Aruna masih sibuk dengan berkas-berkas diatas meja padahal waktu sudah hampir memasuki jam istirahat, sesekali mata sendunya terpaku pada laptop di hadapannya mencocok kan data yang sedang dia revisi sebelum di serahkan pada Dewa karena larut dalam kesedihan semalam gadis kalem itu hampir melupakan pekerjaan nya.
" Aruna "
" Yaaa... " Sahut Aruna tanpa menoleh karena dia tau siapa pemilik suara itu
" Ini sudah masuk jam istirahat kamu masih sibuk ngerjain laporan itu " Dewa duduk di kursi tepat di depan Aruna
" Nanggung Pak... ini juga sedikit lagi selesai kok, sebelum nanti bapak periksa ulang " ujarnya yang masih fokus pada kertas dan juga laptopnya
Aruna tersenyum lega karena telah menyelesaikan pekerjaan tepat waktu.
Diam terpaku Dewa menatap tanpa berkedip menikmati indahnya ciptaan Tuhan yang ada di depan matanya, senyum manis di wajah cantik Aruna. Dewa berdoa semoga senyum itu tidak pernah hilang dan menjauh dari dirinya dan dia akui gadis itu memang sangat cekatan dalam berkerja karena itulah dia sangat memuja gadis ini.
" Awwwwwww " Dewa meringis mengusap keningnya yang terasa pedas karena baru saja di sentil oleh Aruna
" Sakit Aruna!! Tidak sopan ya kamu sama atasan kayak gitu " Ujar Dewa kesal sedangkan yang bersangkutan hanya cengengesan
" Habis nya dari tadi bapak senyum-senyum sendiri kayak orang kesambet " ujar Aruna terkekeh tidak perduli kalau Dewa yang sedari tadi memasang tampang kesal
" Bapak kenapa liatin saya gitu banget... Jangan bilang bapak lagi mikir yang aneh-aneh ya tentang saya " Aruna menatap Dewa penuh selidik
" siapa juga yang liatin kamu kepedean kamu " sahut Dewa salah tingkah
Dewa hanya melirik sekilas lalu beranjak dari duduknya hendak meninggalkan Aruna yang masih tertawa karena sudah membuatnya jengkel
" Sudah.. saya mau cafe depan kelamaan nunggu kamu cacing peliharaanku sudah pada demo " dengus lelaki itu kemudian berlalu pergi meninggalkan Aruna dengan cengok nya tapi diam-diam lelaki itu tersenyum
" Dihhh siapa juga yang nyuruh dia nungguin dasar aneh " Aruna menatap punggung Dewa yang menghilang dari balik pintu.
Setelah membereskan meja Aruna bergegas keluar dari ruangannya karena sejak tadi ponsel nya terus bergetar lirih karena kedua sahabatnya sudah sejak tadi menunggu di kantin untuk makan siang bersama.
Berdiri di depan lift Aruna masih sibuk membalasi pesan group di ponselnya, begitu pintu lift terbuka Aruna langsung masuk tanpa melihat siapa yang sedang berdiri disamping menatapnya lekat.
" Jangan biasakan jalan sambil main ponsel!! " suara bariton itu melenyapkan senyum di wajah Aruna yang baru saja menerima pesan lucu dari Tasya
DEGH!!
Aruna langsung menoleh matanya melotot dan jantung nya seakan hendak melompat karena lagi-lagi harus bertemu dengan pemilik perusahaan dan lagi hanya ada mereka berdua di dalam lift ini, perut Aruna tiba-tiba mulas dan kakinya terasa lemas mendapat tatapan tajam dari manik coklat yang tajam seperti mata elang.
" Maaf Pak " Aruna tertunduk tidak berkutik dia merasa waktu berjalan sangat lambat karena berada di dalam lift hanya berdua dengan Kayasya sangat berbahaya untuk hatinya. Apa? Hati?
" Bagaimana dengan tanganmu? "
Aruna tersenyum kecut melihat pergelangan tangannya yang terlihat masih memar berwarna kebiruan, kejadian kemarin sungguh membuatnya seperti kehilangan muka di depan Gladis, teman-temannya, apa lagi di depan Kayasya.
" Oh iya Pak saya belum mengucapkan terimakasih sama Bapak karena kemarin sudah membela saya di depan Bu Gladis " mendengar ucapan Aruna, Kayasya hanya melirik nya sekilas
" tapi kemarin saya benar-benar tidak sengaja loh Pak dan saya sebenarnya sudah berniat mau ganti baju nya Bu Gladis tapi dia malah semakin marah sama saya " entah ada keberanian dari mana Aruna bisa berkata panjang lebar, menghela nafas lelah mengingat penolakan Gladis
" Sekali lagi terimakasih ya Pak Kay " ujar Aruna dengan tersenyum manis
Senyum itu!!!! Kayasya terpaku sejenak menatap senyum indah di wajah gadis sembrono itu, sesaat kemudian dia kembali dalam kewarasannya, lelaki itu berdehem sedikit melonggarkan dasinya yang terasa mencekik lehernya
" Tidak gratis " balasnya singkat
" Ha?? Jadi bapak minta saya bayar? " Aruna terkejut
" Uang saya belum banyak Pak paling juga cuma cukup buat bayar seblak " ujar Aruna dengan wajah memelas
" Memang nya siapa yang mau uang kamu " dengus Kayasya jengkel
" Lalu? " Aruna menatap harap-harap cemas
" Kamu ikut saya makan siang " titah lelaki itu dingin
" Ha???? " spontan hampir berteriak karena kaget kedua matanya mengerejap lucu
" Kamu tidak tuli kan? " bibir Kayasya berkedut menahan geli wajah Aruna terlihat imut saat terkejut seperti ini
" Ti-tidak Pak " sahut Aruna tertunduk. Mimpi apa dia semalam Kayasya seorang CEO tampan incaran kaum hawa di perusahaan ini mengajak nya makan siang bersama
" Pak Kay tadi kepalanya kejedot di pintu ya?? "
" Maksud kamu? " Alis Kayasya terangkat sebelah menatap Aruna yang langsung menggeleng keras dan mulai salah tingkah
" Tapi Pak saya ada janji sama- "
" Batalkan!!! " Lagi-lagi Aruna di buat cengok oleh ucapan lelaki dingin itu dan mau tidak mau dengan berat hati gadis itu mengirim pesan di groupnya bahwa dia tidak jadi menemui mereka di kantin.
Percayalah di group ponsel Aruna sekarang langsung heboh saat dia memberitahu kalau akan makan siang bersama Kayasya.
Memasuki waktu jam istirahat cafe yang tepat berseberangan dengan kantor sudah ramai pengunjung Aruna yang berjalan di belakang Kayasya hanya tertunduk malu karena mendapat tatapan tidak mengenakan dari teman-teman kerjanya yang juga sedang makan siang disana. Gladis!! Yah wakil manager yang terkenal sombong dan angkuh itupun juga berada disana, dan sungguh Aruna tidak berani mengangkat wajahnya mendapatkan tatapan nyalang dari gadis itu.
Buugh!!!!
" Awwwww " Aruna meringis memegangi hidungnya yang membentur punggung Kayasya
" Pak Kay berenti kok nggak bilang-bilang sih kejedot kan " ujar nya sembari mengusap hidungnya yang terasa sedikit nyeri
" Kalau hidung saya tiba-tiba jadi pesek gimana!! "
" Kamu jalannya yang nggak lihat-lihat " sahut Kayasya santai
" Kita ke ruang VIP saya nggak suka makan yang ada banyak orangnya " ujar Kayasya yang tidak perduli dengan wajah jengkel Aruna
Tidak sedikit pasang mata melihat ke arah mereka yang masuk ke dalam ruang VIP dengan rasa iri, apa lagi Gladis yang biasa berinteraksi dengan Kayasya dia sama sekali belum pernah makan berdua saja dengan lelaki itu apa lagi lagi sampai di bawa keruang VIP, tanpa sadar dia membanting sendok nya hingga menjadi pusat perhatian pengunjung. Tapi ada yang terlewatkan oleh Aruna yaitu keberadaan Dewa yang juga ada disana.