengan lumpur dan air hujan. Di kedua lututku terbuka luka yang cukup lebar.

Sial apa aku memang selemah ini?

Kakiku sekarang mulai bergetar.

Aku tidak bisa berdiri lagi. Seperti anak kecil aku terlentang di tengah jalan penuh hujan. Apa aku menangis? Aku bahkan sudah tidak tahu lagi.

Saat itu aku mendengar suara bising yang asing. Aku tidak pernah mendengar ini.

Angin sangat kencang meniup tubuhku. Dari arah depan, lalu kiri, dan kanan.

Aku menemukan sumber suara bising itu. Asalnya dari atas.

Lalu aku menengok ke langit, dan aku melihat...

"... Apa... itu?"

Awan hitam yang menyebabkan hujan deras disini berkumpul, menggumpal dan berputar searah jarum jam dengan kecepatan yang tinggi hingga membentuk sebuah spiral. Perlahan spiral awan itu terlihat semakin menonjol dan membuat semacam bukit kecil yang terbalik. Bukit awan itu semakin tebal membentuk beberapa lapisan hingga akhirnya menjadi piramida awan yang terbalik. Benar-benar pemadangan yang mengerikan. Aku tidak pernah membayangkan langit bisa berbentuk seperti itu.

Lalu seperti ada yang memukulnya di balik awan tersebut, piramida awan itu meledak, membuka sebuah lubang sangat besar yang menganga di langit.

Aku tidak tahu harus berkata apa-apa. Tadinya aku meringis kesakitan sekarang sudah terlupakan semua. Kejadian tadi terlalu luar biasa membuat aku lupa segalanya.

Lalu di tengah lubang itu terlihat bayangan-bayangan kecil. Jumlahnya mungkin lebih dari 50 dan mereka semua terbang.

Jadi mereka berasal dari surga itu. Dan sedikit demi sedikit mereka semua terbang turun ke bawah, ke kota Ekasia.

Sekarang tidak hanya kakiku, tapi seluruh tubuhku bergetar.

Apa aku sangat gembira karera menemukan hal yang menarik?

Atau.. aku sekarang ketakutan?

Apa mereka bermaksud menyerang kota ini?

Sial sampai kapan aku terus melihat dan berpikir hal ga jelas seperti ini!

Aku sangat ingin tahu mereka itu siapa dan asal mereka.

Tapi sekarang yang aku bisa lakukan hanya satu.

Aku akan menepati janjiku pada Evelyn. Aku harus fokus ke itu saja.

"Berdiri kaki sialan, berdiri!"

Aku memaksakan kakiku untuk berdiri. Meskipun sangat gemeteran, meskipun darah mengalir aku harus menahannya.

Sambil meringis kesakitan aku melanjutkan berlari.