Harum maskulin itu begitu menyeruak di indra penciuman Aruna, bau harumnya seperti menjadi candu bagi gadis itu. Namun seketika alarm di kepala Aruna berbunyi dengan cepat dia sedikit menjauh karena tidak ingin sang CEO berfikir yang tidak-tidak tentang dirinya.
Berbeda dengan yang lainnya Aruna justru terlihat lebih kalem dan anteng tidak menunjukkan rasa ketertarikan memuja dengan cara yang berlebihan dan sengaja mencari perhatian lelaki itu apalagi saat ini mereka hanya berdua saja di dalam lift justru itu membuat Aruna merasa canggung.
" Maaf Pak " ucap Aruna gugup kepalanya tertunduk begitu menyadari tatapan tajam dari CEO tampan yang menjadi idola setiap karyawan disini
" Astaga malu nya aku " batin Aruna yang masih menetralisir jantung nya yang masih saja berdegup tidak karuan
" Apa kamu baru di bagian design interior? " tanya lelaki itu tanpa menoleh
" I-iya Pak saya baru di pindahkan " jawab Aruna yang masih tertunduk kakinya terasa lemas karena gugup
Hanya kalimat itu yang keluar dari mulut Kayasya kemudian mereka kembali terdiam entah kenapa Aruna merasa lift lama sekali berjalan dia sungguh tidak tahara berada dalam suasana canggung seperti ini
Begitu pintu lift terbuka Aruna buru-buru hendak keluar setelah berpamitan dengan Kayasya tetapi justru nasib sial masih saja mengikutinya, secara tidak sengaja dia menyenggol seseorang hingga terjatuh bahkan tubuh mungil Aruna yang lebih dulu terhempas kelantai lalu di timpah oleh tubuh besar Gladis dan naas nya minuman yang ada di tangan Gladis justru mengenai bajunya sendiri.
"Arrrgghhhh " Aruna mengerang kesakitan
" Aruna!!!!!!!!! " bentak Gladis
" Ma-maaf Bu Gladis saya tidak sengaja, maaf " ujar Aruna dengan raut wajah menahan sakit di bagian pergelangan tangannya, dia langsung beranjak berdiri mengulurkan tangan untuk menolong Gladis namun langsung ditepis kasar oleh nya.
" Kamu itu kalau jalan pakai mata jangan pakai dengkul!!! badan sebesar ini saja kamu tidak lihat " cecar Gladis dengan emosi dia tidak perduli kini menjadi tontonan banyak orang karena mereka sekarang mereka berada di lobi
" Kamu lihat ini baju saya jadi kotor!!! " Teriak Gladis dengan menuding wajah Aruna
" Maaf Bu saya benar-benar tidak sengaja maaf kan saya " ucap Aruna lagi yang sudah hampir menangis karena menahan malu sudah jadi tontonan orang banyak belum lagi menahan sakit di tangannya
Baru saja Gladis hendak kembali mencecar Aruna, dia justru kicep begitu melihat siapa yang ada di hadapannya. Kayasya!! Lelaki incaran Gladis berdiri di belakang Aruna yang kini menatapnya tajam
" Dia tidak sengaja dan sudah minta maaf, apa itu belum cukup " ujar lelaki itu
Hilang sudah rasa lapar Aruna karena insiden memalukan ini itupun karena Aruna tidak sengaja menyenggol Gladis. Dewa, Ajeng begitupun dengan Imel dan Tasya yang baru kembali dari cafe depan kantor langsung menghampiri Aruna yang masih tertunduk ketakutan dengan jari yang saling bertautan di hadapan CEO dan Wakil Manager.
" Aruna.... " Imel dan Tasya merangkul pundak Aruna
" Pak Kayasya " sapa mereka yang hampir berbarengan dan hanya di balas dengan anggukan kepala dari lelaki dingin itu.
" Baju kamu hanya kotor dan masih bisa di cuci sedangkan pergelangan tangan dia terkilir karena menyangga tubuh kamu " ujar Kayasya
Mereka tidak menyadari sedari tadi Aruna memegangi pergelangan tangan kanannya yang berdenyut nyeri namun itu tidak luput dari pandangan Kayasya yang melihat insiden tadi.
Gladis menatap tidak suka Aruna yang masih tertunduk apalagi Kayasya yang terang-terangan membela bawahannya di depan semua orang itu sama saja menginjak harga dirinya.
" Kalian bawa Aruna dan obati tangannya " titah Kayasya pada Imel dan Tasya sebelum dia berlalu pergi
" Baik Pak.." sahut Tasya
" ayo kita obati dulu " ajak Imel lalu menatap sengit kearah Gladis
" Permisi Bu..... " Ucap Tasya yang mewakili kedua temannya mereka pun berlalu pergi meninggalkan lobi begitupun dengan yang lainnya sedangkan Ajeng dan Dewa justru mengekori mereka dari belakang.
Aruna mengusap airmata nya yang sedari tadi tidak berhenti mengalir dipipi mulus nya bukan karena pergelangan tangan nya yang sakit tapi karena di bentak oleh Gladis di hadapan semua orang pada hal dia sudah minta maaf dan benar-benar tidak sengaja.
" Sudah jangan nangis lagi " bujuk Imel
" Sakit banget ya Ar? " tanya Ajeng meringis melihat pergelangan tangan Aruna yang mulai membengkak dan terlihat kebiruan
" Gimana tidak sakit orang pergelangan nya itu terkilir karena nahan badannya Bu Gladis yang segede gentong " dengus Imel yang gemas karena mulut pedasnya Gladis
" Sembarangan kalo ngomong di dengar sama yang punya badan bisa tau rasa kamu di jadiin samsak " sahut Tasya
" Sakitnya nggak seberapa tapi malu nya itu loh sampe ke jantung " sahut Aruna
" Emang jantung punya malu ya? " tanya Ajeng dengan polosnya tapi itu justru membuat Imel gemas dan rasa ingin menggeplak kepalnya sedangkan yang lain hanya terkekeh
" Dasar lemot " dengus Imel
" Kamu istirahat aja dulu meeting nanti sore biar di gantiin sama Ajeng aja " ujar Dewa
" Saya tidak apa-apa kok Pak "
" Tidak apa-apa gimana itu tangan udah bengkak masih ada Ajeng yang bisa gantiin kamu " sahut Imel
Aruna hanya menghela nafas pelan sebenarnya bagi Aruna sakitnya itu tidak seberapa tapi malunya sudah sampai ke ubun-ubun entah mengapa dia merasa kehilangan muka di depan Kayasya karena setiap mereka bertemu selalu terjadi insiden memalukan seperti ini.