Chereads / Tiger Meet Cat / Chapter 59 - Chapter 59 008 Story

Chapter 59 - Chapter 59 008 Story

Kiasan Oleh Lilian. Kucing Kecil Putih.

Seekor Kucing putih kecil berlari kencang di tengah salju lebat. Saat itu, malam hari dan udara begitu dingin. Kucing kecil berbulu lebat ini bukanlah sembarang kucing yang terlihat lemah. Dengan pola kaki yang unik, tubuhnya pendek, dan matanya berwarna emas yang menyala.

Dia terus berlari, tanpa disangka-sangka, tetesan darah jatuh di sepanjang jalannya, perlahan terkubur oleh salju yang dingin. Tampak jelas bahwa tubuhnya terluka, bekas tembakan peluru baru saja menembus organ dalamnya. Dia sedang diburu oleh seorang pemburu.

Kucing kecil yang malang itu terus berlari tanpa tahu ke mana tujuannya, napasnya mulai tersengal-sengal. Darah yang terus menetes meninggalkan jejak di salju, memudahkan si pemburu untuk mengikutinya tanpa banyak usaha.

Namun, siapa sangka di balik semak-semak yang ia lewati, tersembunyi sebuah jebakan berupa jurang yang sangat dalam. Kucing kecil itu berniat melompat melewati semak-semak, mengira hanya ada tanaman di baliknya. Padahal, semak-semak tersebut menandakan adanya jurang di depannya. Begitu ia melompat, ia baru menyadari dengan mata terbelalak bahwa di depannya adalah jurang yang dalam.

Pemburu yang mengejarnya pun berhenti, merasa tidak perlu melanjutkan pencarian, mengira kucing itu sudah jatuh ke dalam jurang dan tidak mungkin selamat. Kucing kecil itu terguling-guling di dasar jurang, terluka parah dan tak bisa bergerak. Tak ada yang tahu apakah ia akan bisa selamat atau tidak.

Layaknya Lilian, dia hanyalah seorang gadis yang ingin lari dari pemburu dan dia terpaksa harus menyimpan bekas luka yang sangat sakit. Tak ada yang tahu apakah dia bisa bertahan dengan kondisinya.

Selama beberapa hari, Leo memiliki hubungan baik dengan Lilian. Dia juga mengajarkan sesuatu pada Lilian agar Lilian dapat berbicara maupun bertindak dengan lancar.

Meskipun Lilian juga harus memiliki waktu untuk mengetahui lebih banyak soal Leo dan mansion besarnya.

Pagi yang cerah hari ini, Leo terbangun dan merasakan sesuatu di tangannya, lalu menoleh dan rupanya Lilian tidur di sampingnya, menjadikan lengan Leo sebagai bantalnya. Leo seperti biasa, bangun dengan tak nyaman karena setelah dia memutuskan hubungan dengan Caise, dia kembali tertidur tidak nyaman.

"(Ba... Bagaimana dia bisa ada di sini?)" ia terdiam kaku menyadari Lilian di samping nya. Lalu Lilian membuka mata dan bangun duduk.

"Hoam~ pagi Papa," tatapnya dengan imut membuat Leo terdiam. Lilian juga hanya memakai baju kaus tanpa celana, membuatnya terlihat semakin imut.

"Sial... Bagaimana kau bisa ada di sini, dimana Noah sialan itu...?" Leo menatap sekitar dengan kesal.

"Aku tidak bisa tidur di kamarku, terlalu luas untukku... Aku ingin tidur bersama Papa," kata Lilian.

"Haiz... Begitukah... (Tunggu dulu...!)" Leo menyadari sesuatu, ia menatap lama Lilian yang terdiam bingung dan polos. "Kau bicara lancar, kenapa bisa secepat ini... Apa itu termasuk kelebihan anak percobaan sepertimu?" tatapnya.

Tapi tiba-tiba Lilian terkejut mendengarnya seperti tersambar petir. "Akh...!" dia gemetar berteriak membuat Leo terkejut.

"Lilian... Ada apa?!"

"Aku... Takut... Sangat takut!" Lilian memegang kepalanya.

"(Astaga... Apa yang baru saja ku katakan padanya!)" Leo terdiam panik dan seketika memeluk kepala Lilian.

Lilian terdiam. "Papa...?"

"Ini... Ini semua akan baik-baik saja, maafkan aku menyebut kata itu padamu... Tolong baik-baik sajalah," kata Leo, tak di sangka sangka dia berperilaku begitu pada gadis manis itu.

Lilian terdiam dan juga memeluk Leo.

"(Ini sangat hangat jika dilakukan bersama Papa... Ini pelukan ranjang pertamaku bersama seseorang yang hangat dan lembut padaku,)" Lilian tersenyum dalam hatinya.

"(Sepertinya Lilian masih benar-benar trauma mengingat hal seperti itu meskipun sudah aman di mansionku. Dia saja sudah setakut ini aku katakan, apalagi nanti saat dia kembali teringat masa lalunya.)"

"Papa... Aku ingin tidur lagi..." Lilian menatap membuat Leo terdiam menatap jam mewah nya di dinding.

Tak lama kemudian Leo menyelimuti Lilian yang tertidur di ranjang nya dengan sangat terlelap, dia tertidur dengan nyenyak, lalu Leo memakai mantel hitam nya untuk bersiap pergi, wajah manis gadis itu membuat Leo tak mau mengalihkan pandangan nya hingga ia harus menghabiskan waktu tanpa sadar hanya untuk menatap Lilian.

Tapi ia juga berpikir sesuatu. "(Pastinya... Dia sangat ketakutan... Tapi... Apakah aku bisa bertanya tanya.... Jika dia seorang percobaan, dia pasti di siksa mati matian, bukankah seharusnya di tubuhnya ada luka atau bekas bedah.... Tapi jika dilihat lagi, kulitnya sama sekali tak ada bekas luka, justru kulitnya begitu mulus.... Seperti tak terjadi apapun...)" pikirnya dengan serius, sambil menatap ke jam dinding nya.

Lalu dia berbalik akan pergi, tapi tak di sangka sangka Lilian bangun. "Papa..." bangun duduk menatap Leo.

Leo berbalik dan mengatakan sesuatu. "Kau bangun? Aku akan berangkat," Leo menatap akan membuka pintu kamar.

"Papa... Aku ingin ikut," Lilian beranjak dan langsung mendekat.

"Tetaplah di sini, Lilian. Aku akan kembali lagi, kau mengerti?" Leo berlutut menatapnya.

"Kapan Papa akan kembali... Siapa yang mau menemaniku?" Lilian menjadi kecewa dan sedih.

"Bukankah ada Noah.... Dia selalu ada di sini," Leo mengelus kepala Lilian.

Lalu Noah muncul dengan bingung. "Ada apa ini? Pagi pagi masih belum berangkat?" tatapnya.

"Hei, jaga dia... Aku harus bertemu dengan seseorang..." tatap Leo dengan dingin.

"(Oh, perintah ya....) Baiklah Tuan, Anda akan pergi? Apa Anda sudah memberikan kecupan pada gadis tersayang Anda?" tatapnya dengan suara main main nya.

Leo yang mendengar itu menjadi terdiam. "Kecupan? Apakah itu semacam ritual?"

Lilian yang mendengar itu langsung meminta, "Papa... Aku ingin kecupan, sebelum Papa pergi," dia masih menahan Leo.

Leo terdiam dan melihat ke Noah yang dari tadi melihat dengan senyum licik, Noah memang segaja melakukan nya. Dia yang memulai membuat Lilian ingin dicium juga. Leo menatap dengan tatapan tak enak, seketika itu juga ia kembali berlutut dan mengecup pipi Lilian.

Lilian tersenyum dan ia juga langsung mengecup pipi Leo.

"Hehe, terima kasih, Papa," dia tersenyum senang.

Tapi Leo terkejut baru sadar. "Tunggu... Kenapa.... Aroma mu, sama seperti aroma... Caise..." gumam Leo dengan tatapan kosong.

Noah yang mendengar itu seketika terkejut. "Leo, kau menyebutkan Caise?"

Seketika Leo menggeleng. "Tidak... Tidak... Maksudku, tidak apa apa.... (Untuk sesaat, kecupan itu mengingatkan ku pada Caise...)" pikirnya dengan kecewa mengingat kembali bagaimana dia masih menyukai Caise.

"(Sepertinya dia memikirkan Caise, sudah saat nya untuk ku bertemu dengan Caise... Aku sudah tak mau hal hal buruk terjadi padanya hanya karena dia memikirkan Caise...)" pikir Noah sambil melihat Lilian yang menatap polos.

---

"Yo, Leo..." Seorang pria masuk begitu saja di ruangan kantornya. Leo menoleh dari kertas catatannya, rupanya Direktur Mandara.

"Ada apa kau kemari..." Leo menatap dengan lirikan tajamnya.

"Aku hanya ingin tahu apa gadis yang kau bawa saat di bar itu... 008?" tatap Direktur Mandara.

Wajah Leo hanya menatap biasa saja, bahkan dia tak melihatnya, dia hanya fokus melihat ke kertas di mejanya saja. "Itu memang benar, apa kau punya masalah?"

"Wou... Itu bukan masalah untukku... Tapi untukmu, Leo... Dia adalah gadis percobaan... Kau tahu kan pemilik laboratorium juga kenalan kita, dia kemarin baru saja bilang padaku bahwa proyeknya telah hilang dan tak mungkin membuat proyek yang baru lagi karena itu membutuhkan bayi tabung."

"Kau tahu banyak soal percobaan ini, bisa kau beritahu aku soal percobaan itu kenapa namanya 008?"

"Setelah kau menunjukan gadis itu kemarin, tentu saja aku langsung mencari tahu. Sebenarnya dia adalah wadah," kata Direktur Mandara, seketika pandangan Leo terlurus. "A... Apa maksudmu... Wadah?"

"Yah... Namanya juga percobaan, dia percobaan yang hampir sempurna. Lihat mata kuningnya, itu berarti dia belum sempurna... Dia bilang jika sempurna, matanya akan berubah menjadi warna merah. Tapi aku tidak tahu pasti karena aku juga tak harus tahu, bukan? Mungkin kau harus bertanya pada pemilik laboratorium itu."

"Tunggu, apa maksudmu dengan wadah?" Leo masih bertanya-tanya.

"Yang kudengar dari proyek laboratorium itu... Sebelumnya pihak lab mengiming-imingi pemerintah bahwa mereka menciptakan sesuatu yang luar biasa, di mana informasi ini tak boleh disebarkan kecuali informasi bahwa laboratorium tengah melakukan percobaan sempurna yang aman. Padahal yang mereka sembunyikan, ada penyiksaan seorang gadis di bawah umur, mereka mengamputasi seluruh tubuhnya, menyuntikkan sesuatu yang tak berakal, dan proyek mereka adalah menjadikannya sebuah wadah, di mana wadah ini bisa menampung sebuah senjata berbahaya, bom, darah yang berisi dengan bahan-bahan penting dan rahasia. Intinya, tubuhnya tidak akan menjadi manusia, dia hanya akan sepenuhnya terbuat dari penderitaan seorang wadah," kata Direktur Mandara yang menjelaskannya secara detail.

"Sial, kenapa bisa sampai begitu... Mereka benar-benar sangat kejam... Lalu, kenapa di dokumen nya ada percobaan hewan buas?"

"Gadis itu di gigit seekor macan salju ketika dia melarikan diri untuk pertama kali. Karena barat daya itu adalah hutan jadi dia bertemu macan itu yang langsung menggigit leher belakang nya. Dia sempat ingin mati, tapi pihak laboratorium menemukan nya dan membuat luka di leher gadis itu hilang, karena tubuhnya tak boleh ada bekas apapun. Itu bukan kali pertama dia melarikan diri. Tapi tanpa di sangka sangka, kemarin pihak laboratorium bilang bahwa gadis itu menjadi tak berguna sejak di gigit oleh hewan Buas itu. Karena hewan Buas itu membuat dampak buruk bagi percobaan di dalam tubuh nya, air liur hewan Buas itu menjadikan nya wadah yang tak berguna. Tapi pihak laboratorium masih mempertimbangkan apakah mereka akan melanjutkan projek nya. Jika mereka tak menemukan gadis itu, mereka akan membuat yang baru, itupun jika mereka masih memiliki dana. Karena posisinya tidak punya dana, sekarang mereka berhenti di tengah hutan itu, tak peduli pada gadis itu dan berpikir bahwa sudah mati... Mereka mengakhiri proyek ilegal mereka..." kata Direktur Mandara.

"Sebelum mereka menutup projek nya, apa yang terjadi?" tatap Leo.

"Karena percobaan itu telah lari, mereka meminta bantuan pada pemerintah agar pemerintah mau memberikan orang untuk mencari gadis itu. Bagaimanapun juga, dia hampir sempurna setelah banyaknya kegagalan, kau harus menyerahkannya pada mereka," kata Direktur Mandara sekali lagi.

"Tidak bisa... Dia akan mencurigaiku, dan akan mengambil Lilian."

"Lagi pula kenapa sih... Berikan saja dia pada mereka... Bukankah kau tak suka orang baru, kau juga tak suka anak kecil... Kasihan mereka juga, sudah sejauh ini menggunakan gadis itu sebagai percobaan, eh malah kehilangan gadis itu..."

"Aku memang tak suka orang baru, tapi aku memungut Lilian karena dia terlihat ingin sekali melihat dunia luar. Meskipun dia bukan manusia utuh, dia juga ingin memiliki kehidupan," balas Leo.

"Baiklah... Kalau begitu, itu juga urusanmu kan... Aku akan kembali ke perusahaanku," Direktur Mandara akan berbalik.

"Apa kau hanya tahu ini?" tanya Leo sebelum Direktur Mandara pergi.

"Yah... Jangan khawatir..." balas Direktur Mandara dengan wajah seringai.

"(Jadi, itu sebabnya aroma Lilian seperti aroma kucing, dia di gigit kucing besar,)" pikir Leo sambil kembali fokus pada catatan di mejanya.