Icho Regald terjatuh pingsan. Uap yang keluar semakin lama semakin kecil dan akhirnya menghilang. Sepertinya proses pembukaan pembatas Ruh yang dikatakan Evelyn telah selesai.
Lalu dari tubuh Icho sekarang mengeluarkan sebuah cahaya aneh, berwarna hijau yang sama dengan warna rambutnya. Cahaya itu keluar dari luka-luka yang dialaminya lalu perlahan luka itu menutup kembali.
Luka di lutut, wajah, mulut, hidung, tangan dan dadanya. Bahkan cahaya tersebut mengembalikan giginya yang copot, membuat kembali hidungnya seperti normal dan menyembuhkan patah tulang di dadanya.
Tapi sayangnya untuk tangan kirinya tidak bisa sembuh dengan sempurna. Luka habis pukulan dari Agros ini terlalu parah, tulangnya sudah kembali menyambung, tapi syarafnya masih rusak dan luka bakarnya tidak hilang. Luka itu akan terus tertinggal di tangan kiri Icho Regald.
Suara ledakan terdengar kembali.
Itu berasal dari tumpukan batu-batu tidak jauh dari Icho. Ada suatu makhluk yang menghancurkan batu-batu tersebut untuk keluar dari timbunannya.
Itu adalah Agros. Dia bangkit kembali dengan wajah yang sangat kesal. Uratnya terlihat menonjol dari bulunya dan api di sekujut tubuhnya membakar lebih kuat.
"Brengsek, Brengsek, BRENGSEK!!!"
Dia melihat Icho yang jatuh pingsan dan semakin kesal.
"Brengsek lu Evelyn, bakal gua bunuh manusia itu biar lu keluar dari tubuh itu"
Lalu sekali lagi dia meloncat lurus ke arah Icho.
Tapi dalam sekejap dari arah kiri, sesuatu muncul dan menyerang Agros.
"Apa!?"
Dengan refleknya Agros membuat posisi bertahan.
Tapi sekali lagi juga, dia tidak bisa menahan serangan misterius itu dan terpental lagi.
Tapi Agros segera bangkit dan berteriak.
"Brengsek siapa kau!?"
Sosok misterius yang menyerangnya adalah seorang manusia. Laki-laki dengan tinggi badan cukup tinggi, memakai jubah warna hitam yang bertudung. Dari bayangan tudungnya dia mengeluarkan tatapan tajam ke arah Agros.
"Perkenalkan wahai Anda ras Therion. Nama saya adalah Horrick Regald. Saya berasal dari Biro Penanggulangan Humanoid dan Monster, tentu saja anda pernah mendengar nama biro kita, benar tidak?"
"Cih, orang jubah hitam"
"Mohon maaf, untuk hari ini sebenarnya saya tidak ada jam kerja, karena itu saya tidak akan melakukan apapun pada anda. Tetapi kota ini adalah tempat tinggalku dan anak laki-laki yang anda serang daritadi adalah anakku. Karena itu bisakah kalian semua pergi dari kota ini? Kalau tidak..."
Terasa aura mengerikan dari laki-laki bernama Horrick itu, yang membuat merinding bulu kuduk Agros. Tetapi dia tidak akan mundur.
"Sebagai seorang pejuang gua tidak akan mundur dari tantangan. Akan kulawan lu, manusia!"
"Huft, pada udah saya bilang baik-baik"
Agros segera meloncat ke depan dengan tangan kananya dipenuhi energi api itu sekali lagi.
Horrick sama sekali tidak bergerak. Ketika pukulannya mendekati wajahnya, dia menangkap tangan Agros dengan mudah menangkapnya, menahan kakiknya lalu membantingnya.
Ketika Agros terjatuh terlentang, Horrick segera duduk di atasnya. Dengan tatapan tajam yang sama, dia memandang Ahros.
"SIALL!!"
"Kalian ras Therion terlalu mengandalkan kekuatan. Karena itu hanya dengan sedikit teknik saja kalian mudah dikalahkan.
Lalu Horrick memukul wajahnya dengan sangat keras, sampai jalan di bawahnya retak.
Lalu dia memukulnya lagi, memukul lagi, memukul terus menerus.
Sampai wajahnya hancur.
"Ini adalah balasan karena telah menyakiti Icho"
Lalu dia gantian memukul dadanya terus menerus sampai tulang dadanya patah semua.
"Icho lebih merasa sakit dari ini. Dia hanya anak kecil berumur 16 tahun"
Tatapannya sama sekali tidak berubah ketika dia meyiksa Agros.
Setelah selama 30 menit menyiksanya, lalu suatu angin kencang menyerang Horrick dari belakang.
Dia menyadarinya dan segera menyingkir.
Suaut bayangan dengan cepat melintas mendekati Agros, mengambilnya lalu membawanya terbang.
Sosok bayangan itu adalah Egon salah satu rekan dari Agros. Tubuhnya dipenuhi luka tembak.
"MANUSIA SIALAN, AWAS SAJA KALIAN, AKAN KUBALAS INI!"
Lalu mereka berdua segera terbang menjauh dari Horrick.
"Yah terserah"
Lalu Horrick berlari ke arah Icho.
Sakit sekali.
Capek sekali.
Aku membuka mataku. Sebuah langit-langit asing berada di depan mataku.
Tidak... tunggu dulu. Lampu neon, tembok putih dan banyak bangku dan meja. Aku sangat kenal tempat ini.
Ini adalah sekolahku.
Kenapa aku disini.
"Hey, kamu sudah bangun?"
Suara laki-laki aku kenal menyapa diriku. Dengan penuh rasa sakit, aku terbangun dari tempat tidurku dan berusaha untuk melihat keadaan sekitar.
Laki-laki di sebelah ku ini sangat kukenal. Kapan ya terakhir kali aku bertemu dengannya? Mungkin sekitar tahun lalu kayanya. Dia ini selalu sibuk makanya jarang di rumah tapi wajah dan suaranya tidak mungkin aku lupakan.
Dia adalah ayahku, Horrick Regald.
Dia memakai jaket hitam basah. Wajahnya terlihat lega karena melihat aku baik-baik saja.
"Apa masih sakit?"
"I-iya masih sakit, tapi hanya pegal dan capek saja sepertinya"
"Syukurlah kalau begitu"
Tapi, lukaku sudah sembuh? Aku mengecek seluruh badanku yang aku ingat mengalami luka parah.
Lutut, mulut, hidung, dada dan tangan.
Luka di lututku sudah menghilang tanpa bekas. Hidungku sudah kembali normal dan aku bisa bernapas normal lagi. Gigi di mulutku yang tadi copot entah bagaimana caranya sekarang sudah ada lagi. Aku raba-raba dadaku sendiri dan aku tidak merasakan sakit sedikitpun.
Tapi tangan kiriku masih terasa sakit. Dann hanya tangan kiriku saja yang digips dan diperban lumayan tebal.
"Apa ayah yang menyembuhkan aku?"
"Bukan, tapi teman kamu"
Ayah menggeleng lembut lalu menunjuk di sebelah bantal.
Ada Evelyn yang tertidur disana. Ukurannya apa sekecil itu? Aku merasa dia lebih kecil dari yang aku temui di Ruang Jiwa itu.
Ada satu hal yang harus kutanyakan ke Ayah, sesuatu yang harus aku pastikan.
Tapi dalam hati, aku takut untuk mengetahui jawabannya.
"Ayah, ada yang ingin aku tanyakan"
"Apa itu?"
"Apa ayah k-kenal dengan temanku yang namanya Adel dan Rudy"
"Iya"
"Bagaimana keadaan mereka berdua?"
"..."
Ayah melihatku dengan tatapan sedih. Lalu perlahan dia menggelengkan kepalanya.
Saat itu aku merasa hatiku sakit sekali. Aku menggengam dadaku erat-erat. Napasku juga semakin berat.
Rudy... Adel...
Jadi kalian sudah....
Sial!
Apa pilihanku ini memang salah?
"Ayah, apa aku membuat pilihan yang salah?"
"..."
Ayah melihat ku dengan wajah serius
"Sejujurnya ayah tidak tahu. Apakah memilih temanmu yang benar atau memilih gadis Fayn ini yang benar"
Jadi ayah juga tidak tahu ya.
Yah tentu saja, pada akhirnya aku sendirilah yang memilihnya.
"Tapi... Pilihan manapun yang kamu pilih sekarang kamu harus menghadapinya dan jaga baik—baik"
"Jaga baik-baik?"
"Icho"
Di sebelahku ada Evelyn terbang dengan wajah khawatirnya. Sepertinya dia terbangun karena kemarahan ku ini.
Sudah kuduga aku akan menyesali apapun pilihan yang aku pilih.
Tapi benar kata ayah, untuk sekarang aku harus melindungi apa yang tersisa bagiku.
Aku mencoba untuk mengelus kepala Eveleyn dengan ujung jariku tapi dia malah menolakku.
"Mulai sekarang mohon bantuannya ya Evelyn"
"Yah iyalah, kamu sudah membuat kontrak denganku"
Lalu wajahnya kembali terlihat kesal.
Yaampun baca mood dong.
"Kalau kamu sudah bergerak Icho, kamu juga ikutan mengungsi bersama yang lain"
"Mengungsi?"
"Hampir semua orang yang masih selamat sudah dibawa ke tempat yang lebih aman. Hanya tinggal kamu dan kakakmu serta July yang masih ada di luar"
"Aron selamat? Syukurlah"
"Kakakmu juga bukan orang yang gampang mati"
Benar sekali, aku sependapat.
Suara ketukan tiba-tiba terdengar dari pintu kelas dan seseorang masuk. Seorang laki-laki, tubuhnya tinggi menggunakan topi dan jas hujan hitam. Hmm kayanya aku pernah melihat orang ini.
"Bos"
"Oh Greg, bagaimana?"
"Ah, orang jubah hitam!"
Entah kenapa Evelyn tibatiba terkejut dengan kedatangan orang bernama Greg itu.. Oh iya orang itu kalau tidak salah...
"Kalau tidak salah ketika pernah bertemu ya? 2 hari lalu"
"Iya benar, waktu itu saya minta maaf ya telah membentak kamu. Saya tidak tahu ternyata kamu adalah anak dari bos"
Lho tiba-tiba dia bersikap sopan padaku. Yah mungkin karena ayah adalah bos orang ini.
"Ah tidak waktu itu memang aku yang salah. dan juga aku berterima kasih telah memberikan plester lukanya"
"Sama-sama juga, dek Icho"
"Kalau ga salah kamu juga menanyakan tentang orang jubah hitam. Kenapa kamu bertanya tentang mereka Evelyn?"
"Me-mereka itu adalah kumpulan manusia-manusia jahat"
"Jahat?"
Setelah melihat dua orang mengenakan jubah hitam, Evelyn segera terbang dan bersembunyi di balik kepalaku.
"Me-mereka itu banyak membunuh anggota pasukan, ada juga yang ditangkap terus disika dan aku juga pernah mendengar mereka membawa mayat dari anggota pasukan lalu memutilasinya. P-pokonya mereka adalah musuh surga!"
"Hahaha, ternyata begitu ya kalian melihat kerja kami"
Ayah menjawabnya dengan ringan sambil tertawa.
"Tugas utama kami sebagai Biro Penanggulangan Humanoid dan Monster adalah melindungi umat manusia, karena itu beberapa dari kalian terkadang menghalangi tujuan kami"
"Hii"
Evelyn sepertinya ketakutan dengan tatapan tajam ayah. Tolong maafkan dia, dari dulu ayahku memang memiliki mata seperti itu.
"Bos, kendaraannya sudah siap"
"Begitu ya, Icho segera bangun. Kita akan segera pergi dari Ekasia "
"Mau kemana kita?"