Chereads / Tiger Meet Cat / Chapter 43 - Chapter 43 Oliver

Chapter 43 - Chapter 43 Oliver

"(Apa... Apa yang baru saja aku pikirkan, aku mimpi apa tadi... Kenapa aku bisa bertemu dengannya, astaga, aku sangat senang!) ... Kakak," Caise terkejut senang sekaligus tak percaya.

"Caise... Lama tidak bertemu, aku benar-benar kangen padamu," Oliver tanpa basa-basi langsung memeluknya.

"Ah..." Caise terkejut. Tapi ia harus menerima itu. "A...a... Aku juga sangat rindu pada Kakak, mau masuk dulu?" tatap Caise, lalu Oliver mengangguk dan ikut masuk.

"Kakak, bagaimana Kakak bisa sampai di sini?" Caise menatap.

"Yeah, kamu tahulah, hanya beberapa hal saja... Maaf ya, sudah meninggalkanmu sangat lama... Kau bahkan sudah tumbuh sangat cantik sekarang," Oliver menatap. Dia juga teralihkan pandangannya ketika melihat kucing-kucing Caise.

"Caise... Kau benar-benar memelihara kucing ketika tidak ada aku...?"

"Ah... Hehe... Yeah, mereka hanya sebagai temanku..." balas Caise sambil membuat teh di dapur.

Oliver yang mendengar itu menjadi terdiam bersalah. "Caise... Aku benar-benar minta maaf, kau pasti kesepian tanpa ada orang... Sepertinya aku terlalu berlebihan dalam pekerjaanku..." tatap Oliver.

Di saat itu juga, Caise terpikirkan ide. "(Ah, aku punya ide... Aku akan membuat Kak Oliver melupakan pekerjaannya yang berupa memburu Mas Leo... Aku harus berusaha melakukannya... Aku juga tak ingin Mas Leo digituin.) Iya... Itu benar sekali..." balas Caise membuat Oliver terdiam.

"Aku benar-benar kesepian, ini semua juga karena Kakak sendiri... Aku benar-benar takut bergaul dengan banyak orang, dan di sini, hanya Kakak yang aku percayai... Tapi Kakak malah pergi... Ini semua salah Kakak..." Caise pura-pura mengambek, membuat Oliver terdiam bersalah.

"Caise... Maafkan aku, ini mungkin karena pekerjaanku... Apa yang harus kulakukan supaya kamu memaafkan aku?" Oliver menatap.

"Aku hanya tak mau Kakak menjalani tugas sampai lama sekali, jika tak bisa melakukannya, ya jangan dilakukan," kata Caise.

"... Tapi... (Aku tetap harus membuat Leo masuk penjara...)" Oliver bimbang, tapi ketika ia melihat wajah Caise, ia menjadi terkejut diam dan menelan ludah. Sepertinya Caise memang bermaksud untuk menghasut Oliver.

--

Terlihat Tuan Mandara mengobrol dengan Nona Walwes di sebuah ruangan. Mereka tampak akrab dan begitu dekat.

Tapi siapa sangka, tiba-tiba saja pintu ruangan itu terdobrak begitu keras, membuat mereka menoleh dengan terkejut.

Rupanya Leo yang memegang pisau yang pernah diberikan Tuan Mandara padanya.

Mereka berdua yang melihat Leo dengan aura membunuh langsung terkejut.

"Le... Leo... Kenapa kau datang kemari dengan pisau?" Tuan Mandara langsung berdiri.

Tapi Leo berjalan mendekat dan langsung memegang kerahnya.

"Leo, hentikan!" Nona Walwes berteriak menghentikan.

Tapi Leo melayangkan tangannya, yakni melempar Tuan Mandara ke bawah. "Sialan kau!" Leo langsung berteriak, membuat Tuan Mandara gemetar.

Dia lalu menoleh ke Nona Walwes yang terpaku. Seketika, Leo memegang leher Nona Walwes dan mendorongnya ke meja. Tubuhnya tengkurap di meja. Leo benar-benar kehilangan kendali menyiksa mereka.

"Kalian melakukan ini padaku, padahal aku sudah susah-susah menuruti kalian, dan aku meminta kalian untuk menyembunyikan bahwa aku tidak bersangkutan dengan obat itu. Kenapa hukum bisa tahu aku juga memegang kendali obat itu?!" teriak Leo.

"Leo, dengarkan kami dulu... Ini semua kesalahan... Kau harus mengerti," Tuan Mandara berdiri dan meyakinkannya.

"Akh, bacot! Jika pekerjaan bisnis ini memang berjalan seperti ini, tidak usah sok-sokan sombong melakukan semua ini... Ujung-ujungnya kalian hanya menyerahkan hukum padaku, mentang-mentang aku dikenal mengendalikan hukum, kalian pikir hukum tidak memiliki orang yang egois dan akan selalu memandang kesejahteraan orang-orang yang harus kita manfaatkan... Kalian benar-benar sangat payah dalam berbisnis... Memanfaatkan aku begini, jika memang kalian berniat melakukan hal ini terus-menerus, aku akan keluar dari pekerjaanku saat ini juga!" tambah Leo.

Tapi Nona Walwes langsung berdiri dan memegang bahu Leo. "Leo! Pikirkan sekali lagi jika kau keluar dari pekerjaanmu... Kau akan tertindas banyak orang... Polisi juga bisa langsung menangkap mu."

"Itu benar, mereka akan menindasmu jika tahu kau tidak memegang usaha apa pun..." Tuan Mandara menambahkan.

"Cih, aku lelah dengan pekerjaan yang bahkan tak bisa membuatku tidur nyenyak... Sialan kalian semua..." Leo melepas tangan Nona Walwes dengan kesal.

"Leo, dengarkan aku dulu... Obat itu sudah aku simpan informasinya tapi entah kenapa, salah satu dari pengedar menjualnya pada polisi setempat, sehingga hukum tertarik untuk meneliti obat itu, mencari setiap lokasi dan saksi, dan kini kau harus tahu, siapa yang menyebarkan informasi itu..." kata Tuan Mandara.

"Memangnya siapa? Tidak ada yang bisa melakukan itu hanya untukku," Leo menatap tajam.

Tapi tiba-tiba ada yang mengatakan sesuatu. "Itu aku..."

Hal itu membuat mereka bertiga menoleh. Itu adalah seorang pria yang saat itu memperkenalkan dirinya pada Caise ketika dia menolong Caise. Virendra.

"Virendra?!" Tuan Mandara menatap tak percaya.

"(Pria itu... Dia yang saat itu...) Kau... Kau yang saat itu melemparkan belati padaku, membuatku harus memakan pil obat itu," Leo menatap serius.

"Apa maksudmu Leo, Virendra ada bersamaku di mana aku menyandera gadismu," Mandara menatap.

"Yang dikatakan Leo memang benar," Virendra menyela membuat suasana diam.

"Ketika aku sudah memperkenalkan diriku pada gadis itu... (Caise.) aku langsung menuju di mana Leo berada, dan membuatnya mati di sana, tapi kau benar-benar kuat dengan memakan obat itu untuk menghilangkan rasa sakit," tambahnya.

"Kau... Sialan... Kenapa kau bisa membuka mulut pada hukum?!"

"Karena aku membencimu," kata Virendra membuat Leo terdiam.

"Kau menindasku bahkan keluarga ku, dan pemikiranku hanyalah harus melampiaskan dendam padamu."

"Hmp... Memangnya dia juga tidak melakukan itu padaku?!"

"Aku tidak bisa sesabar kau, aku melampiaskan pada orang yang harus dilampiaskan, sekarang, terserah saja jika kau harus diburu hukum..." kata Virendra.

"Sialan... Kau akan mati di sini..." Leo mengeluarkan pisau yang ia bawa tadi dan langsung melesat.

"Leo!" Tuan Mandara dan Nona Walwes hanya bisa terkejut, hingga mereka bertengkar dan berkelahi di sana.

Mereka bertengkar hingga sama-sama terluka. Tapi di titik terakhir, siapa yang bisa mengalahkan Leo memangnya.

"Matilah!" Ia berteriak dan mengayunkan pisaunya seketika menusuk langsung ke jantung Virendra yang terkejut tak bisa menghindari itu.

"Orang yang berada di hadapanku, hanya akan menjadi rusa yang tertangkap," bisik Leo dengan tatapan tajam. Hingga perkelahian itu dimenangkan olehnya.

Leo mencabut pisaunya seketika darah segar terciprat ke mana-mana. Lalu perkataan terakhir Virendra, "Semuanya akan kau makan satu per satu..." Setelah itu dia terjatuh, meninggal di tempat.

"Leo... Kau... Kau membunuh asistenku," Tuan Mandara menatap kaku melihat itu.

Lalu Leo melempar pisau itu ke bawah dan mengatakan sesuatu. "Aku akan melupakan hal ini... Aku akan fokus ke pekerjaanku yang lain, dan menyisakan waktu untuk gadisku." Lalu dia berjalan pergi. "(Aku mendapatkan apa yang aku mau, tetapi aku lahir dari takdir yang keji...)"

--

Sementara itu, Caise masih bersama dengan Oliver. "Caise, apa kau tidak mencari pacar?" Oliver menatap lembut.

Di saat itu juga Caise terkejut tak percaya mendengar itu. "(Aduh... Apa yang harus aku katakan padanya... Aku tidak mungkin mengatakan bahwa Mas Leo adalah kekasihku... Aku sebaiknya berbohong.) Um... Mungkin tidak... Aku takut," balas Caise dengan pura-pura.

"Kenapa? Apa kau takut kau tak bisa mempercayai lelaki?"

"Ah, iya... Itu alasanku... Hehe..." Caise langsung membalas membuat Oliver terdiam bingung.

Tapi ia juga tersenyum dan mendekat, mendadak memegang dagu Caise. "Kau tahu, aku tidak bisa menganggapmu adik bukan, kalau begitu bagaimana jika kekasih?" tatapnya.

Seketika mata Caise membesar dan langsung menampar tangan Oliver, membuat Oliver terdiam.

"(Menjijikan...)" Caise tak bermaksud berpikir begitu karena sekarang tatapannya kosong, mungkin karena dia tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar dari mulut Oliver.

"(Padahal aku berharap untuk tidak memiliki ikatan kekeluargaan, dengan begitu Mas Leo berpikir bahwa Oliver bukanlah kakak kandungku, karena aku tidak memiliki saudara kandung dan sekarang, dia malah memintaku untuk menjadi kekasih, itu sama saja seperti ikatan juga... Aku tak mau memiliki ikatan hubungan dengannya lagi...)"

"Caise?" Oliver menatap khawatir.

Dan di saat itu juga Caise menggeleng menyadarkan dirinya. "Ma... Maafkan aku... Aku benar-benar minta maaf..." ia menatap.

Hal itu membuat Oliver khawatir. "(Aku tidak menyangka bahwa gadis kecil yang terlihat masih anak-anak, kini menjadi gadis yang sangat cantik dan imut... Apa aku memang harus meyakinkan Caise, ini sama saja aku menyukai adikku... Tapi dia memang bukan adikku...)"

Di sisi lain, Noah bertemu dengan Kazumi di sebuah kafe. "Maaf memanggilmu malam-malam di kafe 24 jam ini," kata Noah, duduk di hadapannya.

"Ini baik-baik saja, aku senang jika aku harus dibutuhkan," Kazumi membalas dengan baik.

"Ah, kalau begitu baiklah, apa aku boleh langsung bahas intinya?" tatap Noah, lalu Kazumi mengangguk.

"Apa kau tahu, siapa yang menyebarkan rumor soal obat terlarang itu? Karena ada seseorang yang keras kepala menuduh Leo berhubungan dengan obat itu. Apa ada orang lain di tempat di mana kita bertarung saat itu?" Noah menatap.

Kazumi terdiam sebentar. "Um... Yang aku lihat di sana, sesuatu yang aneh, yakni Virendra dari asisten Tuan Mandara sendiri. Dia ada terakhir kali aku menyerangmu dan kita bertarung. Aku tidak tahu apa yang dia lakukan di sana dan ketika kita sudah berdamai, kita menemukan bahwa atasanmu terluka parah," kata Kazumi.

"(Fiks... Virendra yang melakukannya... Leo pasti sedang membunuhnya sekarang... Haiz...) Memangnya, siapa itu Virendra, apa hubungannya sampai-sampai dia melakukan hal berani pada Leo jika tahu risikonya? Bukankah dia hanya karakter sampingan?" Noah menatap.

"... Dari yang aku dengar melalui atasanku ketika aku masih berada di organisasi terminator itu... Virendra dulunya adalah pengikut setia Leo dari atasannmu, tapi kepercayaan yang sia-sia membuatnya harus tersiksa karena dia terus ditindas hingga ia membenci keluarga milik atasanmu. Mungkin karena hal itu dia melakukan tindakan berisiko pada atasannmu," kata Kazumi membuat Noah terdiam. "(Atasanku? Maksudnya Leo?)"

"Aku tidak tahu pasti apa yang terjadi, aku hanya berpikir bahwa ini semua memang sudah jelas siapa yang sengaja menjebak Leo..." kata Kazumi membuat Noah semakin terdiam.

"(Aku khawatir pada Caise.... Bisa jadi Oliver sekarang menemui Caise kan?)"