Ekasia, sebuah gunung dengan ketinggian mencapai 1.800 meter. Kota yang berada di sebelah selatan gunung ini juga memiliki nama yang sama, Kota Ekasia. Di sebelah barat ada sebuah danau dengan air yang jernih seperti kaca, dan beberapa warga membuat tambak ikan untuk dijual. Di sisi timur hingga utara dipenuhi oleh hutan rimbun yang sering Icho jelajahi sejak kecil yang dipenuhi oleh berbagai macam satwa dan fauna.
Hutan tersebut bagi warga sekitar menggangap itu sebagai daerah berbahaya dan normalnya tidak boleh didekatin. Banyak binatang berbahaya yang bisa saja melukai manusia. Biasanya mereka yang mau memasuki hutan adalah orang dewasa yang membentuk tim sekitar 4-5 orang dan membawa perleingkapan.
Kebetulan rumah keluarga Regald berada di sebelah tenggara gunung Ekasia, jauh dari kota tetapi dekat dari gunung. Sangatlah dekat hingga berjalan sekitar 500 meter ke belakang rumahnya saja, sudah dipenuhi pohon-pohon tinggi dan jalan ubinnya berganti menjadi jalan tanah.
Tidak ada lampu penerang ataupun penunjuk jalan di sepanjang hutan. Gelap gulita dan mudah untuk tersesat. Terlebih lagi dengan hewan-hewan yang tinggal di dalamnya. Orang normal yang masih punya akal sehat pastinya tidak akan pernah berpikir dalam hutan berbahaya seperti ini pada malam hari.
Sayangnya Icho Regald tidak punya akal sehat seperti itu.
Dengan perasaan yang menggebu-gebu di hatinya, Icho melangkah masuk ke dalam hutan gelap. Bukan karena takut tentu saja, tetapi karena penasaran apa sebenarnya bayangan hitam yang dia lihat tadi sore.
Hanya mengandalkan senter kecil, Icho tanpa ragu terus melangkah melewati semak belukar dan pohon-pohon tinggi. Meskipun sudah 1 tahun lamanya tidak pergi bertualang, tetapi sepertinya badannya sudah mengingatnya sehingga tanpa kesusahan Icho bisa berjalan mulus di dalam hutan.
Karena tidak tahu dimana posisi pasti jatuhnya, Icho hanya terus berjalan ke arah utara.
"Hmmm..?"
Setelah 30 menit berjalan, Icho merasakan suatu kejanggalan.
Hutan malam ini entah kenapa terasa lebih sepi dari yang Icho ingat. Tidak ada burung hantu yang bertebangan mencari mangsanya ataupun suara kelelawar yang memekikan telinga. Angin malam dan cahaya bulan yang bersinar melewati daun-daun terasa mencekam malam ini.
Icho merasakan suatu hawa mendekatinya. Tidak tahu dari mana asalnya hawa tersebut, tapi Icho yakin kalau dia tidak mengenali pemilik hawa tersebut.
Icho menghentikan langkahnya dan menyinari sekitarnya dengan senternya.
Mendekat, terdengar suara gemerisik rumput yang semakin mendekat.
Lalu tiba-tiba...
"WAAHH!!"
Suatu bayangan hitam melompat dari arah depan, dengan panik Icho menundukkan badannya. Bayangan itu menerjang melewati badannya dan mendarat dengan gaduh di belakang Icho.
Icho berguling ke depan, senternya terlepas dari tangannya yang gemeteran. Lalu perlahan Icho membalikkan badannya ke belakang.
... Makhluk apa itu?
Karena gelap Icho tidak jelas melihat sosok makhluk tersebut. Tetapi dengan yakin Icho melihat makhluk itu berdiri dengan 4 kaki, tubuhnya melebihi dari 2 meter dan yang paling menonjol adalah terdapat dua sayap menempel di punggungnya.
Tidak mungkin kuda atau macan memiliki sayap.
Lalu makhluk itu kembali melompat ke arah Icho, dengan kepalanya yang bersiap menyeruduk. Dengan segera Icho melindungi tubuhnya dengan kedua tangan.
"GH!"
Tapi itu tidak cukup untuk menahan kekuatan dari makhluk tersebut. Icho terpental beberapa meter ke belakang. Untungnya tanah di hutan ini lembut, karena itu Icho tidak mengalami cedera yang parah.
Ketika Icho terbangun dengan pakaian penuh tanah, makhluk itu sudah tidak ada di depannya.
"Sial, kemana dia!"
Terdengar suara derap besar menjauh darinya, Icho tahu kalau makhluk itu melarikan diri. Segera Icho mengambil senternya kembali dan mengejar suara derap itu.
Makhluk itu berlari dengan sangat cepat, kecepatan Icho tidak sanggup mengerjarnya.
Dalam pelariannya, Icho sempat melihat sosok belakang dari makhluk itu dengan jelas karena senternya.
Tubuh makhluk itu berwarna hitam pekat tetapi kakinya memiliki warna kuning keemasan. Makhluk itu juga mempunyai sebuah ekor berwarna hitam juga yang panjangnya mencapai ujung kakinya. Dan kalau diperhatikan baik-baik kakinya itu memiliki jari-jari yang besar dan kuku yang panjang. Seperti kaki burung.
Tiba-tiba Icho menyadari dimana mereka sedang berlari. Di ujung jalan ini ada sebuah tebing yang memisahkan hutan timur dan hutan utara. Tebing tingi yang ketinggiannya mencapai 5 meter. Tetapi makhluk itu tidak terlihat menurunkan kecepatannya sama sekali.
Lalu dengan sekejap..
Wusshh!
Makhluk itu melompat dari tebing itu. Sayapnya terbuka dengan lebar dan mengepak beberapa kali. Selama beberapa detik makhluk itu berhasil menahan keseimbangannya di udara. Tapi tiba-tiba terlihat dari sayap kanannya menetes sebuah air. Sayap kanannya tertutup kembali dan perlahan-lahan ketinggian makhluk itu semakin menurun.
Dan akhirnya Icho mendengar beberapa pohon patah dan dentuman keras di bawah.
Icho berusaha untuk menenangkan dirinya.
Jantungnya berdetak dengan cepat dan tangannya masih gemeteran.
Selagi duduk beristirahat Icho menyimpulkan apa yang barusan terjadi.
Makhluk itu tidak salah lagi adalah bayangan hitam yang dia lihat tadi sore.
Icho tidak tahu makhluk apa itu tapi Icho yakin makhluk itu tidak berasal dari hutan ini. Tubuhnya seperti kuda, tetapi makhluk itu bersayap dan kakinya berbentuk seperti burung,
Sepertinya ada suatu luka dengan sayapnya sehingga dia terjatuh dari langit. Buktinya adalah tadi, makhluk itu tidak segera terbang ketika melihat Icho, tetapi berlari dan ketika lompat dari tebing Icho merasa melihat tetasan darah.
Dengan kata lain, untuk sekarang makhluk itu tidak bisa melarikan diri dari hutan utara.
Untuk bisa menuruni tebing ini, Icho membutuhkan beberapa alat yang ada di rumah
Karena malam ini tidak bisa melanjutkan petualangannya lagi, Icho memutuskan untuk pulang saat ini.
Selama perjalanan pulang Icho tidak menyadari kalau dia terus tersenyum.
Dengan tubuh penuh tanah dan debu, Icho pulang dengan wajah kelelahan.
Melalui jalan yang sama, Icho memasuki kamarnya dengan lompat dan sedikit memanjat.
Karena tidak mungkin dia masuk ke rumah ke rumah lewat pintu malam begini, Aron pasti bakal memarahinya abis-abisan.
Fisik Icho cukup baik berkat petualangan yang selama ini dia lalukan sejak kecil dan juga sejak awal tahun pertama SMA Icho mengikuti klub sepak bola. Karena itu melompat dan memanjat bukanlah hal yang sulit untuk dilakukan oleh Icho.
Pelan-pelan Icho membuka jendela kamarnya.
Sepertinya tidak ada tanda-tanda orang masuk ke kamarnya.
Syukurlah.
Meskipun badannya sudah cukup lelah, Icho tidak langsung tidur.
Masih ada yang harus dilakukan. Kepalanya masih dipenuhi banayak pertanyaan. Tentang makhluk yang dia lihat barusan. Makhluk apa sebentarnya itu, darimana dia berasal dan kenapa bisa ada disini.
Dan ada satu tempat yang mungkin saja bisa menjawab semua pertanyaan itu.
Dan kebetulan, tempat itu berada di rumah keluarga Regald.