Chereads / Tiger Meet Cat / Chapter 37 - Chapter 37 Fire Work Love

Chapter 37 - Chapter 37 Fire Work Love

Caise terdiam memandang jendela dari kursinya. Ia terdiam meratapi sesuatu, lalu menghela napas panjang. "(Sepertinya aku tidak akan ke festival itu....)"

Tapi tiba-tiba pintu bel berbunyi. Ia berjalan membukanya dan terkejut melihat Leo membawa buket bunga mawar seperti biasanya. "Caise... Ayo pergi bersamaku," kata Leo sambil membuat senyuman manis di wajahnya.

"Mas Leo... Ke... Kenapa bisa... Apa kau sedang tidak sibuk?"

"Tidak... Aku kemari hanya untukmu."

"(. . . Mas Leo... Kemari hanya untukku?!)" Caise terdiam memerah. Dia benar-benar sangat malu.

"Tunggu apa lagi, sebelum kita ketinggalan kembang apinya," tatap Leo dengan lembut.

"Ah, um... Bisakah aku menggunakan kimonoku?" Caise menatap dengan wajah malu.

"Kimono? Bisa, bisa... Aku akan menunggumu," Leo mengangguk cepat.

"Kalau begitu, tunggulah aku di dalam," kata Caise, lalu Leo masuk ke dalam. Meskipun Leo juga berpikir sesuatu. "(Hm.... Jadi, Caise punya Kimono sendiri, padahal tadi aku ingin membelikan nya kimono yang pasti akan terlihat cantik padanya, tapi mungkin dia akan cantik dengan kimono miliknya....)"

Tak lama kemudian, ketika Leo duduk di sofa dengan kucing-kucing Caise menemaninya, ia mendengar Caise keluar dari kamar dan menoleh.

Seketika wajahnya tak percaya melihat itu. Caise dengan kimono sakura dan rambut tergulung, begitu sangat cantik, dan dia menatap dengan wajah malu.

"Caise..." Leo menatap terpesona.

"Um... Sebenarnya, ini baju tahun lalu, aku tidak menyangka masih bisa aku pakai..." kata Caise dengan wajah malu, tapi ia terdiam tambah malu karena Leo hanya terdiam.

"Um, Mas Leo? Apa Mas Leo baik-baik saja? Apa ada sesuatu? Apakah aku tidak cocok dengan kimono ini?" tanya Caise.

Seketika Leo tersadar. "Ah, tidak... Maksudku, kau sangat cantik Caise...." kata Leo seketika Caise berwajah sangat merah. "Be.... Begitu yah..."

"Caise... Aku benar benar harus memujimu beberapa kali, kau sungguh sangat cantik...." tatapnya.

Caise terus berwajah merah membuatnya menggeleng cepat agar tak tergoda Leo. "Ehem... Kalau begitu, ayo berangkat, maaf ya lama tadi," tatap Caise.

"Tidak masalah...." Leo mengulurkan tangan membuat Caise terkejut melihat itu.

"Mas Leo... Apakah aku... Boleh?" dia tampak berwajah sangat malu. Lalu Leo mengangguk dan Caise menerima uluran tangan nya. Ketika tangan mereka saling menyentuh, ada listrik cinta yang terhubung membuat Caise terkejut memegang dadanya dan bernapas cepat. "(Apa.... Apa itu tadi, kenapa rasanya.... Sungguh sangat nyaman...)" dia tampak tersenyum dan Leo juga tersenyum lembut.

Lalu Leo berjalan dan mereka pergi ke festival itu.

Di sana, festivalnya sudah ramai, ada banyak juga yang berjualan di sana.

"Wah, sangat ramai sekali... Sudah terlihat mereka juga ingin melihat kembang api," Caise menatap terkesan.

Leo berjalan mengikutinya, tapi ia menatap ponselnya, dia mengirimkan pesan pada Noah.

Di sisi lain, Noah sedang merokok di dinding jalanan dan mendapatkan pesan dari Leo. Ia bingung ketika membacanya.

== Bawakan aku tusuk rambut cantik, aku tunggu di festival, jika perlu, ambil dari kediaman Tinta ==

Hal itu membuat Noah terdiam bingung dan menghela napas panjang. "(Mentang-mentang kau tidak membawanya, memangnya harus aku yang membelinya....)" ia terpaksa menuruti perintah Leo. Tapi ia berwajah baru sadar. "(Eh tunggu?! Ambil dari kediaman Tinta? Itukan peninggalan sejarah paling luar biasa... Apakah dia yakin akan memberikan nya pada gadis seperti Caise....?)"

Terlihat semua pasangan berjalan bersama menikmati festival malam itu, dan Caise mendekap tangan Leo seperti pasangan wanita lain. "Mas Leo... Terima kasih telah menemaniku kemari," tatap Caise dengan senang.

"Tak masalah, Caise," balas Leo. Tapi ia merasa ponselnya berbunyi, lalu mengambilnya dari sakunya.

"Oh, lihat Mas Leo... Ayo main itu," Caise menarik tangan Leo ke seorang pria yang berada di depan tiga gelas.

"Ada satu dadu yang harus ditebak... Aku ingin main," kata Caise.

"Baiklah, Nona, kau mau main?" tatap orang itu.

"Ya... Sekali saja," Caise membalas dengan senang, sementara Leo berdiri diam sambil mengetik di ponselnya, layaknya pasangan yang tidak peduli apa-apa. Tapi percayalah, dia sedang mengetik pesan pada mereka yang chat padanya.

Orang itu memutar gelas berisi salah satu dadu di sana lalu berhenti.

"Baiklah, Nona... Silakan tebak gelas mana yang berisi dadu."

"Uhm... Ini," Caise menunjuk tengah dengan ragu, lalu orang itu membukanya, dan rupanya kosong.

"Ah, aku mohon satu kali lagi. Mas Leo, ayo bantu aku," Caise menatap, lalu pria itu kembali memutar gelas.

Leo terdiam menyimpan ponselnya dan menatap gelas yang sudah berputar, lalu pria itu menghentikan putarannya.

Caise terdiam lalu ragu menunjuk yang kiri. Saat dibuka pria itu, rupanya kosong.

"Haiz... Terima kasih," Caise kecewa dan akan pergi, tapi Leo mengambil gelas yang paling kanan. Dan rupanya dadu itu ada di sana.

Hal itu membuat Caise dan pria tadi terkejut.

"Tuan... Biarkan dia yang bermain," kata Caise, lalu pria itu memutar gelas kembali, dan Leo mengambil gelas yang tengah setelah diputar, dan rupanya ada dadu di sana. Dia benar-benar menemukan dadu yang bersembunyi itu.

Si pria kembali memutar tiga gelas itu, dan kali ini Leo berhasil lagi.

"Hebat!" Caise menjadi terkesan.

Leo hanya tersenyum sombong.

"Mas Leo... Bagaimana caranya itu tadi, sangat keren," kata Caise sambil kembali berjalan bersamanya.

"Itu hanya hal yang biasa untukku," Leo membalas dengan wajah sombong dan merangkul Caise dengan hangat.

Kebetulan di saat itu juga, Leo terdiam melihat seseorang, yakni Noah dengan Inei yang sedang tertawa bersama di sana, hanya berdua.

Caise pun juga melihatnya. "Apa itu, Mas Noah? Dan pacarnya?" tatap Caise.

"Yeah..." Leo membalas.

Dan kebetulan Noah melihatnya bersama Inei. Mereka lalu mendekat.

"Mas Noah, apa kalian menikmati festival ini juga?" Caise menatap.

"Ah, iya... Benar sekali," Inei yang menjawab. Sepertinya dia mengalihkan perhatian Caise, dan di saat itu juga, Noah mengeluarkan kotak kecil panjang yang cantik, dia memberikannya pada Leo yang menerimanya.

Lalu Noah berkata sesuatu. "Itu berharga lebih dari satu rumah besar... Tukarkan uangku setelah ini, nasib baik orang kediaman mau memberikan nya atas nama Leo," kata Noah.

Leo hanya membalas dengan datar. "Yeah, baiklah, sekarang pergilah," dia mengusir.

Lalu Noah memegang tangan Inei.

"Eh, kalian akan pergi? Kenapa tidak pergi bersama-sama melihat kembang apinya?" tatap Caise yang bingung.

Tapi Leo ada di belakangnya memegang bahunya, membuat Caise menoleh. "Aku lebih suka jika kita menikmatinya hanya berdua," kata Leo sambil membuka kotak itu tanpa diketahui Caise yang hanya mendengar kalimat itu tadi yang membuatnya berwajah merah.

Leo memegang rambut gulungan Caise dari belakang, membuat Caise terdiam. Leo memasangkan tusuk rambut yang terlihat sangat cantik secara perlahan. Cocok dengan kimono yang dipakai Caise.

Berbentuk seperti pedang dan ada gantungan sakura di sana, berkilau dan tampak antik tapi begitu menawan.

Lalu Leo berbisik, "Kau sungguh cantik...." Dia juga memeluk Caise dari belakang.

Lalu Caise membalikkan tubuh dan memegang dada Leo mendekat. "Mas Leo... Apa yang kau berikan padaku?" tatap nya.

Leo hanya tersenyum kecil, dia lalu mencium kening Cause membuat Cause tambah berwajah merah.

"Caise... Selama ini, aku melakukan kesalahan besar, melibatkan mu dalam hal yang berbahaya, dan aku menyesal melakukan itu... Aku benar benar minta maaf, aku akan menjaga mu hingga kau benar benar percaya padaku, Caise..." tatapnya sambil membelai kepala Caise dengan lembut.

"Mas Leo..." Caise menatap sungguh terharu. Dia juga menatap dengan wajah yang begitu menggoda.

Leo memegang tangan Caise dan mendekat, mereka akan melakukan ciuman.

Tapi Caise tiba-tiba berhenti dan belum melakukan ciuman itu, membuat Leo juga terdiam bingung. "Ada apa, Caise?"

"Itu..." Caise menatap Naya yang duduk terdiam di bangku taman festival itu. Dia sendirian dengan wajah yang begitu sedih.

"Siapa?" Leo menatap bingung.

"Itu, teman ku, kenapa kau terus melupakan nya? Aku akan mendekat," Caise berjalan duluan dan mendekat ke Naya.

"Naya..."

"Caise!!" Naya menoleh dan terkejut.

"Sedang apa kau di sini sendirian... Di mana... Kekasihmu?"

"Dia pergi," Naya membalas sambil kecewa.

"Apa... Jangan bilang kalau-

"Dia tertarik dengan wanita malam itu yang datang menggodanya, aku tahu dia wanita malam karena dia baru saja keluar dari bar dengan pakaiannya... Aku akan meminta putus padanya saat dia keluar bar itu," kata Naya.

"Astaga... Benar-benar menjengkelkan," Caise ikut kesal.

"Ah, kau baik-baik saja kan, jangan begitu sedih... Begini saja... Mas Leo, bisa tolong temani dia di sini, aku akan membeli sesuatu untuknya," kata Caise.

"Tapi, Caise—

"Tak apa... Temani dulu," Caise membuat Leo duduk di samping temannya itu.

Lalu dia berjalan pergi meninggalkan mereka.

Leo hanya terdiam, menghela napas dingin, lalu mengeluarkan ponselnya mengetik pesan untuk siapa pun yang menghubunginya.

Lalu Naya yang melihat itu menjadi terdiam dan kembali sedih. "(Rupanya memang benar, bahwa lelaki yang baik itu tidak ada sama sekali.... Aku benar-benar salut pada pria ini yang sepertinya menyukai Caise, dia bahkan tidak melirikku sama sekali dan lebih menatap ponselnya....)" ia tampak begitu kecewa. Lalu dia yang sedih mengatakan sesuatu.

"Apa aku terlihat mengerikan?" tatapnya pada Leo yang mendengar itu.

Lalu Leo terdiam mendengarnya sambil menoleh padanya, dia sendiri melihat sekitar. Lalu menjawab itu tadi. "Kau sangat mengerikan."

Mendengar itu, Naya menjadi sedih lagi.

"Namun itu bagus," kata Leo. Seketika Naya menoleh padanya dengan terkejut.

"Ketika kau jelek dan seseorang mencintaimu, itu berarti dia mencintaimu apa adanya. Orang cantik tak tahu harus percaya kepada siapa," Leo menambahkan sambil melihat langit.

"Jadi, itu alasan mu dekat dengan Caise?" Naya menatap.

Leo yang mendengar itu menjadi terdiam, ketika dia mendengar nama Caise dari suara orang lain, dia terus terbayangkan wajah Caise. "Dia.... Dia sangat cantik, dia juga imut... Aku tak bisa mengatakan bahwa aku cinta padanya melalui apa... Takdir mengikat kita dan aku menyukai nya... Meskipun aku tahu, suatu saat Caise tidak akan percaya padaku ataupun membiarkan ku pergi...." kata Leo.

Perkataan itu membuat Naya terdiam tidak mengerti. "(Apakah dia mencoba mengatakan bahwa Caise belum menyukai nya sepenuhnya tapi dia sudah melakukan apapun untuk Caise percaya padanya....)"