Chapter 7 - Masa Muda, Bagian 2

Waktu di jam 10, kelas memasuki jam pelajaran kedua.

Sambil mendengarkan pelajaran, Icho memandang langit.

Hari ini sedikit mendung.

Langit berwarna kelabu dan cahaya matahari terlihat buram.

Icho khawatir apakah hari ini akan turun hujan. Ada plus minusnya

Minusnya kalau turun hujan dia tidak bisa pergi menuruni tebing untuk mencari makhluk itu. Tetapi plusnya adalah dia bisa membuktikan legenda nomor 1 di buku tipis yang dia baca tadi malam.

'Orang-orang menghilang ketika hujan lebat'

Lelaki tinggi yang dia temukan tadi juga bilang sesuatu seperti itu. Bahwa sebentar lagi akan turun hujan dan jangan keluar sama saat itu.

Icho menggerogoh lehernya dan mengeluarkan sesuatu dari dalam bajunya.

Bronny's Note

Hari ini dia membawanya karena berencana untuk pergi ke gunung. Sudah lama sekali sejak dia membawa buku itu sekolah.

Icho membalik-balikkan halaman buku itu.

Waktu kecil Icho pernah melakukan suatu penelitian kecil. Penelitian untuk mengetahui cuaca dengan melihat langit.

Icho menggambar awan dari hari yang berbeda-beda dan menuliskan cuaca apa yang terjadi di hari itu pada malam hari.

Icho melakukannya selama sebulan penuh dalam musim hujan. Alasan dia melakukannya karena dia ingin tahu di hari seperti apa dia bisa main keluar.

Awan hari ini bergerombol, berbentuk bulat, berlapis-lapis dan tersusun seakan membentuk suatu barisan.

Icho tidak tahu kalau nama awan itu adalah Altocumulus.

Menurut Bronny's Note, kalau awan seperti itu hari ini tidak akan hujan.

Nice.

Berarti Icho bisa menuruni tebing itu hari ini.

Tapi kalau begitu, masih ada satu masalah yang harus dia hadapi.

Setelah dua jam berlalu, kelas akhirnya berakhir.

Tidak sampai 5 menit, Rudy dan Adel memasuki kelas Icho.

"Oi Icho ayo kita makan"

"Yuk Icho"

Mereka berdua beda kelas dari Icho.

Walaupun begitu, itu tidak menghalangi pertemanan mereka. Selalu makan bersama, kalau ada hari libur bermain bersama, dan jika tidak ada kesbukan pulang bersama juga.

Hari ini juga mereka makan bersama.

Seperti biasa di jam segini kantinnya sudah ramai. Kebanyakan tempat duduk sudah terpenuhi. Beberapa toko sudah banyak siswa-siswi mengantri.

"Hari ini aku akan mengantri, kalian berdua bisa langsung pilihkan tempat duduk"

Mereka bertiga memiliki semacam kebiasaan untuk bergantian mengantri makanan. Tidak ada ketetapan khusus, hanya jika salah satu selama beberapa hari ini ngerasa belum melakukannya, silahkan mengajukan diri. Hari ini adalah giliran Rudy.

"Tolong pesankan aku sup ayam mentega dengan nasi setengah"

"Oi Adel kenapa cuman setengah saja, nanti cepet laper lho. Kenapa, jangan-jangan lagi diet ya"

"Berisik kamu ya, sarapan tadi pagi masih terasa saja, itu saja ya!"

Adel mengatakannya dengan memukul ringan tangan Rudy. Akrab ya mereka

"Kalau kamu Icho?"

"Hmm.. hari ini aku ingin mencoba nasi goreng telur dengan siomay"

"Geh, seperti biasa kau selalu mencampur berbagai makanan yang tidak nyambung rasanya"

"Lumayan enak kok rasanya, nasi goreng dicampur saus kacang"

"Oke, untuk minumannya seperti biasa saja"

Siipp.

Adel pergi ke pojok kantin disana ada satu meja yang masih kosong. Sedangkan Icho pergi ke warung kecil, disana dia mengambil 3 botol cola lalu mengikuti jalan Adel

Baru 2 menit saja mereka duduk, beberapa orang sudah mendekati meja mereka.

"Selamat siang kak Adel"

"Mbak Adel selamat siang"

"Mbak Adel hari ini cantik juga ya"

"Iya selamat siang juga, dan kamu jangan mulai merayu"

Icho yang duduk di depannya melihatnya dengan wajah kagum.

"Adel memang populer. Suduh kuduga dari calon ketua OSIS tahun depan"

"Hentikan itu. Aku hanya kebetulan mengenal mereka saja. Dan juga, aku masih belum tahu akan jadi ketua atau tidak"

"Kenapa, kamu ga yakin hakal menerima atau tidak?"

"Bukan, cuman saja..."

Adel melihat ke arah yang lain. Icho mengikutinya dan menemukan Adel melihat ke arah Rudy yang sedang membeli makanan

"Kalau aku menjadi ketua, waktu luangku akan semakin berkurang dan... aku takut kehilangan waktu bersama kalian"

"Hee, jadi Adel sudah yakin pasti akan terpilih sebagai ketua ya? Percaya diri sekali ya"

"Bu-bukan cuman, aku membahas salah satu kemungkinan saja"

Icho tentu paham maksudnya. Icho juga berpikiran yang sama, waktu bersama ini sangat berharga.

"Tenang saja, kalau waktu sekolah tidak bisa, masih ada hari minggu kan. Kita bisa berkumpul di rumahku seperti biasa. Karena itu coba saja"

"Akan kupikirkan"

Adel terlihat senang. Syukurlah

"Karena itu sebelum kamu mencalonkan diri sebagai ketua OSIS, lebih baik kamu menyatakan perasaan kamu sekarang juga"

"Pu-aaa?! A-a-a-apa kamu bilang barusan?"

Seketika senyum di wajah Adel hilang dan tergantikan dengan bibirnya yang gemetar, tangannya juga gemetar dan terlihat ada keringat dingin.

"Ba-ba-ba-bagaimana kamu ta-tau? Aku belum pernah bilang!"

"Kenapa kamu pikir aku gatau? Udah keliatan jelas tau"

"Aaaaaa.."

Icho terbiasa untuk mengetahui perasaan wanita yang tersembunyi berkat kakaknya yang bodoh itu. Rudy juga satu tipe yang sama dengan Aron, bebal dengan perasaan wanita, karena mereka terlalu sibuk dengan dirinya sendiri dan tidak melihat keadaan sekitar.

Tunggu sebentar Icho baru menyadari sesuatu.

Kakaknya Aron memiliki wanita yang menyukainya yaitu kak July. Kak Jult sudah menyukai sejak mereka masih kecil. Bodohnya Aron tidak menyadari perasaan dari kak July. Setidaknya Icho merasa seperti itu.

Lalu sekarang temannya Rudi memiliki wanita yang menyukainya yaitu Adel. Icho baru mengenal berteman dengan Rudy dan Adel sejak tahun lalu, tapi Rudy dan Adel sudah berteman sejak SMP. Dan bodohnya juga Rudy tidak menyadari perasaan dari Adel. Kalau ini Icho yakin.

Jangan-jangan cuman gua doang yang jomblo dan tidak populer dengan wanita sekarang, pikir Icho.

Dia terkepung dengan dua lelaki populer. Apakah tidak ada wanita yang mau mendekatinya ya, pikir Icho dengan kesedihan.

Tetapi berbeda dengan Aron, Icho benar-benar peduli dengan kedua temannya ini dan dia tidak masalah kalau mereka beneran berpacaran.

Kalau begitu akan aku bantu mereka berdua ini.

"Aku bisa membantu kalau kamu mau"

"Hee..?"

"Aku bisa jadi mak comblang untuk kalian berdua"

"Heee??"

"Lagi ngomongin apa nih?"

Tiba-tiba Rudy sudah ada di samping mereka dengan membawa dua nampan besar. Orang normal akan kesulitan untuk membawa nampan di kedua tangannya yang penuh dengan makanan. Tetapi itu adalah hal yang mudah bagi Rudy.

"Aaa jadi sepertinya ini si Adel ada sedikit masalah"

"Icho!"

"Aw!"

Adel menendang tulang kering Icho di balik meja.

"Apa itu masalah kamu Adel? Kalau kamu mau, aku juga ingin membantu"

"Heee..?"

Rudy mengatakannya seraya menaruh dua nampan di atas meja. Satu nampan berisi makanan yang dipesan oleh Icho dan satu nampan berisi makanan yang dipesan untuk Rudy sendiri. Isinya ada nasi goreng, baso, ayam goreng dan sup kentang.

"Seperti biasa jumlah makanan yang luar biasa ya"

"Atlet membutuhkan banyak makan!"

Rudy langsung makan tanpa menunggu kedua temannya.

Icho dan Adel yang sempat termenung akhirnya juga ikutan makan.

Setelah 10 menit fokus makan, Rudy akhirnya berbicara.

"Terus permasalahan Adel yang tadi bagaimana?"

"Ahh, itu lupakan saja"

Setelah menyelesaikan makannya ternyata masih ada waktu untuk kelas berikutnya, mereka bertiga pun berbicara ringan.

Tentang rumor teman kelasnya yang ada mulai pacaran, musim hujan yang mulai masuk dan pertandingan bola yang disiarkan kemarin di radio.

"Oi Icho kemarin lu denger pertandingan bola kemarin?"

"Ah maap, kemarin hari ini aku ada kesibukan, jadi lupa"

"Hah bukannya kita sudah berjanji bertaruh kemarin, yang kalah harus mentraktir makan besok siang"

"Hehehe makanya aku bilang lupa"

Icho secara tidak sadar menggaruk pipinya.

"Hmm kalau begitu kesibukan apa yang kamu lakukan?"

"Eh? Aku keasyikan baca buku"

Pada kenyataan itu tidak bohong juga. Separuh benar karena memang Icho membaca buku di perpustakaan bawah tanah.

Tapi dari wajahnya sepertinya Rudy tidak mempercayainya. Bahkan Adel juga menunjukkan wajah yang curiga.

Ada apa dengan mereka.

"Kamu beneran melakukan suatu hal yang aneh lagi kan?"

"Aku juga berpikiran yang sama"

"Eh nggak kok, bukannya aku udah bilang tadi. Kenapa kalian berpikiran seperti itu?"

Icho mengeluarkan keringat dingin.

"Pertama di pagi hari tadi kamu menabrak truk dan terluka. Biasanya kamu tidak membuat kesalahan seperti itu. Berarti kamu tidak berangkat sambil melamun sesuatu"

"Kedua, aku bisa melihat dari balik lehermu itu. Ada tali tergantung. Kamu membawa Bronny's Note lagi kan?"

"Dan ketiga yang paling mencolok, adalah sepatu kamu. Kenapa kamu menggunakan sepatu gunung ke sekolah?"

Geh penjelasan dari Adel benar semua. Adel memang pintar. Kenapa dia masuk sekolah seperti ini ya, Icho mengingat dia tidak pernah menanyakannya.

Icho tidak bisa membantah, karena benar semua.

"Mau gimana lagi. Aku akan cerita, tapi sebagai gantinya aku ada permintaan"

"Cerita"

"Baiklah"

Icho menyerah dengan tekanan yang diberikan mereka berdua.

Icho mulai bercerita.

Bahwa di hutan ada sesuatu yang menarik perhatiannya. Icho tidak bilang tentang keberadaan Black, si kuda-burung itu. Sebisa mungkin dia mungkin alasan yang paling masuk akal. Bahwa ada makhluk berbahaya yang sekarang ada di dalam hutan. Tidak tahu itu manusia atau bukan. Untuk mengetahui sosok makhluk itu dan melindungi teman-teman Icho yang tinggal disana, Icho berencana untuk pergi kesana.

"Hutan katamu!?"

Rudy meneriakkannya sambil memukul meja.

Suaranya cukup keras hingga terdengar keseluruh kantin. Orang-orang di sekitarnya melihat mereka dengan keheranan.

"Jangan dibicarakan disini"

Adel menarik lengan Icho dan Rudy, mengeluarkan mereka dari kantin.

Lalu terdengar bunyi bel memenuhi sekolah.

"Adel kelasnya udah mulai..."

"Nanti aja, telat gapapa!"

Adel yang biasanya sangat mematuhi peraturan sekolah, sekarang telat masuk kelas untuk mendengar cerita Icho. Icho yang mengetahuinya merasa tidak enak hati.

Setelah membawanya ke koridor ujung sekolah, Rudy melanjutkan pembicaraannya.

"Hutan adalah tempat yang berbahaya, kamu tahu itu kan, Masih banyak binatang liar yang tinggal disana. Bagaimana kalau mereka menyerang kau?"

"Iya Icho aku juga tidak setuju. Orang tua aku sering bilang untuk sebisa mungkin tidak masuk hutan itu. Bahkan orang dewasa saja harus datang beramai-ramai untuk masuk kesana"

"Tapi, aku sering masuk kesana waktu kecil"

"Aku tahu itu! Dan itu cuman beruntung saja kamu masih selamat waktu itu. Hutan itu sekarang katanya semakin berbahaya!"

"Aku kamu

Icho juga sudah mendengarnya.

Sepertinya ada suatu musibah terjadi di hutan itu sekitar 7 atau 8 tahun lalu. Beberapa orang meninggal karena musibah. Icho entah kenapa tidak bisa ingat musibah apa itu. Mungkin karena dia masih sangat kecil.

Icho menanyakan musibah itu ke banyak orang. Ke nenek pemilik toko jajanan. Ke pak polisi. Ke guru di sekolahnya. Ke kak July. Tetapi tidak pernah ke Aron.

Entah kenapa mereka ketakutan ketika mendengarnya dan tidak mau menceritakannya.

Icho tidak menyerah. Dia diam-diam pergi ke hutan sendiri. Dia melihat sendiri keadaan hutan.

Tetapi tidak ada yang perubahan apapun.

Burung-burung masih berkicauan dengan indah, Bronny masih lucu seperti biasa.

Hutan juga masih penuh pohon rindang.

Icho tidak paham.

Berhari-hari setelah itu Icho terus mengecek hutan. Dan akhirnya ketahuan Aron dan di hajar abis-abisan.

Oh iya, Icho mengingat bahwa dia tidak pernah bertanya kepada kedua temannya ini.

"Apa sih sebenarnya musibah itu?"

"Kau tidak tahu musibah itu??"

"Yahh, waktu itu kita masih kecil kan, wajar kalau tidak ingat"

Rudy dan Adel saling menengok satu sama lain. Sepertinya mereka berdua merasa bahwa apa yang dibilang oleh Icho adalah hal yang aneh.

"Musibah menyeramkan itu terjadi di hutan sebelah utara Ekasia. Ada makhluk buas yang tidak dikenal memakan orang yang sedang berkunjung ke kota ini. Setidaknya adan 7 korban yang ditemukan. Tubuhnya hancur berantakan sehingga tidak bisa dikenali siapa si korban. Setelah itu banyak polisi yang datang dari kota besar datang untuk memeriksa. Tapi polisi tidak menemukan makhluk apapun yang berbahaya. Sejak saat itu warga kota kita selalu curiga kalau makhluk itu sampai sekarang masih bersembunyi di hutan tersebut"

Adel menjeleaskannya dengan wajah yang serius.

"Itu kejadian lumayan besar lho. Sampai satu bulan polisi masih berputar-putar di daerah sini. Banyak wartawan yang datang kesini untuk liputan juga"

Apa yang aku lakukan saat ada kejadian sebesar itu di kota sepi ini?

Sial, kenapa aku tidak bisa ingat.

"Tapi aku beneran sering masuk ke hutan sampai tahun lalu. Dan aku tidak pernah menemukan makhluk yang berbahaya"

Setidaknya sampai tadi malam, pikir Icho.

Tentu saja akan Icho terus rahasiakan, Bakal repot kalau mereka sampai tahu.

"Tetap saja kita tidak akan menyetujuinya kamu pergi kesana Icho. Wajar saja kak Aron sampai tegas seperti itu"

"Benar tempat itu berbahaya. Bagaimana kalau makhluk itu beneran masih tinggal disana?"

"Ta-tapi ada sesuatu yang ingin aku cari tahu..."

Gawat kalau seperti ini aku tidak akan bisa pergi ke hutan. Icho mulai panik memikirkannya.

"Aku ada penasaran sesuatu di sana. Hanya sebentar saja langsung pulang kok"

"Aku tidak tahu apa yang membuatmu penasaran disana, tapi lupakan saja-"

"TIDAK BISA!"

Icho tanpa sadar telah berteriak.

"A"

Setelah menyadari kalau dia telah berteriak, Icho panik dan segera menundukkan badannya.

"Maaf aku berteriak. Aku sangat paham kalian khawatir denganku. Aku berterimakasih karena itu. Tapi aku hanya ingin memastikan sesuatu disana. Kalau ada aku merasakan bahaya, aku akan segera melarikan diri"

Adel dan Rudy yang melihatnya hanya terkejut. Tidak bisa berkata apa-apa. Sepertinya ini pertama kalinya mereka berdua melihat icho marah akan sesuatu.

Lalu...

"Baiklah.. lakukan sesukamu"

Nada yang terdengar seperti pasrah. Icho merasa kalau dia pernah mendengar nada suara seperti ini sebelumnya.

Tetapi sudah tidak bisa mundur lagi.

"Terima kasih banyak"

Icho segera berjalan. Suasananya akan semakin canggung jika terus berdiam disitu. Terlebih kelasnya sudah dimulai.

Tetapi sebelum pergi Icho mengingat satu hal yang dia lupa.

"Oh iya untuk permintaan aku tadi, tolong bilang ke klub sepak bola aku izin karena kesibukan juga. Dan juga... tolong jangan beritahu kakakku"

"... Baiklah"

Icho pergi meninggalkan mereka berdua.

Aku paham mereka berdua khawatir dengan aku.

Aku juga paham apa yang Aron lalkukan selama ini karena dia peduli denganku.

Aku bersyukur memiliki orang yang benar-benar perhatian denganku.

Aku berterimakasih mereka mau peduli dengan orang aneh sepertiku.

Meskipun begitu

Apakah pernah kamu mengalami seperti ini?

Ketika ada suatu misteri di depan matamu.

Ada suatu hal yang benar-benar menarik perhatianmu.

Membuat kamu kesulitan tidur, karena terus memikirkannya.

Ada sesuatu yang membuat kamu penasaran.

Ingin segera memecahkan masalah tersebut agar hati merasa lega.

Aku pertama kali merasakan perasaan ini ketika masuk ke hutan Ekasia.

Disana aku merasakan sebuah tempat baru dengan kemungkinan yang terbatas.

Makhluk apa saja yang hidup disini. Tanaman apa saja yang tumbuh disini.

Apa ada makhluk yang bisa menjadi teman.ku. sampai sejauh mana hutan ini membentang.

Karena itu aku mulai berpetualang.

Memang pada kenyataannya tidak sesuai ekspetasi.

Beberapa kemungkinan yang aku bayangkan tidaklah ada.

Meskipun begitu tidak apa.

Aku merasa lega, karena bisa menemukan jawabannya.

Kali ini pun juga, ada sesuatu misteri terbentang di hadapanku.

Aku pun mulai berpetualang lagi.

Karena itu, aku minta maaf kepada semua orang yang mengkhawatirkanku.

Pada akhirnya aku tidak bisa membohongi diri sendiri.