Akhirnya aku tiba di kota. Dengan tubuh penuh lumpur dan kaki yang berdarah.
Ini adalah jalan bercabang. Ke kanan adalah ke arah sekolah dan ke kiri menuju kota.
Karena aku kehilangan jejak mereka, aku berpikir untuk pergi ke arah sekolah.
Saat itu aku samar-samar mendengar suara. Suara dari arah sekolah.
Itu suara orang.
Tanpa aku sadari tubuhku bergerak sendiri bersembunyi ke balik dinding.
Apa aku benar-benar ketakutan sialan?
Aku melihat di ujung jalan. Ada 3- tidak 4 bayangan.
Tiga bayangan mengepung satu bayangan. Dan salah satu bayangan mencekik leher dari bayangan dari yang terkepung itu.
Yang tercekik itu adalah.. Evelyn. Gawat sudah dia tertangkap.
Yang mengepung Evelyn
... makhluk apa mereka itu?
Satu adalah makhluk dengan tinggi mencapai 2 meter, berkepala binatang serigala, berdiri tegap dengan dua kaki, memiliki tubuh kekar seperti layaknya manusia. Dia tidak memakai baju tapi dia mengenakan suatu celana berwarna biru.
Satunya lagi rupanya seperti manusia tapi tubuhnya memiliki kulit berwarna hijau. Beda dengan hijau Evelyn yang indah cemerlang, hijau makhluk itu terlihat menjijikan seperti lumut yang menempel di rawa kotor. Dan apa itu? Seperti ada akar tanaman yang memenuhi tubuhnya. Makhluk hijau itu memakai seragam yang mirip seperti Evelyn
Dan yang terakhir itu memiliki kepala seperti burung, tapi sepertinya jenisnya berbeda dengan Isla. Tinggi tubuhnya sama dengan makhluk berkepala serigala itu dan bulunya berwarna coklat gelap. Tapi yang paling mencolok adalah sayap yang tertempel di punggungnya. Meskipun lagi tertutup tapi ukurannya sudah memenuhi punggungnya.
Ja-jadi mereka itu makhluk dari surga sama dengan Evelyn.
Bentuk mereka berbeda satu sama lain, jadi setidaknya ada 4 ras yang tinggal di atas sana.
[Kau benar-benar suka membuat kita kerepotan hmm, Evelyn?]
[Bakal gua beri lu pelajaran karena berani menentang gua, cewek sialan!]
[Kamu sudah puas dengan jalan-jalannya Evelyn?]
Aku tidak mengerti mereka ngomong apa. Apa itu bahasa asli mereka? Apa mereka semua yang berasal dari surga berbicara dengan bahasa itu?
Tapi Evelyn bicara bahasa manusia yang normal. Apa dia doang yang bisa ngomong bahasa manusia?
Makhluk serigala itu mencekik leher Evelyn, lalu membantingnya berkali-kali ke dinding sampai dindingnya retak.
[Woi tenang dulu, Agros. Kita tidak bisa membunuh dia]
[Berisik Dairi! Jangan menyentuh gua dengan tubuh lu yang menjijikan]
Makhluk hijau itu memegang bahu makhluk serigala, tapi dia langsung memukulnya. Dari ekspresinya si makhluk hijau itu sepertinya tidak senang dengan sikapnya
[Lepaskan Evelyn Agros, dia masih anggota yang penting di tim kita]
[Tapi Egon]
[Lepasin dia, apa kamu lupa aku ini adalah ketua di tim ini]
[Cih!!]
Makhluk serigala itu akhirnya melepaskan tangannya.
"Uhuk... Uhukk... Uhuk..."
[Hey Evelyn]
"..."
Makhluk kepala burung itu menundukkan badannya, memegang wajah Evelyn dan berkata.
[Sudah waktunya kamu pulang. Ke surga kita. Keluarga kamu sudah menunggu]
"... bu..kan..."
Aku yakin melihat Evelyn berbicara kecil. Tapi mereka bertiga itu mengabaikannya dan menyeret Evelyn. Mereka membawa Evelyn pergi.
Brengsek apa yang akan kalian lakukan ke Evelyn. Hatiku berkata ingin sekali langsung berlari, pergi menolong Evelyn. Aku sudah berjanji padanya. Aku akan menolongnya.
Tapi kepalaku tidak selaras dengan hatiku.
Aku... sungguh ketakutan.
Jumlah mereka bertiga, ukuran mereka besar-besar dariku dan yang paling utama aku tidak tahu makhluk apa mereka itu. Instingku mengatakan mereka berbahaya jangan mendekatinya.
Sejak kapan aku selemah ini.
Apa jangan-jangan... memang dari awal aku memang orang seperti ini?
Aku jika menemukan sesuatu yang menarik aku langsung bergerak ke depan. Aku tidak peduli dengan bahaya yang ada di depan, asalkan aku bisa menemukan jawaban yang aku harapkan.
Meskipun pada akhirnya aku mengalami patah tulang, terluka, tubuh kesakitan semua, di dalam hati aku sama sekali tidak menyesali melakukannya.
Karena itu semua aku lakukan untuk diriku sendiri.
Tapi sekarang berbeda.
Sekarang aku melibatkan orang lain.
Aron memang benar. Dia selalu benar. Apa yang kulakukan selama ini adalah hal bodoh. Hanya merepotkan orang lain saja.
Karena itu, sekarang aku harus bergerak.
Aku keluar bersembunyi dari tembok itu. Aku bergerak ke arah depan.
Tekadku sudah siap. Tetapi saat aku mau berlari ke depan.
"MEREKA ITU BUKAN KELUARGAKU!!"
Evelyn teriak sekuat tenaga tenaga. Tiba-tiba keluar angin yang kencang dari arah Evelyn.
[Apa-?]
[Cih]
Mereka bertiga tetap bergeming. Tidak ada satupun dari mereka yang terlempar badannya karena angin itu, beda denganku.
Tetapi menggunakan angin itu sebagai pengalih perhatian, Evelyn mengeluarkan sayap bening di balik punggungnya, segera terbang menuju jalan ke arah kiri.
Ada sayap keluar dari punggungnya itu memang mengejutkan, tapi yang paling penting sekarang Evelyn berhasil kabur.
Aku harus segera berlari ke arahnya.
Makhluk burung itu segera melebarkan sayapnya untuk terbang, tetapi makhluk serigala itu mengulurkan tangannya dan berusaha menghentikannya.
[Serahkan dia padaku, Egon]
[Oh? Dan alasannya apa itu Agros?]
[Akan kuberikan pelajaran pada wanita itu]
[Hmm? Dan apa jaminannya kalau kamu tidak akan membunuhnya?]
[Aku bersumpah sebagai pejuang tidak akan membunuhnya... Ketua]
[Hmph, yah baiklah. Pergi sana]
Makhluk burung itu menutup kembali sayapnya. Sebagai gantinya makhluk serigala itu yang pergi, dia melompat-lompat antar genting.
Gawat kalau dia yang pergi mengejar Evelyn. Tadi saja dia sudah mencekik, aku tidak tahu nanti dia bakal melakukan apa.
Segera aku keluar dari sembunyi di balik dinding seperti pengecut, dan bergerak mengejar Evelyn.
Saat itulah aku mendengar suara teriakan lagi.
Jantungku seakan berhenti ketika mendengarnya.
Tentu bukan suara Evelyn. Ataupun suara dua makhluk yang masih ada disana.
Itu adalah suara manusia, yang sangat aku kenal.
Suara dari manusia yang sangat berharga bagiku. Yang telah mengubah hidupku dan yang akan mengubah hidupku.
Itu adalah suara Rudy.
"APA YANG KALIAN LAKUKAN!"
Itu adalah Rudy Ernick. Masih berpakaian seragam sekolah yang basah kuyup.
Di belakang yang memegang pundaknya sambil gemeteran adalah Adel Fugo.
"Tu-tunggu Rudy udah kubilang kita sembunyi saja"
"Daritadi aku perhatiin, merundung dan menyakiti wanita, apa kalian tidak punya rasa malu hah!?"
Apa yang mereka berdua lakukan!? Jangan-jangan mereka baru saja pulang dari sekolah!?
Dasar bodoh!
[Hahh.... Merepotkan saja. Tangkap mereka]
[Baik]
Makhluk hijau mengulurkan kedua tangannya ke depan, lalu akar-akar pohon yang menempel tubuhnya memanjang dan bergerak ke arah mereka berdua.
"Geh makhluk apa mereka ini"
"Lari Rudy!"
Adel meraih tangan Rudy dan memaksnya untuk belari.
Tetapi itu sudah telat. Akar itu lebih cepat dari mereka berdua. Dalam sekejap mereka berdua tertangkap.
Gawat, apa yang harus kulakukan.
Rudy dan Adel tertangkap mereka. Dua teman terbaik dalam hidupku ditankap makhluk asing. Dan sebagai temannya apa yang kulakukan hanya melihat dan bersembunyi saja.
Teman terbutuk yang pernah ada.
Aku ingin menolong mereka berdua. Aku ingin menolong mereka berdua.
Tapi... tapi...
Makhluk hijau itu menarik akarnya dan membanting mereka berdua ke dinding.
"GAH!"
"Kh!"
Lalu dibanting lagi. Dibanting lagi. Dibanting lagi.
Setiap melihatnya hatiku merasa hancur.
Aku merasa air di sekitar pipiku terasa hangat.
Dan aku cukup yakin ekspresiku sekarang ini dipenuhi emosi.
Aku merasa sangat kesal dari hatiku terdalam. Tentu saja kepada dua makhluk asing yang menyakiti dua temanku itu.
Tetapi orang yang paling membuatku muak dan kesal sekarang ini adalah... diriku sendiri.
Disaat temanku terluka saat ini, aku malah mengkhawatirkan orang lain.
Aku memikirkan Evelyn saat ini. Yang membuat tidak bisa bergerak.
Manakah yang harus kupilih.
[Sudah cukup Dairi]
[Kita tidak membunuhnya? Apa mau kaulakukan dengan dua makhluk menjijikan ini?]
[Mari kita bawa pulang, disana kita bisa menjualnya ke pasar. Uang yang didapat pasti lumayan bagus karena mereka masih muda]
[Oh ide bagus Egon. Sudah kuduga dari ketua kita]
[Hmph]
Akhirnya makhluk hijau itu melepaskan mereka berdua. Lalu makhluk burung itu mengangkat dan mencekik Adel.
"Hei manusia"
"Mmph!?"
Apa !?
Makhluk burung itu bicara pakai bahasa manusia.
"Ada sesuatu yang ingin kutanyakan padamu"
"hhh.... hhh"
Adel tidak bisa menjawab. Pasti tubuhnya sudah kesakitan hingga untuk menjaga kesadarannya saja sulit.
"Woy, apa kamu dengar?"
"Hhh..."
"Haa.. lemah sekali, aku tidak paham kenapa kita bisa kalah dengan mereka. Hm?"
Rudy yang rubuh di tanah, ternyata masih sadar dan memgang erat kaki makhluk burung itu.
"Lepasin dia"
"Oh sepertinya manusia yang ini cukup kuat, boleh juga"
Makhluk burung itu tanpa ragu melempar Adel dan gantian mencekik Rudy.
"Ada yang ingin kutanyakan manusia. Apa kau tahu sesuatu tentang manusia berseragam merah"
"..Merah.. apa yang kau bicarakan?"
"Hm? Kau tidak tahu? Mereka mengenakan pakaian merah yang sangat mencolok, dan kebanyakan dari mereka itu berambut pirang"
"Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan. Meskipun aku tahu, tidak akan kuberitahukan ke kalian"
"Oh begitu"
Makhluk burung itu memukul wajah Rudy dengan keras. Tanpa ragu. Lalu dia memukul lagi. dan memukul lagi.
Sampai kapan aku bersembunyi seperti pengecut seperti ini.
Bergerak tubuhku! Bergerak!.
Kedua temanku sekarang sedang terluka. Aku harus membantunya.
Tetapi... Evelyn juga membutuhkan bantuan.
Yang mana harus aku pilih.
Di Kiri adalah Evelyn. Seorang makhluk misterius yang baru kenal 2 hari sebelumnya. Dia datang entah dari mana, dengan tujuan entah apa, bahkan aku tidak tahu dia makhluk apa.
Terlalu banyak ketidakpastian.
Di kanan adalah kedua temanku. Rudy Ernick dan Adel Fugo. Aku telah mengenalnya selama setahun ini. Mereka berdua adalah teman terbaik yang aku punya selama hidupku.. mereka menerima aku orang aneh sepertiku, khawatir pada orang sepertiku dan mau menghabiskan waktunya bersama orang sepertiku.
Mereka adalah dua orang yang sangat penting dalam hidupku.
Tentu saja jawabannya adalah mereka berdua.
Aku tahu itu.
Tetapi... Evelyn.
Aku sudah berjanji padanya untuk menolongnya sebagai ganti mendapatkan informasi darinya. Sejujurnya aku belum mendapatkan satupun informasi yang penting darinya. Belum ada kesepakatan yang seimbang dari kita berdua. Aku tidak mendapatkan keuntungan apapun jika menolongnya.
Dengan kata lain aku tidak punya kewajiban memenuhi janji ini.
Tapi instingku mengatakan sesuatu.
Mungkin inilah kesempatan satu-satunya yang mungkin aku miliki.
Langit di atas sedang terbuka lebar.
Jika aku meninggalkan Evelyn sekarang ini... mungkin aku akan kehilangan kesempatan untuk bisa mengetahui tentang surga.
Kalau itu terjadi, mungkin aku akan menyesalinya seumur hidup.
Tidak, pilihan yang manapun dari ini pasti akan akan kusesali.
Jantungnya semakin berdebar kencang.
Air mataku tidak berhenti mengalir.
Aku... tidak tahu harus memilih yang mana.
Aku makin kesulitan napas. Bahkan aku tidak yakin masih mendengar suara hujan.
Rudy masih dipukuli terus menerus oleh si makhluk burung itu. Hatiku merasa sakit melihatnya.
Di wajah yang hancur , tatapan mata Rudy tidak mati. Dia menatap tajam ke arahku.
Rudy lalu menarik nafasnya dalam-dalam
"SAMPAI KAPAN KAU TERUS BERSEMBUNYI, PENGECUT!"
"..."
Saat itu semua kebuyaran dalam hatiku menghilang
"LARI! KEJAR DIA!
"Hah? Berhenti teriak manusia sialan"
"AAAA!"
Rudy menahan pukulannya sekuat tenaga lalu menggigit tangannya. Setelah terlepas dari cengkramannya. Rudy memukul makhluk hijau itu.
"PERGI ICHO!"
"Cih ada manusia lain yang melihat kita"
Aku segera berlari ke arah kiri. Sekuat tenaga aku berlari, tidak peduli dengan luka yang ada di kakiku.
Hatiku sakit sekali.
Maap Rudy, aku meninggalkan kamu.
Maap Adel, aku meninggalkan kamu.
Maap.