Chereads / CINTAI AKU / Chapter 10 - Aruna Yang Malang

Chapter 10 - Aruna Yang Malang

Lelah! Itulah yang dirasakan oleh Aruna sekarang ingin rasanya segera sampai rumah dan beristirahat tapi apadaya dia masih terjebak macet karena semakin malam maka jalan tengah kota akan semakin ramai, sepertinya keberuntungan pun memang belum berpihak kepada Aruna karena setibanya di rumah dia langsung disambut wajah keruh mamanya yang sedang duduk di sofa ruang keluarga.

Maharani menatap nya sengit sudah hampir tengah malam anak sulung nya itu baru pulang, bagaimana tidak karena Aruna meeting sekaligus makan malam bersama kliennya. Yah, Aruna bersi keras ikut meeting bersama Dewa padahal Ajeng sudah bersedia untuk menggantikan tapi dia menolak secara halus agar partner kerjanya itu tidak tersinggung, demi bentuk rasa tanggung jawabnya dalam bekerja Aruna tetap menjalankan tugasnya walau keadaannya masih tidak baik-baik saja.

" Kerja apa kamu jam segini baru pulang " seru Maharani

" Maaf ma... Tadi Aruna ada meeting sekaligus diajak makan malam sama klien dan bos Aruna "

" Alasan saja... Kamu pasti kelayapan kan sama teman-teman kamu itu " tuduh Maharani tanpa bukti

" Nggak ma... Aruna memang ada meeting sama klien "

" Meeting apa hingga larut malam begini kamu jangan coba-coba bohongi mama ya Aruna apa lagi sampai melakukan hal yang aneh-aneh di luar sana yang akan membuat keluarga ini malu nantinya " seru Maharani dengan suara tinggi setetes cairan bening luruh begitu saja dari mata sendu gadis itu mendengar kalimat yang begitu menyelekit di telinganya

" Aruna tidak bohong ma " lirihnya

" Ingat Aruna jangan coba-coba membuat ulah di luar sana yang akan menghancurkan nama baik keluarga ini. Paham kamu!! " Bentak Maharani tanpa perduli sesakit apa hati Aruna yang mendengar kalimat pedasnya itu.

" Apa salah Aruna, ma? Semua yang Aruna lakukan selalu salah di mata mama!! " Ujar gadis malang itu dengan suara gemetar menahan tangis mata sendunya menatap mamanya

" ini salah, itu kurang, ini nggak cocok!! Kenapa mama terlihat sangat benci sama Aruna? " Sungguh dia sudah merasa tidak tahan lagi, lelah selalu mendapatkan tatapan sinis dan penuh benci dari mamanya dan ini untuk pertama kalinya dia melontarkan pertanyaan yang selama ini dia pendam dalam hati

" Kamu sungguh ingin dengar? " Sahut Maharani dengan raut wajah yang menguar amarah pada Aruna

" Kamu dengar baik-baik Aruan " ujarnya dengan suara penuh penekanan

" Aku menyesal sudah melahirkan kamu!! Sungguh sangat menyesal!! " Seperti petir yang menggelegar, dunia Aruna seolah runtuh mendengar kalimat itu keluar dari mulut mama yang sangat dia sayangi dan cintai.

" Kamu mau tau, setiap kali aku melihat mu aku merasa sangat sakit disini " Maharani menunjuk dadanya dimana jantungnya berdetak " dan juga sangat menyakiti mentalku!! Aku sama sekali tidak pernah menginginkan kamu lahir " ujara Maharani tanpa perasaan tidak perduli raut terluka di wajah anaknya

" MAHARANI!!!!!!!! " Darmawan yang baru keluar dari kamarnya menatap nyalang istrinya tapi itu sama sekali tidak membuat Maharani takut

Aruna diam mematung menatap mamanya tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar, Mamanya menyesal sudah melahirkan nya jika Aruna boleh menjawab dia sama sekali tidak pernah meminta untuk dilahirkan ke dunia jika itu hanya akan menyakiti hati mamanya Tuhan yang sudah membawanya ketengah mereka.

" Apa kamu sudah gila? Dengan mengatakan kalimat ngawurmu itu " Darmawan sungguh dibuat jengkel oleh istrinya

" Aku mengatakan apa yang sebenarnya aku rasakan pada gadis ini " tunjuk Maharani tanpa perasaan

" Kamu sudah tidak waras Maharani... Dia anakmu, anak kandungmu!! "

" Kamu tentu tau Darma setiap kali aku melihat wajahnya aku merasa seperti tercekik!! Aku seakan seperti ingin mati tapi tidak dibiarkan untuk mati, kehadirannya hanya semakin membuat luka hatiku menganga lebar " kedua matanya memerah Maharani mati-matian menahan airmata agar tidak jatuh

" Ini bukan salah Aruna " Darmawan berusaha merendahkan suaranya agar mertuanya yang sedang terlelap tidak bangun

" Aku sangat membencimu Aruna!! Sangat membencimu " seakan tidak peduli dengan luka dan sakit di wajah anaknya Maharani melangkah lebar meninggalkan suami dan anaknya

Darmawan tidak bisa berbuat apa-apa dia hanya menatap iba anaknya yang masih berdiri dengan airmata yang jatuh berderai, dia mendekati Aruna lalu memeluknya tidak ada yang beruara hanya terdengar isak tangis Aruna yang terdengar semakin pilu.

Gadis malang itu tersenyum kecut menatap papa yang selalu menjadi tempatnya bersandar, dia berusaha terlihat baik-baik saja di hadapan lelaki yang selalu membelanya.

Dengan langkah gontai gadis itu melangkah menaiki tangga menuju kamarnya di lantai dua tubuhnya sudah sangat lelah pikiran dan suasana hatinya sungguh sedang kacau balau. Di dalam kamar yang hanya di terangi oleh lampu redup Aruna merebahkan tubuhnya yang sudah tidak bertenaga di atas ranjang meringkuk memeluk dirinya sendiri berusaha tetap tegar menghadapi semua yang sudah terjadi dan apa yang akan terjadi di hari esok.

Aku menyesal sudah melahirkan kamu

Sanggar menyesal

Aku membencimu Aruna

Sangat membencimu

Kalimat itu terus saja be denging di telinga Aruna, sebenarnya apa yang sudah membuat mamanya begitu membenci dirinya sejak kecil gadis itu tidak pernah merasakan pelukan dan juga kasih sayang sang mama di rumah yang besar ini dia merasa seperti orang asing di hadapan mamanya, bahkan gadis itu tidak pernah mengeluh ataupun marah setiap kali melihat mamanya begitu memperhatikan dan menyayangi Mouly adiknya padahal mereka lahir dari rahim ibu yang sama,namun bohong jika dia tidak iri pada sang adik.

Aruna menangis dalam kesunyian seorang diri, dia selalu berdoa kepada Tuhan jika di berikan kesempatan semoga kelak suatu saat mamanya akan menoleh kearahnya menatap dia yang malang dengan penuh cinta dan kasih sayang. Dan disanalah Aruna akan mengatakan bahwa dia sangat menyayangi mamanya lebih dari apapun

" Maaf jika aku sudah menjadi luka hati mama " gumamnya sebelum terjun ke alam mimpi