"Eh Kak Dara," sapa Mark sopan.
"Kamu kesini sama siapa?" tanya Dara memperhatikan sekelilingnya.
"Sama tunangan aku, Kak," jawab Mark menyinggungkan senyumnya.
"Tunangan kamu mana? Aku ingin kenalan," tanya Dara penasaran. Wanita cantik itu melihat sekelilingnya, bermaksud mencari sosok tunangan Mark.
"Kak Mark!" panggil Keysa tanpa troli belanjanya. Keysa mendekati Mark dan menatap Dara dari atas sampai bawah.
'Siapa?' batin Keysa.
"Hai, aku Dara," sapa Dara mengulurkan tangannya.
'Oh ini. Yang Mark mikir Kak Kay cemburu ya.' Batin Keysa.
"Hai, aku Kaysha, tunangannya Kak Mark," ucap Keysa menyambut uluran tangan Dara.
Dara tersenyum, "Kamu cantik. Pantas aja, Mark suka cerita sama aku kalau tunagannya sempurna," puji Dara.
Keysa menoleh pada Mark. Wajah Mark seketika memerah karena tatapan Keysa. "Kak Dara gak seru, malah buka kartu," kata Mark sebal.
"Loh, kamu juga buka kartu ke suami aku," balas Dara tak mau kalah.
"Kakak udah punya suami?" tanya Keysa sedikit terkejut.
"Hehehe iya nih. Aku kesini sama suami. Tapi, dia nunggu di mobil," info Dara.
"Oh gitu," tanggap Mark.
Dara mengambil ponselnya yang bergetar, "Aku udah dipanggil. Duluan ya. Kalian langgeng ya sampai menikah." Wanita anggun itu berlalu dari hadapan Mark dan Keysa.
"Lihat kan? Kak Dara itu udah punya suami," tutur Mark.
"Iya iya. Ayo antar aku ke kasir," ucap Keysa. Lagipula, ini pertama kalinya ia bertemu dengan Dara. Mana mungkin ia cemburu. Dirinya bahkan tidak punya perasaan apapun pada Mark.
***
Keysa menatap pekerja sudah sibuk dengan barang – barang untuk dirapikan di rumah barunya bersama Mark. Ia menatap Haidar yang berdiri di sampingnya.
"Makasih udah nemenin gue," ucap Keysa.
"Sama – sama, Non," jawab Haidar tersenyum.
Keysa mengkode Haidar agar masuk ke rumah baru. Keysa duduk di salah satu kursi rotan yang terletak di halaman belakang, diikuti Haidar.
"Kuliah Nona bagaimana? Berjalan lancar?" tanya Haidar memulai topik obrolan.
"Gue entar mau usulin judul proposal gue ke dosen Kak Kay," jawab Keysa.
"Jadi, Nona belum bertemu dosennya ya," tanggap Haidar.
"Gue berharap langsung di acc sama dosennya. Pusing banget mikirin judul," ucap Keysa sembari menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi.
Haidar menganguk sebagai balasan. "Tentang hp Nona Kay, apakah Nona sudah menemukan kata sandinya?" tanya Haidar penasaran.
Keysa terdiam beberapa saat kemudian ia menggeleng, "Gue kepikiran hari jadian Kak Kay sama Kak Mark. Tapi, gue bahkan gak tahu mereka jadian tanggal berapa."
"Susah juga ya, Non," ucap Haidar tampak berpikir.
Keysa menatap Haidar, ia ingin menceritakan mengenai Ibu Mark. Tetapi, ia ingin menyelidiki semuanya sendiri.
"Ada yang Nona pikirkan?" tanya Haidar peka.
"Gue akan cerita kalau waktunya udah tepat," sahut Keysa.
Haidar tersenyum kecil, "Baiklah."
"Permisi," suara seseorang mengintrupsi keduanya.
"Ya, Pak? Sudah selesai?" tanya Keysa sembari mendekati pria itu.
"Sudah, Non," sahut pria itu.
"Untuk pembayarannya sa-"
"Tuan Mark sudah membayar semuanya, Non," sela pria itu.
"Terima kasih ya, Pak," ucap Keysa sopan.
"Sama – sama, Non. Saya permisi ya," pamit pria itu, kemudian berlalu dari hadapan Keysa dan Haidar.
"Tuan Mark benar – benar membayar banyak hal," ujar Haidar kagum pada Mark.
Keysa duduk di kursi dan menyandarkan tubuhnya, "Disitulah gue selalu merasa bersalah sama dia."
"Itu wajar, Non. Tapi, Nona tidak bisa melakukan apa - apa karena harus menurut," tanggap Haidar melirik Keysa.
"Lo benar," ucap Keysa setuju.
"Saya dihubungi Tuan Besar untuk menemuinya," info Haidar setelah membuka ponselnya yang bergetar.
***
Keysa menyimpan laptopnya di atas meja. Ia mulai menyalakan laptopnya. Ia menutup ruang perpustakaan perlahan.
"Saatnya kita mengerjakan skripsi," ucap Keysa meregangkan jari – jari tangannya.
Keysa mulai tenggelam dalam skripsinya. Jarinya dengan lincah menari di atas keyboard laptopnya. Sesekali gadis itu bergumam senang karena menemukan sumber yang jelas.
Suara ketukan bahkan tidak diindahkan Keysa. Keysa tidak sadar kalau tunangannya berdiri di belakangnya.
Keysa terlonjak kaget saat seseorang menutup matanya dari belakang. "Kak?" tanya Keysa ragu.
"Betul, ini aku," tanggap Mark sembari menusuk sedotan ke minuman boba yang ia beli saat perjalanan pulang.
"Kamu fokus banget kerjain skripsinya," komentar Mark sembari memberikan minuman boba ke Keysa.
Keysa meminum bobanya, ia menatap Mark dengan senyum manisnya, "Soalnya target aku itu lulus 3,5 tahun," untuk jawaban yang ini, Keysa menjawab dengan jujur. Ia memang ingin lulus lebih cepat.
Keysa sudah habis meminum bobanya hampir setengahnya. Ia mulai kembali sibuk mengetik skripsinya.
Mark menopang dagunya dengan tangan kanannya, ia menatap sang tunangan. Rasa cintanya makin besar ketika banyak menghabiskan waktunya dengan gadis di sampingnya.
"Kak, gak ada kerjaan yang dibawa ke rumah?" tanya Keysa. Ia jadi canggung sendiri akibat tatapan intens yang dilayangkan Mark.
Mark tampak berpikir, kemudian ia mengulas senyum, "Tidak ada, Sayang. Mungkin, mereka tahu aku habis bertunangan. Jadi, mereka gak memberikan banyak dokumen ke aku," tutur Mark.
Keysa mengangguk sebagai tanggapan. Tanpa melihat Mark, Keysa kembali berkata, "Kalau gitu, mereka akan memberikan tumpukan berkas satu minggu kemudian," tebak Keysa.
Mark cemberut mendengar ucapan Keysa. Terbayang di benaknya, Karin memberikan tumpukan berkas padanya.
"Kamu mah do'anya jelek," rajuk Mark sedih.
Keysa menahan tawanya melihat wajah Mark, bagaikan seorang anak kucing yang dimarahi. Keysa mengehentikan kegiatan mengetiknya. Ia menggeser laptopnya dan tangannya melambai di depan wajah Mark.
"Jangan cemberut gitu, Kak," kata Keysa berusaha menghibur.
Mark terdiam beberapa detik, "Kay, kita kencan yuk," ajak Mark semangat. Wajahnya menjadi cerah begitu mengajak Keysa.
"Kencan? Kemana?" tanya Keysa memiringkan kepalanya dengan wajah bingung.
Mark nyaris saja berteriak melihat wajah bingung Keysa. Menurutnya, wajah sang tunangan benar – benar imut.
"Bebas," tanggap Mark.
Keysa tersenyum, ia menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi. "Kita ke wahana permainan gitu. Kakak mau ga?" tanya Keysa.
Mark menanggapi dengan senyum simpulnya, "Boleh."
"Hari minggu nanti, boleh gak Kak?" tanya Keysa semangat.
Mark berpura – pura memeriksa kalender yang terletak di atas meja. "Hm…mari kita lihat…" gumam Mark sembari menatap kalender dan Keysa bergantian.
"Aduh, aku kayanya sibuk deh…tanggal segini," ucap Mark iseng menunjuk tanggal merah di kalender.
Pundak Keysa merosot mendengar ucapan lelaki itu, "Yah…beneran Kak?" tanya Keysa lesu. Senyumnya memudar mendengar ucapan Mark.
Mark terkekeh kecil. Tangannya menjawil hidung mancung Keysa. "Oke. Hari minggu," ucap Mark setuju.
Keysa tanpa sadar tersenyum lebar hingga menampilkan giginya yang rapi. "Asikk! Gak sabar hari minggu!" serunya semangat.
Mark mengusak rambut Keysa, "Ya ampun, lucu banget calon istri," godanya iseng.
Keysa menoleh pada Mark. Ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal, yang bisa ia lakukan hanyalah tersenyum canggung bagai orang bodoh.
"Senin besok aku mau nemuin dosen pembimbing satu aku," info Keysa memilih mengalihkan pembicaraan.
"Dosen kamu slow respon gak?" tanya Mark penasaran. Pasalnya, ia mengingat dosen pembimbingnya sangat lama dalam hal membalas pesan.
"Untungnya enggak," tanggap Keysa.
"Semoga ke depannya lancar ya, Sayangku," harap Mark menyinggungkan senyumnya.
***
Hari ini, mood Keysa tampak baik. Ia akan bermain di Dufan, salah satu wahana yang terkenal di Indonesia. Keysa turun ke lantai bawah sembari bersenandung.
Ia menatap nasi yang masih bersisa. "Nasi goreng," monolog Keysa setelah mendapatkan menu sarapan pagi.
Dengan telaten Keysa mulai mengupas bawang merah dan bawah putih. Kemudian, ia memotongnya kecil – kecil bersamaan dengan cabe rawit domba. Keysa mulai fokus dengan nasi gorengnya, sesekali ia mengambil sesuap nasi untuk mencicipi rasanya.
"Key…" panggil Mark dengan suara seraknya.
Keysa menoleh ke arah Mark yang sekarang duduk di kursi meja makan. Keysa tersenyum pada Mark, "Selamat pagi, Kak," sapa Keysa.
"Selamat pagi, Key," balas Mark sembari meneguk segelas air putih.
Keysa kembali fokus dengan nasi gorengnya. Ia membawa dua piring ke meja makan, meletakkannya di depan Mark dan dirinya.
"Selamat makan, Kak," ujar Keysa ceria.
"Selamat makan, Key," kata Mark.
Keduanya mulai makan dengan tenang. Sesekali, Mark berkomentar tentang makanan Keysa, begitu pula dengan Keysa yang menanggapi komentar tunangannya.
"Berangkat jam berapa?" tanya Mark menatap jam dinding.
"Jam sepuluh?" tanya Keysa balik, berusaha meminta pendapat Mark. Mark menganggukan kepalanya.
Keysa kini berada di kamarnya. Ia menatap pantulan dirinya di cermin. Ia berencana memakai kaus lengan panjang berwarna hitam putih dengan celana jeans. Keysa memakai model rambut keriting gantung.
"Kay," ucap Mark mengetuk pintu kamar sang tunangan.
Keysa membuka pintu kamarnya, ia menatap Mark yang tampak gusar. Perasaannya seketika tak enak, ia menatap Mark bingung.
"Kenapa Kak?" tanya Keysa.
"Kay, I'm really sorry," sahut Mark tiba – tiba. Mark menunjukkan wajah bersalah.
"Aku ada rapat," kata Mark jujur. Ia mengambil ponselnya dan memberikannya pada Keysa. Gadis itu mengambil ponsel Mark untuk memeriksa isi pesan itu.
"Gak bisa ditunda, Kak?" tanya Keysa lemah.
Mark tersenyum pahit, "Aku gak bisa nunda ini. Cuman sebentar Kay, sekitar satu jam," bujuk Mark.
"Aku nunggu Kakak dimana?" tanya Keysa berusaha memaksakan senyumnya.
"Di tempat ya. Aku nyusul kesana," sahut Mark tersenyum kecil.
"Oke Kak, aku entar duluan," ujar Keysa.
"Maaf ya, Kay," kata Mark merasa bersalah.
Keysa menepuk pundak Mark, "Tenang aja, Kak."
Keysa tak ingin Mark merasa bersalah. Tak masalah kalau ia harus menunggu satu jam, lagipula dirinya sudah terbiasa sendiri.
***
Mark melambaikan tangannya ke Keysa. Untungnya, Mark sudah menyiapkan tiket untuk keduanya. Ia tinggal masuk kalau sudah selesai rapat. Karin sudah meneloponnya tiga puluh menit yang lalu.
Keysa melangkahkan kakinya ke pintu masuk. Ia menunjukkan gelang premiumnya pada penjaga yang bertugas.
"Silakan masuk ya, Kak," ucap penjaga itu.
Wajah Keysa seketika cerah melihat wahana yang dipenuhi pengunjung. Ia menyukai berbagai wahana di dufan. Sejujurnya, baru pertama kali ia datang ke dufan selama ia hidup. Dirinya bagaikan berada di sarang burung, dikurung, tanpa kebebasan. Semenjak, ia menggantikan kembarannya, hidupnya berubah.
'Gue naik sendiri aja.' Batin Keysa sembari melihat wahana ontang – anting.
"Kakaknya sendiri?" tanya penjaga wahana ontang – anting.
Keysa mengangguk. Ia sedikit miris karena dirinya banyak melihat orang datang dengan pasangan, teman dan keluarga. Keysa selesai menaiki wahana ontang – anting. Di belakangnya terdengar suara sepasang kekasih yang sibuk berfoto bersama.
'Gak apa, Key. Kak Mark nyusul sebentar lagi.' Batin Keysa sembari melangkahkan kakinya ke salah satu bangku yang ada di wahana.
Hati kecilnya berharap Mark menepati janjinya. Ia bukannya ada rasa dengan Mark, ia hanya ingin ditemani. Sejak kecil, ia selalu sendiri. Hanya para pelayan dan Haidar yang senantiasa di sampingnya, karena memang itu tugas mereka. Tidak ada orang yang benar - benar bisa ia ajak bicara kecuali Haidar.
Keysa memegang ponselnya yang bergetar. Ia mengeluarkan ponselnya seketika wajahnya terlihat bahagia melihat nama 'Haidar' yang tertera di layar ponselnya.
Dengan semangat Keysa menjawab panggilan telepon itu, "Haidar!" sapa Keysa.
Di ujung sana, Haidar terkekeh kecil mendengar reaksi Keysa, "Halo, Nona. Nona dimana?" tanya pengawalnya.
"Gue di dufan," info Keysa.
"Hah? Dengan siapa, Non?" tanya Haidar terkejut.
Keysa terdiam beberapa saat, ia ingin menceritakan kalau Mark akan menyusulnya. Tetapi, ia tak ingin membuat nama Mark buruk di mata Haidar. Lelaki itu pasti menyusulnya kalau tahu dirinya datang sendiri.
"Dengan Kak Mark. Dia lagi di toilet sekarang," jawab Keysa bohong. Dalam hatinya, ia meminta maaf pada Haidar karena telah berbohong.
"Syukurlah. Selamat menikmati waktu berdua dengan tunangan Nona ya," kata Haidar bernapas lega.
"I-iya," tanggap Keysa. Ia menutup panggilan teleponnya dengan Haidar.
Keysa melangkahkan kakinya ke wahana yang bisa sendiri. Pilihannya jatuh ke rumah kaca. Ia masuk ke rumah kaca bersama keluarga kecil. Keluarga kecil ini berjalan dua langkah lebih cepat dibanding dirinya, Keysa hanya mengikuti langkah mereka. Sesekali anak dari pasangan suami istri itu tertawa karena gagal menembus kaca. Ia menatap interaksi keluarga kecil itu dengan sendu.
'Kalau gue jadi anak mereka. Apa gue akan dapat perlakuan yang hangat?' batin Keysa.
Keysa mengangkat wajahnya ketika butiran cairan bening nyaris jatuh dari matanya. Keysa dan keluarga kecil itu berhasil menaklukan rumah kaca itu. Gadis itu kembali mencari wahana yang dapat dilakukan sendiri.
Hampir dua jam, ia bermain wahana yang ada di dufan. Meskipun, terkadang ada wahana yang ia lewati karena harus berpasangan. Ia juga menghindari wahana yang membuat penyakit asmanya kambuh. Keysa menatap jam tangannya, Mark tak kunjung datang, bahkan pesan yang ia kirim tidak di balas sang tunangan. Keysa menghela napas, rasa kecewa, kesal, dan marah menyelimuti gadis itu.
Keysa menatap langit, awan mulai terlihat menggelap. Awan hitam tampak memenuhi langit. Keysa terdiam, tatapannya kosong. Petir dan kilat mulai terdengar.
'Gue lagi – lagi sendiri.' Batin Keysa tersenyum miris.