Chapter 9 - Peri Hijau, Bagian 2

Tujuanku adalah rumah keluarga Miralle, tempat dimana kak July tinggal.

Hanya berjarak dua rumah dari rumahku, tempat ini sangat dekat.

Rumah sederhana 1 lantai.

Yang tinggal di dalamnya setahuku adalah kak July dan ibunya saja. Aku tidak tahu bagaimana dengan ayah kak July, dari ingatanku dari awal memang tidak pernah ada. Dan aku tidak pernah ingin bertanya ke kak July atau Aron, karena sepertinya itu adalah topik yang sensitif.

Dari cerita Aron, sepertinya ibuku dan ibunya kak July cukup akrab. Mereka berteman akrab sudah dari lama.

Waktu kecil setiap ketemu, aku selalu dipeluk dan rambutku selalu diacak-acak. Entah kenapa ibunya kak July menyukaiku.

Oh, iya namanya siapa ya. Karena aku selalu memanggilnya dengan sebutan 'Tante July' aku sampai lupa nama aslinya.

Yah sudahlah, tidak apa-apa. Tante July juga tidak mempermasalahkannya.

Tok tok

"Iyaaa"

Keluar seorang wanita parubaya yang lebih tinggi dariku. Kulitnya putih, mata kuning dan rambutnya berwarna kuning agak pucat. Pipinya terlihat kurus kering. Jangan-jangan karena selalu memberikan pada keluargaku, tante July jadi kurang makan?

"Selamat sore tane July"

"Oh Icho sudah lama kamu ga kesini"

Gyuuu

Tibat-tiba langsung memelukku. Kalau waktu kecil aku merasa kesal karena diperlakukan seperti ini. Tapi sekarang, karena aku sudah mengerti beberapa hal, gawat juga nih.

"To-tolong hentikan Tante July. Aku bukan anak kecil lagi"

"Hee, menurut tante, Icho itu masih anak kecil kok"

"Hentikan, he-hentikan"

Akhirnya setelah puas memelukku, tante July akhirnya melepasku.

Hufft kalau misalnya lebih lama lagi, bisa beneran super gawat nih.

"Jadi ada apa Icho datang sore-sore gini? Apa makanannya kurang enak?"

"Tidak Tante July, makanannya sangat enak, aku dan kak Aron benar-benar berterimakasih telah diberikan makanan seenak itu setiap hari"

Aku mennndukkan badanku sebagai tanda terima kasih. Karena tanpa tante July mungkin saja aku dan Aron sudah tidak hidup sekarang ini.

"Hufufu, sama-sama juga"

"Lalu, hari ini aku ada sedikit minta tolong"

"Apa itu?"

"Boleh aku meminta beberapa obat untuk mengobati luka gores? Kalau bisa dengan jumlah yang banyak"

"Kenapa kamu membutuhkannya?"

Nada suaranya berubah. Terdengar lebih berat dan serius. Padahal mulutnya dan matanya masih terlihat tersenyum. Bagaimana dia bisa melakukannya?

"Ada seseorang yang terluka cukup serius dan aku ingin menolongnya"

"Kalau begitu tante ikut saja untuk pergi menolongnya. Tante cukup ahli dalam melakukan pengobatan."

"Ti-tidak, tidak perlu repot-repot tante. Aku saja sudah cukup"

"Memangnya kenapa?"

"Eh?"

Sial. Aku belum memikirkan alasannya.

"Huumm, jadi temenku ini ada luka di tubuhnya gitu dan dia malu buat nunjukkin ke banyak orang dan cuman mau nunjukkinnya ke aku saja"

Aaa alasan macam apa yang aku buat. Terdengar seperti aku orang mesum saja.

Tanpa sadar aku menggaruk pipiku.

"Hee jadi temen kamu itu pacar kamu ya?"

"Eh? I-i-iya bisa dibilang begitu hahaha"

Aku memaksa buat tertawa

"Boleh deh tante bantu. Akan tante kasih obat yang kamu butuhkan. Tante senang soalnya Icho sudah punya pacar"

"He Benaran, Okey!"

Tanpa aku sangka ternyata alasan yang terdengar terpaksa itu ternyata berhasil.

Setelah menunggu beberapa menit, tante July keluar dengan membawa kotak putih cukup besar.

"Isinya ada perban, salep antiseptik dan antimikroba, alkohol, kasa steril, dan obat pereda rasa sakit. Gunakan secara hati-hati. Cucilah lukanya dulu sebelum menggunakan salpenya. Tante juga menyiapkan botol air minum"

"Terima kasih banyak!"

Aku segera memasukkannyta ke dalam tasku. Setelah itu.

Tante July mengelus kepalaku. Tetapan matanya kali ini terasa hangat dan mulutnya benar-benar tersenyum dengan indah.

"Berjuanglah Icho. Jalan yang kamu lalui itu sulit dan menyakitkan tetapi yakinlah dan percayalah dengan pilihan yang kamu pilih"

"Eh?"

Setelah itu tante July mendorong tubuhku.

"Nah sekarang pergilah!"

"...Baik!"