Aruna membasuh wajahnya sebelum mendampingi Dewa pergi meeting dia tidak ingin membuat lelaki menyebalkan itu bertanya yang tidak-tidak padanya.
" kenapa lama sekali? " tanya Dewa setelah melihat Aruna keluar dari toilet
" kenapa kamu ada disini? " bukannya menjawab Aruna justru kembali bertanya
" nungguin ayam punya kumis!! ya nungguin kamu lah, kamu lama sekali sudah hampir lumutan aku di lobi!! "
" siapa juga yang suruh kamu nungguin aku, kurang kerjaan " Aruna berlalu pergi begitu saja melewati Dewa yang berdiri di hadapannya.
" ayo buruan!!!! jangan sampai telat, aku nggak mau kita di omelin oleh klien seperti kapan hari itu " seru Aruna yang terus berjalan tanpa menoleh
" dia yang lelet, aku yang di tinggalin " gumam Dewa
" kamu benar-benar sudah membuat ku tertarik Aruna " ucap Dewa sambil tersenyum lalu bergegas mengejar Aruna.
Aruna dan Dewa sudah tiba di sebuah restoran Jepang dan duduk disalah satu kursi sudut yang ada di sana beruntung mereka tidak terlambat karena lima menit kemudian orang yang mereka tunggu akhirnya datang juga.
Setelah sedikit berbasa-basi Dewa langsung saja menjelaskan tentang kontrak kerjasama perusahaan mereka lalu Aruna juga menjelaskan tentang desain yang sudah dia buat dan dipersentasikan di depan kliennya. Ternyata keberuntungan kini menjadi milik Aruna, karena mereka menerima dan menyetujui apa yang sudah di disampaikan oleh Aruna.
" terimakasih saya harap kerjasama kita berjalan dengan baik dan lancar " seorang pria paruh baya mengulurkan tangannya untuk bersalaman
" sama-sama Pak Bayu " balas Dewa dengan tersenyum begitupun dengan Aruna.
" kalau begitu kami permisi dulu " Pak Bayu dan sekretarisnya beranjak dari duduk mereka kemudian berlalu pergi.
Aruna tersenyum bahagia dan menghela nafas lega karena akhirnya dia tidak harus merevisi lagi desainnya dan itu tidak luput dari pandangan Dewa.
" apa lihat-lihat " ujar Aruna sengit saat memergoki Dewa yang memandangi dirinya
" apa kamu senang? "
" manurut kamu?? "
Dewa hanya tersenyum kecil melihat tingkah Aruna yang sering berubah-ubah.
" tentulah!! aku nggak harus bergadang lagi demi mengerjakan ini semua " tunjuk Aruna pada berkas-berkas yang ada di meja hadapan mereka
" aku ke toilet dulu " Dewa beranjak dari duduknya meninggalkan Aruna yang masih membereskan berkas-berkasnya.
Sudah hampir lima belas menit tapi Dewa tidak kunjung datang membuat Aruna sedikit menggerutu karena merasa bosan Aruna pun beranjak dari duduknya saat di depan lobi Aruna yang tidak memperhatikan jalan karena sibuk dengan ponselnya secara tidak sengaja bertabrakan dengan seorang lelaki.
" maaf maaf saya tidak sengaja " ucap Aruna yang langsung meminta maaf karena menyadari jika dia salah
Hening!! Aruna menatap Lelaki tampan yang ada di hadapannya bahkan kedua matanya pun sampai tidak berkedip, kening Aruna sampai mengkerut mengingat sesuatu. Dan, yah bukan kah Lelaki ini adalah orang yang dia lihat di cafe saat dirinya dan teman-temannya makan siang tadi? harum maskulin ini pun mengingat kan nya pada seseorang yang pernah beberapa kali dia temui, meskipun tidak melihat wajahnya tapi harum ini sama persis dengan harum orang itu.
" Pak Kayasya!! "
Aruna langsung menoleh begitu mendengar suara Dewa, lelaki itupun menghampiri nya. Dewa tersenyum ramah pada lelaki yang ada di hadapan Aruna.
" Selamat sore Pak suatu kebetulan kita bertemu disini, kami baru saja selesai meeting dengan Pak Bayu " ujar Dewa
" Pak? " batin Aruna
" Aruna, ini Pak Kayasya beliau adalah CEO di perusahaan kita " ujar Dewa
Aruna terperangah tidak percaya dengan apa yang dia dengar dan apa yang dia lihat, Aruna sudah hampir lima tahun berkerja tapi baru kali ini dia bertemu dengan sang pemilik perusahaan secara langsung.
" maaf pak saya tidak sengaja " Aruna menunduk malu
" konsentrasi jangan terlalu fokus pada ponsel " tegur Kayasya, Aruna hanya mengangguk dengan kepala tertunduk.
Lelaki yang bernama Kayasya itu berlalu pergi setelah sedikit berbincang dengan Dewa membahas tentang proyek mereka. Sepanjang perjalanan menuju kantor Aruna sama sekali tidak membuka suaranya bahkan Dewa yang sejak tadi terus berceloteh tidak dia dengarkan.
" malu nya aku " batin Aruna
Jika benar Pak Kayasya adalah orang yang sama, maka sudah berapa kali dia tidak sengaja menabrak bos nya itu? mau di taruh mana mukanya jika mereka bertemu lagi. Apa Imel dan Tasya juga tidak tahu bahwa lelaki yang mereka puja-puja tadi adalah bos mereka sendiri.
" kamu kenapa diam saja? " Dewa menepikan mobilnya di parkiran khusus untuk para karyawan.
" nggak apa-apa " sahut Aruna dengan malas lalu keluar dari mobil Dewa
" Aruna tunggu!! " panggil Dewa saat Aruna hendak masuk kedalam gedung bertingkat tinggi itu.
" besok akhir pekan apa kamu punya waktu longgar? " tanya Dewa dengan sedikit ragu
" ada apa memang nya? " Aruna balik bertanya
" bisa nggak sih kalo orang tanya langsung jawab bukan malah balik bertanya " Dewa mendengus pelan
" bisa nggak sih kalo ngomong langsung to the poin aja, nggak usah basa-basi " sahut Aruna yang tidak ingin kalah
Dewa tertawa kecil melihat wajah imut Aruna yang kini selalu menari-nari di hatinya. Melihat Dewa yang tertawa tak urung membuat Aruna ikut tersenyum.
" aku mau ajak kamu nonton kebetulan lagi ada film bagus di bioskop " ajak Dewa
Aruna sedikit berpikir sebelum menjawab ajakan dari Dewa, beberapa saat kemudian gadis itu pun tersenyum lalu mengangguk. Ingin sekali rasanya Dewa bersorak senang tapi dia tahan karena menjaga image nya di depan Aruna.
" aku masuk dulu masih ada kerjaan dari mbak Gladis yang harus aku kerjain " tanpa menunggu jawaban Dewa diapun berlalu pergi.
Setelah Aruna tidak terlihat lagi Dewa bersorak senang karena Aruna menerima ajakannya senyum Dewa terus tersungging di wajah tampannya dengan bersiul bahagia dia melangkah kan kakinya menyusul Aruna yang sudah lebih dulu masuk kedalam gedung kantor.
" Kamu serius kalau cowok ganteng yang kita lihat di cafe depan adalah CEO perusahaan ini? " Imel dan Tasya tidak bisa mengontrol keterkejutan mereka mendengar cerita Aruna.
Ketiga gadis itu sedang berada di toilet khusus wanita, karena tidak sabar menunggu jam pulang kantor alhasil Aruna mengajak kedua sahabatnya untuk bertemu di toilet tempat favorit mereka untuk ngerumpi.
" aku juga kaget banget waktu Dewa bilang kalau Pak Kayasya adalah CEO perusahaan ini, rasanya tadi muka ku mau aku masukin kantong aja saking malunya ketemu beliau " gumam Aruna yang melihat pantulan wajahnya di cermin.
" kenapa kamu harus malu? " tanya Imel yang sedang membenahi make up di wajahnya
" gimana aku nggak malu coba, aku nabrak dia karena terlalu fokus sama ponsel bahkan bukan itu aja aku sudah beberapa kali nabrak beliau " Aruna mendesah lelah, jika memang Kayasya adalah orang yang sama dengan pemilik harum maskulin itu.
" jodoh tu " celetuk Tasya dengan menyeringai jahil
" bener tuh " sahut Imel dengan antusias
" apaan sih jodah jodoh " elak Aruna yang tidak habis pikir dengan celetukan sahabat nya.
Tapi? apa mungkin? entahlah? hanya Allah yang tahu.