Makhluk serigala yang bernama Agros. Meskipun dia tidak bisa terbang, kemampuan fisiknya melebihi manusia pada umumnya. Dengan mudah dia bisa melompati rumah yang berjarak 5 meter. Karena itu meskipun Evelyn terbang, dalam waktu singkat dia bisa mengejarnya.
Setelah dia berada tepat di bawah Evelyn, dia melompat sekuat tenaga hingga bisa mencapai jarak terbang Evelyn lalu dia memukul perutnya.
BUAK!
Evelyn tidak bisa menjaga keseimbangannya lagi. Agros menangkapnya dan mendarat di tanah dengan Evelyn sebagai pijakannya.
"GUAA!"
Terdengar beberapa tulangnya patah. Kulitnya juga terbuka lebar membuat sebuah luka.
Kalau untuk manusia biasa pasti sudah mati.
"Tenang, gua ga bakal membunuh lu. Tapi..."
Dia mengangkat wajah yang di penuhi luka.
"Wajah yang menjijikan. Kenapa sih lu harus menggunakan mayat dari makhluk menjijikan seperti ini?"
"Mere..ka...tidak...men...jijikan..."
"Berisik!"
Agros memukulnya sampai terlempar lumayan jauh. Menggunakan kekuatan anginnya, Evelyn menahan dirinya agar tidak terbentur dinding rumah. Lalu dia menjulurkan tangannya ke depan, dan mengumpulkan kekuatan anginnya. Tetapi Agros segera melompat, menangkap tangannya dan mematahkannya tanpa ragu sedikit pun.
"AAA!!"
"Udah gua bilang berisik!"
Dengan telapak tangannya yang besar, Agros menutup seluruh wajah Evelyn. Lalu dia mencengkramnya dengan kuat hingga kedengaran suara retakan. Evelyn yang merintih, menggigit tangannya itu sekuat tenaga.
"Cih, menjengkelkan banget sih lu"
Agros lalu menjambak rambut dan mengangkat tubuh Evelyn tinggi-tinggi. Dia melihat baik-baik wajahnya. Mata Evelyn terpancarkan kebencian dan kesedihan.
"Cewek sialan"
"..Khh"
"Gua tahu kalau lu ikut pasukan ini hanya paksaan dari 'mereka'. Dan tentu saja gua sadar betapa lu benci dengan kita semua. Tapi kau tahu.. setidaknya-"
"GRAH!"
Agros memukul sekali lagi Evelyn, tepat di lambungnya. Dia mengeluarkan semua makanan yang diberikan Icho, yang telah berubah menjadi cairan setengah padat yang menjijikan.
"Setidaknya, jangan tunjukkan terang-terangan perasaan kamu itu Bego. Belajarlah sedikit mengendalikan perasaanmu itu"
"ke...Kena...pa..."
"Hah?"
BRUK
Sebuah pukulan keras menghantam bagian belakang kepala Agros. Bahkan untuk manusia dengan fisik super diapun tetap akan terluka jika mendapatkan pukul mendadak di belakang kepalanya.
Dia menengok kepala dengan penuh emosi.
Dan yang ada di belakangnya adalah seorang anak lelaki dengan wajah kesal tapi badan gemeteran memegang sebuah batang kayu yang sudah patah.
Dia adalah Icho Regald.
-Sudut Pandang Icho-
Aku benar-benar melakukannya. Aku benar-benar melakukannya.
Aku ketakutan setengah mati. Jika hari ini tidak hujan, pasti akan kelihatan betapa basahnya celanaku saat ini.
Tapi disaat bersamaan aku sangat kesal.
Dia telah melukai Evelyn sampai sebegitunya.
Aku membuang logika dan akal sehat yang tersisa di kepalaku dan bergerak 100% hanya mengandalkan perasaan dan insting saja.
Jika aku banyak berpikir lagi, aku akan mulai meragukan diri lagi dan bersikap pengecut lagi.
Aku segera mengambil tongkat kayu yang ada di dekatku. Bergerak sepelan mungkin agar dia tidak menyadarinya. Menahan emosiku melihat Evelyn yang disika seperti itu.
Dan saat dia lengah, aku langsung memukulnya.
Berhasil. Kepalanya mengeluarkan darah. Itu pasti sakit baginya.
Makhluk serigala itu lalu menengok ke arahku. Dia terlihat sangat kesal. Aku tidak bisa mundur lagi. Akan kulawan dia sekarang juga.
Tapi tiba-tiba... aku mendapatkan pukulan wajahku. Sangat cepat aku tidak menyadari sampai aku merasakan sakit.
Aku terlempar jauh.
BUAK!
Tubuhku menghantam keras tembok. Aku hampir kehilangan kesadaran. Tapi aku tidak memalingkan pandangku dari tujuanku, Evelyn.
Aku berusaha bangkit kembali hanya menggunakan adrenalin dan tekad saja.
"Haaa...Ha...Ha..."
Lalu aku menyadari kesulitan untuk bernapas.
Aku menyentuh wajahku. Sakit sekali. Ternyata tulang hidungku patah. Mungkin lebih tepatnya hancur. Darah tidak berhenti mengalir dari lubang yang telah hancur itu.
Aku membuka mulut untuk bernapas.
Lalu aku menyadari mulutku terasa sakit luar biasa.
Aku sekarang menyentuh mulutku. Ternyata gigiku sudah tidak ada. Gigi seri depanku hancur semua.
"Bhuak...uhuk.uhuk...bhuakk..."
Aku memuntahkan semua yang ada di mulutku. Gigi, darah, ludah dan tanah.
"Lemah"
"..."
Aku tidak bisa menjawabnya. Aku benar-benar lemah. Hanya sekali pukulan saja, hidung dan mulut hancur.
Rasa sakit ini melebih dari patah kaki yang pernah aku alami waktu kecil dulu.
Anehnya aku sama sekali tidak merasa takut. Keragu-raguanku sekarang sudah lenyap hilang. Pikiranku lebih tenang.
Sakit sekali.
"Woy Evelyn"
"!?"
Dia menyeret Evelyn dengan menjambak rambutnya lalu mendekatkan wajahnya kepadaku. Melihat dari dekat wajah Evelyn yang babak belur benar-benar menyakitkan.
"Kamu kenal manusia menjijikan ini?"
"..."
"Kenal Tidak!?"
"T-tidak"
"Sudah kubilang barusan, setidaknya sembunyikan perasaan kamu itu"
Makhluk serigala itu membanting wajah Evelyn ke tanah. Hentikan, tolong hentikan.
"Hanya dalam waktu 3 hari setelah jatuh ke benua bawah, kau telah berteman dengan seorang manusia menjijikan. Terlebih lagi, manusia menjijikan ini datang untuk menolong kamu, makhluk asing yang baru dikenalnya, sampai terluka seperti ini...
"...KufufuHAHAHAHA! Menjijikan! Benar-benar menjijikan kalian berdua!"
Dia melanjutkan membanting wajah Evelyn ke tanah. Kali ini lebih keras, lebih cepat.
Aku sudah muak melihatnya.
"Hentikan"
"Hah!?"
"Lepasin Evelyn sekarang juga"
Dengan kaki masih bergeteran dan wajah yang sangat sakit aku berusaha untuk bangkit dan berdiri kembali.
Mumpung sekarang tubuhku dipenuhi oleh adrenalin aku harus bergerak sesegera mungkin.
"Lu juga berisik ya, manusia!"
Dia mengarahkan tinjunya lagi ke arah kepalaku. Menggunakan semua energi yang masih kumiliki, aku berguling ke arah kanan dan menghindari kepalan tangannya yang besar itu.
Pukulannya mengenai dinding yang ada di belakangku dan membuat sebuah retakan yang cukup besar.
"Oh boleh juga"
"Lepasin Evelyn maka aku akan jadi lawanmu"
"KufufuHAHAHAHA! Menarik juga lu makhluk menjijikan. Sebagai pejuang gua tidak bisa mengabaikan ini. Baiklah manusia, gua terima tantangan lu"
Maka dimulailah pertarungan pertama kalinya dalam hidupku.
Aku sudah menentukan hal yang pertama kali harus kulakukan dalam pertarungan pertamaku ini.
Bukan menganalisa kemampuan musuh.
Ataupun sembrono menyerang lagi.
Dan juga bukan bertahan dari serangannya lagi.
Tentu saja yang aku lakukan adalah...
Melarikan diri!
"Woy baru mulai langsung melarikan diri hah, pengecut!"
Aku mengabaikan teriakannya dan segera berlari. Aku berlari menuju jalan-jalan kecil. Karena badannya yang besar itu dia pasti kesulitan untuk melewati jalan seperti ini.
Tapi perkiraan ini salah.
Suara benturan keras terdengar dari belakang. Ternyata dia menghancurkan semua tembok yang menghalanginya.
Aku juga tidak bisa bersembunyi di rumah orang, karena bisa membahayakan penghuninya. Maka aku memilih menuju tempat kosong.
Di ujung selatan kota Ekasia terdapat sebuah lapangan yang sering dipakai anak-anak untuk bermain sepak bola. Aku berpikir untuk bisa bertarung dengan aman disana.
Tapi jaraknya lumayan jauh, mungkin sekitar 500 meter. Apa aku bisa sampai sana selamat, aku tidak tahu.
Yang bisa kulakukan sekarang hanyalah berlari.
Aku sendiri sejujurnya kaget masih punya kekuatan untuk berlari, dengan tubuh babak belur begini. Karena sekarang aku masih punya tujuan terbenam di kepala aku bisa berjuang, jika aku berhenti sejenak saja untuk beristirahat, aku yakin semua rasa sakitku bakal langsung menghujani tubuhku.
Suara benturan di belakangku terdengar semakin dekat.
Lalu ketika melintasi di pertigaan jalan dengan sebuah pohon besar di tengah-tengah, terlintas sebuah ide di benakku.
Tetapi untuk mewujudkan ide ini, aku harus mengetahui posisi dari makhluk serigala itu.
Aku menghentikan pelarianku. Makhluk serigala itu sudah dekat sekali denganku. Ketika dia melihat aku berhenti dia langsung menghantarkan tinjunya kepadaku.
Dengan sekuat tenaga aku menghindarinya dengan melompat ke kiri. Pukulannya langsung menuju pohon itu dan menghancurkannya. Pohon itu rubuh dan menimpanya. Aku tahu bahwa itu tidak bisa menahannya karena tembok batu saja bisa dia hancurkan.
Tapi, dengan cepat aku menaiki pohon yang rubuh di atasnya. Karena terkejut responnya jadi lelet dan gagal menangkap kakiku ketika aku lompat ke atas pohon itu.
"Manusia!"
Lalu sekuat mungkin aku menginjak pohon kayu itu sampai dia tidak bisa menahannya lagi.
Pohon itu jatuh dengan makhluk serigala itu tertimpa di bawahnya.
"SIALAN!"
Aku merasakan getaran kuat dari bawah pohon itu. Aku segera melompat dari pohon itu.
BUAR!
Pohon itu hancur dan makhluk serigala itu bangkit kembali.
Tapi, keadaan serigala itu berbeda dari sebelumnya, ada apa dengan dia?
Sekarang tubuhnya yang berbulu itu dilapisi api merah. Hujan yang mengenai tubuhnya segera menguap dan membuat tubuhnya dikelilingi uap putih.
"Kau benar-benar membuatku marah sekarang, manusia sialan!"
Aku sekarang tepat di depannya. Lapangan yang aku tuju masih jauh.
Dia melompat sekarang dan kembali menghantarkan tinjuannya itu lagi. tapi sekarang tinjuannya dipenuhi api merah itu.
Ah sial, aku tidak tahu lagi.
Menggunakan sebuah pengetahuan yang terlintas di kepalaku, aku ikut berlari ke arahnya.
Aku menjatuhkan badanku dan meluncurkan badanku ini.
Ini adalah Sliding Tackle, salah satu teknik sepak bola.
Dengan teknik ini, aku meluncur melewati bawah kakinya.
"Apa!?"
Tak kusangka teknik yang kupelajari di klub sepak bola bisa menyelamatkan nyawaku.
Sekali lagi aku berhasil menghindari tinjuannya itu. Makhluk serigala itu tidak bisa menghantikan tinjuannya dan menghancurkan tembok yang ada di belakangku.
Lalu aku segera berlari lagi, kecepatan penuh.
"Sial, sial, sial"
Sepertinya aku membuat makhluk serigala itu semakin marah.
"Argh!"
Tiba-tiba aku merasakan rasa sakit di punggungku. Aku terjatuh dan terguling.
Sial, apa itu?
Aku mencoba menyentuh punggungku dan mendapati sebuah batu.
Ternyata dia lempar batu ke arahku. Ini pasti batu dari tembok yang dia hancurkan tadi.
"Boleh juga lu manusia, menghindari 3 kali pukulanku hah!"
Lalu dia berlari lagi ke arahku. Dia mengepalkan tangan kanannya kencang-kencang.
Aku meladeninya dan ikut berlari ke arahnya. Akan aku gunakan teknik Sliding Tackle lagi.
Saat berada di dekatnya, aku berusaha untuk menjatuhkan badanku lagi.
Tetapi di depan tubuhku ada sebuah kepalan tangan yang lain. Tangan kirinya.
Gawat tangan kanannya tadi hanyalah tipuan!
Segera aku melindungi dadaku dengan kedua tanganku.
Aku terkena tepat pukulannya. Pukulan yang sangat keras dan panas.
"BUAARARH!"
Aku terlempar jauh. Aku terhempas dan menghantam kencang dinding di belakangku.
"ARGH!"
Lalu aku kehilangan kesadaran.
Gelap. Tidak terlihat apapun.
Dingin, kulit dibasahi air hujan tanpa henti
Sakit, sekujut tbuh dipenuhi rasa sakit.
Tapi yang paling mendalam adalah penyesalan.
Terlentang lemah seperti ini, ketika langit terbuka. Tidak bisa menemukan jawaban dari pertanyaan yang kumiliki.
"Bocah manusia"
Dalam kegelapan aku mendengar suara seseorang. Serak besar dan terkesan menyeramkan. Itu adalah suara makhluk serigala.
"Gua puji lu, sebagai seorang pejuang. Mengorbankan nyawa untuk seseorang yang tidak lu kenal sama sekali. Bahkan gua saja tidak sudi berjuang untuk sesuatu yang tidak jelas seperti itu"
"..."
Dipuji hah. Baru pertama kali gua tidak senang sedikitpun dipuji oleh orang lain.
"Semangat juang lu yang miliki sangatlah bagus. Tetapi sayangnya lu terlahir sebagai seorang manusia... karena itu sangat disayangkan"
"..."
"Bocah manusia, ini adalah hukuman. Dosamu karena terlahir sebagai manusia, dan -terlebih lagi- dosamu karena telah menghina kerajaan langit"
"..."
Kerajaan Surga ....
"Sebagai utusan Tuhan Yang Maha Esa, saya akan memberikan hukuman yang pantas kepada manusia berdosa seperti kamu. Hukuman mati"
Dia mengepalkan tangannya kuat-kuat lalu semua api yang menyelubungi tubuhnya sekarang berpusat pada satu titik saja. Pada kepalan tangan kanannya.
Begitu ya, aku akan mati disini.
Banyak penyesalan yang tertinggal di dalam hati.
Aku tidak bisa mengetahui kebenaran dari dunia ini.
(Kamu benar-benar ingin tahu?)
Ada suara menggema di kepalaku.
Suara siapa ini. Aku mengenalnya.
(Hey Icho)
Aku membuka mataku.
Dimana ini?
Ini bukan tempat dimana aku berbaring sekarat tadi. Tidak ada hujan, tidak ada lubang di langit dan tidak ada makhluk serigala di depanku.
Beraroma pedas dan banyaknya rak yang dipenuhi buku, tempat ini adalah perpustakaan bawah tanah rumahku.
Sejak kapan aku berpindah tempat.
"Hey Icho"
Di depanku berdiri suatu makhluk kecil, dia terbang dan berambut hijau. Penampilannya seperti seorang wanita tapi dengan ukuran 15 cm seperti boneka anak-anak.
Rambut hijau ini aku mengenalnya.
Kamu jangan-jangan Evelyn?
"Benar Icho"
Ehh? Aku belum bicara apapun lho. Kamu bisa baca pikiran?
"Aku hanya bisa membaca pikiran kamu di sini. Tempat ini adalah Kamar Jiwa. Tempat dimana jiwa makhluk hidup berada dan tinggal. Kami dari ras Fayn memiliki kemampuan mengakses Kamar Jiwa dari makhluk hidup manapun"
Ohh hebat sekali. Tapi kenapa tempatnya adalah perpustakaan bawah tanah rumahku?
"Jiwa bersemayam di tempat dimana Raga makhluk hidup itu tidak berdusta dan jujur kepada diri sendiri. Setiap makhlk memiliki Kamar Jiwa yang berbeda-beda dan untuk kamu tempatnya adalah perpustakaan ini"
Ohh informasi yang menarik sekali. Memang benar perpustakaan inilah tempat dimana aku bisa merasa sangat nyaman dan rileks dengan pengetahuan baru yang melimpah disini.
Tapi bagaimana aku tahu kalau kamu adalah Evelyn?
"Eh?"
Aku pernah membaca di huku, saat seseorang di bawah ke suatu tempat yang asing biasanya mereka akan ditipu. Bagaimana jalau kamu itu hanyalah tiruan yang sedang menipuku?
"Yaampun kamu ini. Baiklah jadi apa maumu?"
Makanan yang sudah aku kasih ke kamu, apa saja itu?
"Hmm kalau tidak salah pertama kali kamu memberikan kue berisi selai nanas itu, lalu hari berikutnya nasi, tumis daging sayur dan kue choco chip itu"
Dan dari semua itu yang mana yang paling kamu sukai?
"Tentu saja kue Choco chip itu. Rasanya manis teksturnya renyah terutama yang namanya coklat itu hmm aku benar-benar suka"
Senyum yang indah. Kamu benar-benar menyukai kue itu ya?
"Hah!? Yah enggalah lagian aku bilang hal kaya gini karena kamu engga percaya sama aku"
Dan kembali lagi ke sikap pemarahnya.
Jadi kenapa kamu membawa aku kesini.
"Kamu benar-benar ingin mengetahui rahasia dunia, Icho Regald?"
Iya aku ingin tahu.
"Meskipun itu kamu terluka seperti ini? Meskipun itu bisa membunuhmu?"
Iya meskipun aku bisa mati dalam petualangan ini, aku akan tetap maju.
"Aku tanya sekali lagi, kenapa?"
Karena aku ingin hidup dengan jujur kepada diri sendiri
"Baiklah kalau begitu berkontraklah denganku?"
Kontrak?
"Iya aku memberi kamu kekuatan untuk membantu dalam perjalananmu mencari rahasia dunia ini. Tetapi sebagai gantinya kamu harus mengabulkan satu permintaanku"
Baik aku terima.
"... Kamu yakin lansung menerimanya? Kamu tidak mendengarkan permintaanku terlebih dahulu?"
Tidak apa-apa, apapun permintaan kamu asalkan kamu bisa membantuku aku tidak masalah.
Untuk sekarang, aku membutuhkan kekuatan perlu mengalahkan makhluk serigala yang menyerangku habis-habisan tadi.
"Baiklah kalau begitu kontrak dimulai!"
Kontrak Duri.
Wahai manusia, Icho Regald.
Kamu adalah pohon, sumber kehidupanku.
Ragamu adalah ragaku dan mimpimu adalah mimpiku.
Bunga anggrek akan mekar, membawa sari dan impian kepada induknya.
Karena itu aku berjanji akan membawa kita menuju tanah impian.
Maka terbentuklah ikatan antara Manusia, Icho Regald dan Fayn, Evelyn.
Aku merasakan energi melimpah di dalam tubuhku.
"Gh!"
Panas, aku merasa panas dari dalam tubuhku.
Apa ini?
(Ini adalah proses pembukaan pembatas Ruh, Icho. Ketika makhluk hidup membuat kontrak dengan Fayn, kita bisa membuka paksa pembatas tersebut)
Aku mendengar suara Evelyn dari dalam kepalaku.
Apa yang kamu bicarakan aku tidak mengerti. Lagian aku tidak bisa fokus karena panas ini!
(Tahanlah sebentar Icho. Proses ini hanya berlangsung beberapa menit saja)
Sial panasnya, padahal sekarang aku lagi di tengah hujan.
(Kalau kamu kepanasan, berarti tipe Ruh kamu adalah api)
Api? Aku tidak paham dengan yang kamu bicarakan, tapi kalau api jangan-jangan sama dengan si makhluk serigala itu.
(Benar, kamu memiliki tipe Ruh api sama dengan Agros)
Agros, jadi itu namanya ya.
Sial panasnya! Kalau tidak ada hujan pasti kulitku sudah menempuh.
"WOY MANUSIA!"
Suara teriakan berisik itu, Agros ya.
Dia ada di depanku, tersungkur.
Hmm bukannya dia tadi mau memukulku dengan tinjuannya itu? Kenapa dia sekarang berbaring di manusia.
(Tadi aku lemparkan dia dengan angin)
Ah begitu.
"Rambut hijau itu dan tubuh beruap itu. Brengsek lu membuat kontrak dengan Evelyn!"
Agros langsung loncat lagi ke arahku. Dia ini emang ga ada sabarnya.
(Arahkan tangan kananmu ke depan!)
Siap!
Tanpa ba bi bu langsung ku arahkan tangan kananku ke depan. Lalu energi panas dalam tubuhku mengalir dan menggumpal di telapak tangan kananku.
(Tembak!]Tembak!"
Air Cannon!
Sebuah bola api keluar dari tangan kananku dan melesat dengan cepat. Agros yang melihatnya langsung membuat posisi bertahan.
"Apa!"
Tapi bola apinya lebih kuat dan mendorong Agros hingga terpental jauh.
"Haaaa..."
Aku tidak kuat berdiri lagi. Tenagaku terasa terserap semua dan aku jatuh pingsan lagi.