Chereads / CINTAI AKU / Chapter 5 - Panas

Chapter 5 - Panas

" ngelayap kemana kamu!!! kenapa baru pulang jam segini? "

Aruna yang baru saja tiba di rumah langsung disambut tatapan sinis dari sang mama.

" maaf ma di kantor lagi banyak banget perkejaan, mangkanya Aruna pulang nya terlambat " jawab Aruna

" anaknya baru pulang bukannya langsung disuruh istirahat malah di sambut ketus begitu " Ambar yang baru keluar dari kamarnya langsung menghampiri anak dan juga cucunya.

Maharani hanya melengos mendengar mamanya membela Aruna, inilah yang sangat tidak disukai oleh Maharani jika mamanya berada di rumah.

" Mouly saja belum pulang kan? kenapa tidak kamu tanya kemana anak gadismu yang satu itu " ucap Ambar sarkas

Waktu memang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, sejak Aruna pindah ke bagian desain interior gadis itu memang sering pulang malam karena harus lembur.

Ambar bukannya tidak tahu apa yang dilakukan oleh cucu bungsunya di luaran sana tapi setiap kali dia ingin memberi tahu Maharani, Aruna selalu melarangnya karena takut Darmawan akan mengamuk.

" Mouly sudah minta izin kerumah temannya untuk mengerjakan tugas kuliah ma!! bukannya seperti Aruna yang tidak tahu sopan santun sama orang tua " balas Maharani mendelik kesal

" yakin ka- " Ambar tidak melanjutkan ucapannya karena Aruna menahan tangannya

" maaf ma... kalau Aruna sudah buat mama khawatir " ucap Aruna yang ingin menyudahi perdebatan antara mama dan juga Omanya

" aku sama sekali tidak menghawatirkan kamu!! aku hanya takut kalau kamu akan membuat ulah di luaran sana yang akan menghancurkan nama baik keluarga Darmawan!!! " ucap Maharani tanpa perasaan.

Aruna tersenyum getir mendengar ucapan mamanya, Ambar menatap tajam anak perempuan nya, bagaimana bisa seorang ibu bisa mengatakan kata-kata menyakitkan itu kepada anaknya sendiri.

" Maharani!!!! " bentak wanita paruh baya itu

" tarik kembali kata-kata mu!!! " tunjuk Ambar menatap nyalang anaknya

" O-oma sudah " lerai Aruna dengan mata yang mulai berkaca-kaca

Tanpa mengeluarkan kata-kata lagi, Maharani pergi begitu saja meninggalkan mama dan juga anaknya, Aruna mengusap airmata nya yang menetes tanpa izin.

" ini sudah malam sekarang Oma istirahat yah " bujuk Aruna

Ambar memandang iba cucunya yang selalu mendapatkan perlakuan dan kata-kata buruk dari mamanya.

" Aruna tidak apa-apa Oma... " ucap Aruna dengan lembut saat kedua tangan keriput Ambar menangkup wajah mungilnya.

Apa yang terjadi semalam masih berimbas hingga pagi harinya Darmawan yang tidak tahu hanya menatap mertua, istri dan anaknya secara bergantian.

" Dimana Mouly? kenapa dia tidak ikut sarapan bersama? " tanya Darmawan yang tidak melihat keberadaan gadis itu, karena biasanya putri bungsunya lah yang selalu membuat riuh setiap pagi.

" semalam dia menginap di rumah temannya " jawab Maharani

" jangan biasakan anak gadis menginap di rumah orang lain! apa lagi itu teman lelaki " sahut Ambar yang tidak perduli anaknya mendelik kesal

" teman laki-laki? maksudnya? " tanya Dermawan lagi

" temannya itu cewek Pa... tapi punya kakak cowok!! " sahut Aruna dengan cepat agar Darmawan tidak berfikir buruk.

Aruna yang memang duduk di samping Omanya menahan lengan wanita tua itu, agar tidak kembali bersuara cukup tadi malam Oma dan mamanya bersitegang.

Merasa tidak ada yang mencurigakan Darmawan kembali melanjutkan sarapannya.

" Oma..... " Aruna menghampiri Omanya yang duduk di gazebo halaman belakang, wanita tua itu terlihat sangat marah.

Ambar melengos begitu Aruna duduk disampingnya menggenggam kedua tangannya dengan lembut

" maaf " ucap gadis itu lirih

" Aruna hanya tidak ingin ada keributan besar di rumah ini, Oma... " ucapannya lagi

" Oma tahu, tapi apa mama kamu pernah menghargai semua usaha kamu yang selalu melindungi Mouly!!! " Ambar sangat gemas dengan cucu nya satu ini.

" bahkan kamu dengar sendiri apa yang dikatakan olehnya tadi malam " lanjut Ambar yang benar-benar sangat geram

Aruna menghela nafas panjang, dengan tersenyum gadis itu memeluk Omanya dengan erat.

" Aruna baik-baik aja Oma... selama ada Oma didekat Aruna " ujar gadis itu.

Jika sudah begini Ambar tidak bisa berbuat apa-apa, cucunya satu ini selalu berhasil membuat hatinya luluh.

" sudah tidak marah lagi? " Aruna melepas pelukannya lalu menatap wajah Omanya dengan tersenyum

" bagaimana Oma bisa marah sama Aruna, kalau Aruna selalu punya cara buat Oma tidak marah lagi " sahut wanita tua itu.

" kalau begitu Aruna berangkat kerja dulu ya... oh ya Oma, mungkin Aruna pulangnya terlambat lagi karena harus lembur kejar deadline "

" kamu hati-hati dijalan ya sayang "

" siap Nyoya!!!! " Aruna memberi hormat pada Omanya sambil tertawa, setelah mencium pipi dan tangan Omanya, gadis itu beranjak pergi meninggalkan Ambar yang masih duduk di gazebo.

*******

Aruna memperhatikan setiap sketsa gambar yang dijelaskan oleh Dewa dan Ajeng teman satu timnya, karena Aruna yang masih tergolong baru. Dewa yang biasanya selalu menggoda Aruna dengan tingkah konyolnya kini terlihat sangat serius dan tegas.

" apa kamu sudah mengerti, Aruna? " tanya Dewa setelah menjelaskan semua sketsa yang ditunjukan nya pada gadis itu.

" iya Pak " jawab Aruna tanpa ragu

" baik, mulai besok kita akan terjun langsung kelapangan untuk melihat pembangunan nya " ujar Ajeng sambil membereskan semua berkas-berkas yang lainnya.

" oh iya, Aruna jangan lupa nanti setelah jam makan siang kita ada meeting dengan dengan beberapa klien " ucap Dewa yang mengingatkan jadwal mereka

" baik Pak, kalau begitu saya permisi kembali keruangan saya " setelah membereskan semua berkas milik nya, Aruna dan Ajeng berjalan keluar dari ruangan Dewa dengan bersamaan.

" jangan bosen buat ajarin aku yah, Ajeng " ujar Aruna setelah keluar dari ruangan Dewa

" iya, aku dulu juga sama kayak kamu kok " sahut Ajeng.