Chereads / Tiger Meet Cat / Chapter 57 - Chapter 57 008 Story

Chapter 57 - Chapter 57 008 Story

Setelah selesai mandi, gadis itu sudah memakai baju, yakni gaun putih kecil yang sangat manis terpakai olehnya. Noah terdiam sebentar melihat gadis itu yang sangat manis setelah mandi. Dia terdiam sambil memegang dagunya. "Hm... Untuk sementara, pakailah gaun itu. Aku akan membelikanmu baju ketika keluar, tapi bagaimanapun dipandang, kau tetap manis," tatapnya yang puas mendandani gadis itu.

"Sekarang, mari keringkan rambutmu." Dia mengambil pengering rambut dan duduk di bawah sofa. "Kemarilah, duduklah di sofa," tatapnya.

Dengan bingung, gadis itu mendekat dan duduk di atas sofa sementara Noah berlutut di bawah dan menyalakan pengering rambutnya. Gadis itu terkejut ketika mendengar suaranya; itu seperti dia baru pertama kali melihat hal yang seperti itu. "(Sepertinya, aku harus banyak mengenalkan suatu benda padanya...)" pikir Noah sambil merapikan rambut gadis itu.

Setelah itu, Noah selesai. Dia telah merapikan gadis itu sendirian dan sekarang duduk di sofa sambil mengusap dagunya. "Huf... Sekarang kau nampak sudah rapi," Noah menatap gadis itu yang berdiri di depan dirinya. Kini tampilan gadis itu benar-benar cantik dan manis, membuat Noah tampak tersenyum kecil.

Lalu secara kebetulan Leo datang, dia menjatuhkan dokumen secara sengaja di meja di depan Gadis itu. "Hei, itu kau kan?" tatapnya dengan datar membuat gadis itu tampak tak nyaman, dia menatap dokumen itu.

Tapi Noah mengambilnya. "Percobaan 008 di barat daya.... Percobaan gadis 8 tahun dan... Hewan... Buas...?!" Noah terkejut membacanya.

"Itulah yang di sembunyikan Direktur Geun yang mencoba membodohi pemerintah.... Pemerintah berpikir percobaan ini hanyalah percobaan sederhana, tapi nyatanya, dia di paksa menjadi seorang hewan Buas..." tatap Leo pada gadis itu yang menatap kosong dan polos.

"Leo, kupikir ini terlalu berbahaya..." tatap Noah.

"Lalu apa? Kau membiarkan nya di tangkap mereka begitu? Jika mereka terus menggunakan nya, mereka akan melanjutkan penelitian sialan mereka..." Leo melirik tajam membuat Noah berwajah masih tidak nyaman. "(Ini percobaan menjijikan... Tapi aku kasihan pada gadis ini...)"

Lalu Leo berbalik akan pergi. "Kita tidak akan mengembalikan nya. Karena dia percobaan yang berhasil mengalami tahap satu. Bagaimanapun juga dia pasti percobaan yang akan berhasil tapi pihak mereka malah kehilangannya. Jika mereka kehilangan gadis ini otomatis mereka akan menyerah pada percobaan berikut nya, dengan begitu tak akan ada penyiksaan lagi..." katanya sambil berjalan pergi.

Noah masih menatap prihatin lalu dia menatap ke gadis itu.

"Kau akan tinggal di sini sementara sebelum mereka menemukanmu. Kau adalah percobaan ke-008, yah... Aku bertanya-tanya, memangnya apa yang mereka uji coba padamu? Apa kau punya kemampuan istimewa, hm?" tatap Noah. Tapi gadis itu hanya menatap imut dan polos.

"(Oh astaga, aku bodoh bertanya pada gadis ini... Sebaiknya aku bertanya lain.) Namamu..."

". . . Na... M..." Gadis itu menjadi bingung.

"Hm... Aku... Noah... Dan kau?"

"Noah...."

"Ya... Itu aku.... Kau... Namamu siapa?" tatap Noah.

Lalu gadis itu terdiam berpikir dan langsung menggeleng.

"Kau tidak punya nama?" tanya Noah, lalu gadis itu mengangguk.

"(Tentu saja, kenapa aku bisa lupa? Bahan percobaan hanya diberi nama nomor. Meskipun sudah diberi nama pun, tetap pengujinya yang tahu.) Hm... Aku akan memberimu nama saja supaya bisa memanggilmu dengan jelas," kata Noah sambil berpikir.

"(Nama apa yang cocok untuknya?)... Ah... Lilian..." kata Noah.

"A... Lilian."

"Ya... Itu namamu. Mulai sekarang, namamu Lilian, mengerti?"

"Un..." Lilian kemudian mengangguk senang.

Lalu ponsel Noah terdengar berbunyi dari sakunya, dan ia mengangkatnya.

"Oh... Nona Chiau... Apa kabar.... Ya, kau sedang ada di sana. Baiklah, aku akan ke sana."

"Na... oh," panggil Lilian dengan ragu. Dia tadi terus melihat Noah yang tengah berbicara di ponsel.

Lalu Noah menoleh sambil menutup ponsel. ". . . Apa kau baru saja memanggil namaku?" tatapnya, lalu Lilian mengangguk.

"Itu bagus...." Noah membelai kepalanya lalu Leo datang dan menatap tajam.

"Pa... Pa," kata Lilian. Seketika Noah terkejut apalagi Leo. Karena Lilian memanggil Leo sebagai itu.

"Pa... Pa... Papa," Lilian semakin memanggil dengan senyuman manisnya.

Seketika Leo menatap tajam Leo. "Apa yang kau ajarkan padanya!!"

"Aku tidak melakukan nya! Aku bersumpah!" Noah menatap kaku.

"Papa...." Lilian menatap dengan polos membuat Leo menatap nya. "(Cih, ini pasti soal yang tadi... Sudahlah...) Urus dia, aku akan menemui Nona Walwes..." Leo akan pergi tapi mendadak Lilian menahan kakinya membuat Noah terkejut, Leo hanya melirik tajam.

"Ada apa?"

"Papa...." Lilian menatap cemas dan kembali menggeleng sedih.

Noah langsung bisa membaca situasinya. "Bawa saja dia...."

Karena Leo tak mau bertele tele, jadi dia membawanya. "Haiz.... Baiklah.... Terserah, ikutlah aku," Noah menggendongnya, seketika Lilian tersenyum senang dan memeluknya.

"Papa," tatap Lilian dengan senang dan Leo hanya masih memasang wajah datar.

Sesampainya di sebuah bar bagian dalam, terlihat ada beberapa orang yang mengobrol di dalam ruang VIP bar dengan banyaknya makanan maupun minuman dari bar.

Ada Nona Walwes dan Direktur Mandara yang mengobrol dengan baik. Mereka menoleh ketika Leo datang. Tapi mereka terkejut melihat Lilian yang digendong Leo.

"Papa," kata Lilian dengan polos menatap Leo, seketika mereka berdua tambah terkejut dan semakin berpikir pasti.

"Leo! Tidak mungkin!!" mereka langsung histeris karena mereka berpikir Leo menghamili wanita.

"Apa?!" tatapan Leo tampak mengintimidasi, membuat mereka hanya menggeleng. "Ti... Tidak kok..." mereka tidak berani melawan Leo.

"Kalian singkirkan ini semua di depannya," tatap Leo dengan tajam.

Seketika pria dan wanita itu membuang dan menyingkirkan makanan dan minuman dewasa itu.

Lilian menjadi terkejut karena ruangan sekarang menjadi ruangan manis dan bersih.

"Kemari gadis manis," Nona Walwes menatap tersenyum.

Tapi Lilian kembali terkejut dan terpucat karena tatapan dan bau mereka seperti mengerikan.

"Kemari gadis manis," Direktur Mandara akan mendekat mengambilnya.

Tapi tiba-tiba Leo menampar tangannya, membuat Direktur Mandara terkejut.

"Kenapa kalian tidak mendengarku? Kalian harus bersih padanya!!!" teriak Leo seperti mengatur mereka.

"Haiz... Leo.... Apa kau tidak mengerti kita sedang berusaha?" Nona Walwes yang duduk itu menatap. "Kemari gadis... Kau begitu imut juga yah," tambahnya.

Lilian ragu dan menatap ke Leo. Lalu Leo sedikit mengangguk, dan Lilian berjalan mendekat ke mereka.

Seketika wanita itu mendekap manis Lilian. "Kya... Dia sangat imut, lihat rambutnya yang sangat khas, juga mata yang cantik..."

"Benar, sangat putih," kata Direktur Mandara. Lilian hanya terdiam panik dengan wajah sedikit merah.

"(I... Ini.... Kenapa sangat hangat, ini juga pertama kalinya aku... Dipeluk seperti ini... Kenapa mereka menghangatkan ku....)" Lilian berpikir diam.

"Bagaimana dia bisa seimut ini sih?" dia menatap gemas. Tapi Lilian tiba-tiba berbalik menatap mereka dengan manis. Seketika dia tambah gemas.

Tak lama kemudian wanita membuka pintu. Itu adalah putri Direktur Mandara yang terkenal sangat bebas. Carol nama nya yang selalu menggoda Leo.

"Hai.... Ayo mulai pestanya," Ia membawa anggur merah dan langsung menatap Leo dengan menggoda. "Ah Tuan Leo.... Rarw....." tatapnya membuat Leo hanya bisa menghela napas panjang.

Tapi Carol terdiam ketika melihat suasana dalam ruangan itu yang tak ada apa-apa, tak minuman dan makanan sama sekali.

"Apa yang terjadi?"

"Ada makhluk kecil di sini," kata Nona Walwes. Lalu Carol menoleh ke Lilian yang duduk di pangkuan Nona Walwes.

"Kya..... Dia sangat manis," Carol mendadak terkesan sambil ikut memeluk Lilian.

"Siapa gadis cilik ini... Gemas banget.... "

"Dia putri dari Leo."

"Apa?! Leo!!!" Carol histeris. "Bukankah kabarnya kau putus dengan pacarmu! Kenapa malah ada anak umur 5 tahun di sini?!!" tatapnya.

"Tutup mulutmu, dia bukan putriku dan umurnya sudah ada 8 tahun.... Dia adalah makhluk percobaan yang mau aku bicarakan..." kata Leo dengan wajah serius membuat mereka terdiam. Tapi mereka kemudian terkejut. "Apa?! Percobaan!?"

Setelah itu Leo menceritakan semua yang dia ketahui dari Informasi yang ada.

"Haiz.... Ya sudahlah... Yang penting dia imut.... " kata Nona Walwes.

"Kami akan melakukan nya Leo. Kami akan membantu mu menyembunyikan gadis ini, bagaimanapun juga hal itu lebih dari ilegal. Karena sudah ada 1000 anak lebih menjadi percobaan, hanya dia yang selamat dan terus di siksa..." tambah Direktur Mandara.

"Kita bahkan tak tahu, kelopak matanya menyimpan kepedihan nya..." Carol menatap prihatin juga.

Leo menjadi tersenyum sedikit melihat mereka menyukai Lilian. "(Itu akan membuat anak percobaan sepertinya senang, karena selama hidupnya hingga saat ini dia pasti tak pernah merasakan hal itu sebelumnya. Berada di antara orang yang menyukainya.)"

"Papa..." Lilian tiba-tiba saja beranjak dari pangkuan Nona Walwes tadi dan berdiri mendekat. Ia merasakan ada sesuatu yang mengganjal di hatinya ketika melihat Leo bersiap pergi. Sebuah rasa ingin tahu yang besar muncul di dalam dirinya.

"Aku akan pergi..." Leo berbalik, menatap Lilian dengan tatapan lembut. Lilian mengerutkan dahi, tak ingin melepaskan nya, meskipun baru saja mengenalnya. Ia berjalan mendekat, menggapai tangan Leo yang terlihat kuat dan pelindung.

Di sisi lain, Noah baru saja memasuki bar, terlihat sedikit tegang. Dengan langkah cepat, ia menghampiri mereka. "Leo, apakah semua sudah selesai?" tatap Noah, sorot matanya penuh pertanyaan, seolah ada sesuatu yang penting menanti mereka di luar.

"Yeah..." Leo menjawab singkat, melewati Noah dengan langkah mantap, diikuti oleh Lilian yang tidak ingin terpisah darinya.

Sementara itu, saat Noah akan ikut keluar, suara seorang wanita memanggilnya. "Noah..." Suara itu tegas dan familiar. Wanita itu terlihat penuh energi dan langsung mengobrol dengan Noah, membuat Leo dan Lilian keluar lebih dulu.

Dari sanalah, sebuah situasi tak terduga muncul. Caise, yang tidak jauh dari bar, melihat semua itu. Ia mengerutkan dahi, berusaha mengingat semua detail yang baru saja dilihatnya. Leo dan Lilian—seorang gadis kecil yang tak dikenal—keluar dari bar dengan aura kedekatan yang kuat.

Leo memang tak melihat Caise, tetapi Noah, yang sekilas melihat Caise di sudut ruangan, merasakan kehadirannya. Matanya menajam, memahami apa yang terjadi setelah mendengar Lilian memanggil Leo dengan sebutan "Papa." Muncul rasa tidak nyaman di dalam hati Noah, seakan ada yang salah dengan situasi ini.