"Cepat tangkap dia, jangan biarkan dia lolos!!" Seseorang berteriak di sebuah benteng jauh dari perkotaan. Dengan jalan yang bergenang penuh air hujan malam yang beberapa kali diinjak oleh kaki mereka.
Semua orang yang ada di sana berlarian mengejar sesuatu dan yang mereka kejar adalah seorang gadis cilik yang berlari dengan panik.
Gadis itu berlari dengan tubuh penuh luka dan pakaian yang kotor. Tembakan terus memburunya dan cahaya senter besar terus mengarah padanya.
Dia nampak berlari sangat panik dan memaksakan diri untuk berlari keluar dari sana hingga melihat pagar jaring besi yang terbuka di bawahnya. Untungnya dia berhasil menerobos gerbang penjagaan di sana dengan menggunakan tubuh kecilnya keluar lewat pagar jaring tadi.
"Dia lolos...!!" Seseorang di sana berteriak keras membuat semuanya mulai bergerak panik. Sebenarnya apa yang terjadi?
--
Malam itu adalah malam gelap dan penuh kesuraman milik sosok ini, di mana dia menjadi gelandangan dan tidur di gang kecil. Ia kedinginan dan kelaparan. Tak ada satupun orang yang menoleh padanya.
Sementara itu, di bar malam, keluar 2 orang pria. Pria itu begitu tampan dan bertubuh besar dengan jasnya yang menandakan bahwa dia orang penting. Siapa lagi jika bukan Leo dengan Noah yang terlihat mata miliknya terlihat agak panda. "(Aku terlalu banyak bekerja... Kurang tidur, apalagi Leo terus mengamuk di sini...)"
Ia tanpa pusing, tapi ia ingat sesuatu. "Leo, kau masih ingat soal Direktur Geun?"
Tapi Leo hanya terdiam sambil merokok sebelum masuk ke dalam mobil. Karena mereka berhenti berjalan untuk menunggu Leo selesai merokok sebelum masuk mobil sambil menikmati udara malam yang kotor.
Lalu Noah menambah. "Dia memiliki bisnis yang bekerja sama dengan laboratorium ilegal bagian barat daya, di sana ada laboratorium ilegal yang terus membayar polisi untuk menyembunyikan tempat mereka. Bukankah percobaan sudah tidak di legalkan. Ingat bagaimana direktur Geun meminta bantuan mu untuk mnyembunyikan tempat itu sebelum mereka melakukan percobaan? Hanya kau yang tahu keamanan polisi, jadi Direktur Geun meminta mu bekerja sama..."
"Aku tak peduli itu..." Leo menyela dengan suara lebih berat darinya. "Apa peduli ku soal anak anak yang di buat percobaan, biarkan mereka melakukan sesuka hati... Dunia kotor memang sudah di kuasai oleh yang lebih kotor..." liriknya dengan tajam. Lalu membuang rokoknya dan akan membuka pintu.
Tapi ia berhenti saat akan naik ke mobil dan secara kebetulan, aroma aneh membuatnya menoleh ke samping pada gang gelap itu. Dia terdiam serius sambil berpikir sesuatu. Perasaannya mengatakan hal yang sangat misterius di tempat itu.
"Leo?" Noah menatap bingung.
"Tinggalkan aku di sini, akan ku hubungi nanti, berikan kunci mobil padaku," bicaranya pada Noah yang semakin terdiam bingung.
"Ok?" dengan ragu dia kembali masuk ke dalam bar.
Setelah itu, Leo berjalan ke gang sepi dengan keadaan kota yang gelap malam. Ia lalu mendengar suara tangisan dan mencoba perlahan untuk mendekat ke sana dengan hati-hati dan waspada. Tapi itu bukan sesuatu yang berbahaya, melainkan dia hanya melihat ada gadis kecil yang menangis di bawahnya tepatnya di gang sepi itu.
Leo sempat terdiam tapi mendadak ada aliran bayangan hitam yang terlihat dan langsung menusuk ke hidung Leo membuat itu tercium olehnya.
"(Ini....)" Ia menjadi sedikit terkejut setelah mengetahui aroma tersebut. Dia yang tidak bisa berpikir banyak hanya bisa langsung menurunkan tubuhnya berlutut dan menatap gadis itu.
Gadis itu yang merasa ada seseorang di dekatnya, dia perlahan menengadah dengan matanya yang berwarna kuning emas.
"Kau...!" Leo menatap terkejut membuat gadis itu ketakutan tak berani menatapnya lagi. Sepertinya dia mengalami trauma yang berat pada orang lain, jadi dia tak berani menatap Leo.
Saat Leo akan menyentuhnya, tiba-tiba ia berhenti karena mendengar suara mobil polisi. Dia langsung menoleh ke arah suara sirene itu, menyadari itu membuatnya segera melepas jasnya dan memakaikan pada gadis itu yang kembali menengadah menatapnya.
"Pulanglah denganku," Leo memegang tangan gadis itu, tapi dia menolak dengan menggelengkan kepalanya, membuat Leo terdiam bingung. Gadis itu kemudian melepas jas mantel itu dan memberikannya pada Leo.
"U.... Un... Un..." Dia kembali menggeleng.
"(Apa dia tidak bisa bicara?) Ikutlah denganku, kau akan aman," Leo kembali menawar.
Lalu gadis itu terdiam khawatir, dia harus berpikir dua kali untuk mempercayai Leo yang sekarang berdiri dan mengulur tangan.
"Tak ada kesempatan kedua," tatap Leo dengan serius. Lalu dengan ragu gadis itu menerima uluran tangannya.
Leo tersenyum kecil dan mulai berjalan, tapi ia terkejut saat akan keluar gang; ada polisi yang turun dari mobil dan mereka sedang berpatroli.
Ia segera mengangkat dan menggendong gadis itu dengan tangan kirinya sambil menutupi gadis itu dengan jasnya. Ia juga berbisik pelan. "Senderkan kepalamu di dadaku."
Mendengar itu membuat gadis itu perlahan meletakkan kepalanya di dada Leo, membiarkan Leo memeluk dan menggendongnya.
Lalu 2 polisi itu benar-benar berpapasan dengannya.
". . .Selamat malam Tuan," mereka menyapa dengan sopan dan menghentikan jalan Leo. "Apa yang kau lakukan di sini?" tatap mereka.
"Ah, aku baru saja keluar dari bar, apakah ada masalah?"
"Bar ini? Apakah kita perlu mencurigai bar ini? Bar ini berjalan sesuai peraturan kan di sini?" Mereka menatap pada Leo yang langsung menjawab dengan wajah serius. "Tentu saja, apa ada masalah dengan bar ini? Kalian berpatroli di tempat yang salah?"
"Maaf Tuan, tapi kami tengah mencari seseorang. Ngomong-ngomong siapa dia?" Mereka menatap gadis yang dibawa Leo itu.
". . . Ini... Putriku, aku membiarkannya bermain tadi," Leo membalas tanpa ragu. Tapi 2 polisi itu melihat gadis itu sama sekali tidak bergerak.
Lalu mereka bersiap akan mengeluarkan pistol di pinggang mereka. "Tuan, apa itu benar putrimu? Kenapa kau membiarkan dia bermain sampai kakinya kotor dan terluka begitu? Apa kau baru saja menyiksanya, terlihat dari kakinya yang kotor dan terluka?" tatap mereka. Seketika Leo berkeringat dingin tak tahu harus apa.
"Dia juga tidak menunjukkan tanda-tanda kalau kau adalah papanya," tambah mereka.
Gadis kecil itu yang mendengar kata itu menjadi menatap pelan Leo, lalu ia memeluk leher Leo membuat mereka terkejut diam.
"Pa.... Pa," kata gadis itu. Mendengar itu 2 polisi itu tak jadi mengambil dan kembali menyimpan senjata mereka. Tak hanya mereka, tapi Leo juga tampak tak percaya mendengarnya.
"Maaf Tuan jika kami telah mencurigai mu, rupanya memang putrimu karena dia baru saja memanggil, tapi kami butuh kerja sama Anda. Anak 008 telah lari dari laboratorium ilegal... Dia anak percobaan yang hampir sempurna tapi sudah hilang, jika kau menemukan ciri-cirinya beritahu kami." Satu polisi itu memberikan selembar kertas foto gadis percobaan.
Leo terdiam bingung, lalu memilih untuk bertanya. "Kenapa polisi dikerahkan untuk mencari? Apakah sebuah percobaan harus diungkapkan? Kecuali pemerintah mendukung percobaan itu?" tatapnya.
Lalu mereka bersedia menjawab. "Percobaan itu telah disetujui oleh pemerintah yang mendukung, tapi pihak percobaan tidak memilih memberitahukan langkah-langkah untuk membuat percobaan itu, kami hanya menunggu hasil."
Mendengar itu membuat Leo mengangguk. "Aku mengerti...."
"Kalau begitu kami pergi, jangan lupa menghubungi kami jika menemukan."
"Ya... Aku akan menghubungi kalian. (Untungnya mantel ini menutupi kepala gadis ini, jika tidak, sudah terlihat siapa yang mereka cari.)" Leo mengangguk.
"Kalau begitu kami permisi," mereka berjalan melewatinya.
"(Dasar orang aneh. Apakah mereka tidak mengenaliku? Pasti mereka orang baru... Tapi memang benar.... Polisi mendukung pasti soal percobaan yang sedang berlangsung demi sebuah penelitian....)" pikirnya dengan serius. Tapi dia mencoba membuat itu bodoh amat.
Leo kemudian meletakkan gadis itu di kursi mobil dekat supir, ia juga memasangkan sabuk untuknya. "Tetaplah di sini, aku akan menutup pintu."
Tapi tiba-tiba gadis itu menahan tangannya, membuat Leo berhenti dan bingung. Gadis itu menatap memelas sambil menggeleng.
". . . Apa yang kau lakukan?... Aku hanya akan menutup pintu ini," kata Leo, tapi gadis itu semakin mengencangkan tangannya untuk menahan tangan Leo.
"(Apa dia tidak ingin aku tinggalkan?).... Hei jangan khawatir, aku hanya akan menutup pintu ini dan akan duduk di sampingmu," kata Leo.
Gadis itu kemudian terdiam sejenak ketika melihat Leo tak hanya bicara tapi juga menunjuknya dengan tangannya seperti isyarat untuknya, dan dia perlahan melepas Leo.
Lalu Leo tersenyum kecil dan menutup pintu, ia berjalan ke pintu mobil yang lain dan duduk di kursi supir.
"Lihat bukan, aku sudah di sini," tatap Leo. Lalu gadis itu mengangguk manis.
"Oh, kau sangat manis rupanya ketika tidak takut... Tetaplah duduk manis, aku akan membawamu pulang," kata Leo. Sepertinya bagaimanalah itu terjadi, dan bagaimanalah Leo mendapatkan gadis cilik itu.
Sesampainya di rumah, Leo menurunkan gadis itu dan memberikannya handuk.
"Mandilah dan bersihkan tubuhmu dulu," tatap Leo.
Tapi gadis itu hanya diam polos tidak mengerti membuat Leo tampak sedikit kesal. "Cih, aku baru ingat...." dia tampak berpikir sejenak, lalu tak lama kemudian Noah datang.
"Kau memanggil ku? Hah?!!" dia terkejut melihat gadis itu. "Sejak kapan?!"
"Nanti saja terkejut nya, sekarang mandikan gadis itu...." kata Leo yang berjalan pergi membuat Noah terdiam.
"Apa?!" dia tampak tak percaya, tapi ketika melihat ke arah wajah gadis itu yang masih menengadah menatapnya, seketika di mata Noah, gadis itu sangat manis, seperti sebuah salju yang sangat manis dan putih.
Noah menjadi gemetar memegang dadanya. "Sungguh tidak manusiawi," gumamnya lalu kembali menatap.
Kemudian terlihat Noah yang berlutut di dekat bak mandi putih dengan masih menggunakan baju rapinya, kemeja putih yang ia lipat lengan untuk tidak basah. Dia tentu saja tengah mengisi bak mandi itu dengan air hangat, hingga ketika dirasa sudah pas, dia menoleh ke gadis tadi yang menunggunya agak jauh dari bak mandi.
"Hei, kemarilah," tatap Noah, tapi gadis itu terdiam ragu, membuat Noah kesal. Namun entah kenapa, saat gadis itu menatap mata Noah, mata gadis itu yang berwarna emas menjadi bercahaya, membuat Noah terkejut melihatnya. "(Apa itu tadi?)"
Lalu gadis itu mau mendekat, seolah-olah dia baru saja melakukan riset pada mata Noah, seperti meyakinkan dirinya sendiri bahwa Noah tidak berbahaya.
"Baiklah, lepaskan bajumu..." Noah juga perlahan melepas baju gadis itu, dan seketika melihat tubuh telanjang gadis itu membuat gadis itu tampak malu.
"Bayi kecil, kau masih kecil... Jangan khawatir..." kata Noah, lalu dia mengangkat gadis itu dan membuatnya duduk di bak mandi. Noah mulai memandikan gadis itu perlahan.
Gadis itu tampak tak percaya saat dia sudah menyentuh air hangat, air yang sangat hangat membuatnya tampak tenang dan masih menatap Noah dengan polos.