Dipercakapanya berbicara dengan Noah di ponsel, mendadak Leo menoleh ke Caise yang memandanginya, di saat itu juga Caise terkejut dan segera menundukan pandanganya.
"(Astaga... Dia benar benar melihat ku... Apa yang harus aku lakukan...?!?)" Caise benar benar berwajah merah sangat merah membuat Leo terdiam bingung melihat wajah merah Caise.
"Ada apa Caise... Apa kau sakit?" Leo mendekat. Dia berlutut mendekat.
"A... Tidak...Aku tidak uh...!?" Caise terdiam ketika Leo menempelkan keningnya ke kening Caise. Hal itu membuat Caise semakin memerah. Karena wajah mereka sangat dekat karena hal yang di buat Leo itu.
". . . Kau tidak demam, tapi kenapa wajahmu merah?" Leo menatap bingung.
"A.... Kenapa kamu membuat ku sangat aneh!" teriak Caise membuat Leo terdiam.
"Kenapa harus menempelkan kening, memakai tangan kan juga bisa."
". . . Kening lebih akurat, jika tidak suka, aku bisa memakai lidah untuk mu," kata Leo.
"Apa?! Pelajaran apa itu, mengukur suhu menggunakan lidah...?!"
"Haha, jangan salah... Itu adalah salah satu tindak paling romantis, aku tahu kau juga menyukai nya, ya kan?" Leo menatap.
"Apa... E... Tidak sama sekali..."
"Hm.... Tapi, ini hanya bisa aku berikan padamu," Leo menjadi memasang wajah kecewa membuat Caise terdiam menatap itu.
Leo benar benar kecewa dan sedih.
"(Kenapa aku seperti melihat kucing kecil.....) Em.... I-itu aku baik baik saja... Aku benar benar tidak keberatan sekarang," Caise menatap.
Seketika Leo kembali senang. "Benarkah, kau mau aku melakukan nya..."
"La... Lakukan ketika aku demam saja, jangan sekarang...(Aku harap aku tak pernah demam agar dia tidak bisa melakukan nya...)"
"Ya, baiklah," Leo membalas dengan ceria, jika dilihat, ekor nya sedang kemana mana bergerak lambat menandakan dia menyukai suasana nya.
"(Dia lucu juga sebagai seorang pria dengan penampilan mengerikan... Aneh sekali bukan.... Mungkin aku hanya akan menganggap nya orang yang sok kriminal.... Tapi padahal sifat nya seperti anak kecil....Haha...) Anu.... Mas Leo... Ngomong ngomong berapa umur Mas Leo?" Caise mencoba mengalihkan suasana.
"He~ kenapa, apa aku harus mengatakan biodataku Caise?"
"E... Tidak... Maksudku aku hanya ingin tahu..."
"Hm... Umurku 23 tahun."
"23 Tahun?! (Itu memang benar dia masih muda...) lalu berapa tinggi Mas Leo?"
"Ah, tinggiku 192," Leo membalas.
"(192! Aku bahkan hanya 155 pantas saja aku tak sampai pundaknya,)" Caise menjadi terkejut sendiri.
"Apa kau beneran tinggal disini?" tanya Leo sambil melihat sekitar. Kucing kucing nya Caise bahkan juga naik ke pundak maupun ke pangkuan Leo.
"Ya... Em, aku hanya ditemani kucing kucingku saja... Dan lihat, mereka suka padamu," kata Caise.
"Sebenarnya... Aku bertanya tanya, bagaimana kau bisa mengangkutku ke rumah mu ini Caise?" tanya Leo.
Seketika Caise terkejut. "E....Em... Aku... Menyeret mu," kata Caise seketika Leo terkaku.
"(Pantas saja.... Baju ku kotor terus jika diselamatkan olehnya....)" ia menjadi suram.
"Um.... Maafkan aku.... Aku tidak mungkin meminta bantuan karena kamu sendiri yang menolak dan melarang ku, aku benar benar minta maaf.."
"Haha tak apa....Lagi pula jika kau mengangkat ku pasti akan berat, tak apa," kata Leo.
"Beneran...?" Caise menatap tidak nyaman.
"Yah... Aku berterima kasih padamu seharusnya dan aku benar benar kagum padamu karena kau menyelamatkan ku tanpa bantuan rumah sakit."
"Ah benar, bagaimana dengan luka nya Mas Leo?" tatap Caise.
"Itu sudah baik baik saja."
"Eh tapi mana mungkin luka itu bisa sembuh begitu saja."
"Kau mau mengeceknya?" Leo mengangkat bajunya sendiri. "Ahh!" Caise terkejut menutup matanya tapi ia mengintip dan melihat, Caise masih melihat perut samping Leo yang masih di perban.
Tapi Caise sempat terdiam ketika melihat sebuah tato yang terlihat dari punggung Leo.
"(Mas Leo... Punya tato di punggungnya kah, kira kira seberapa besar... Apa dia dari suatu geng? Dan untuk tubuh sepertinya dia sudah memiliki sixpack,)" Caise menjadi memerah sambil menelan ludah.
Lalu ponsel Leo tiba tiba saja berbunyi, ia mengangkatnya langsung karena dari Noah.
Noah = "Aku sudah mendapatkan nya, dimana kau sekarang?"
Leo = "Simpan saja dulu, aku sedang sibuk."
Noah = "Tidak bisa begitu bodoh, sebelum aku kehilangan nya lagi."
Leo = "Cih... Terserah," Leo mengakhiri panggilan.
Lalu menatap Caise yang dari tadi memandanginya.
"Er... Apa ada sesuatu di wajahku Caise?" tatap Leo.
"Ah... Maafkan Aku... Aku benar benar minta maaf..." Caise menjadi menyeret tubuhnya mundur dengan salah tingkah.
"Kalau begitu, aku pergi dulu," Leo berdiri dengan senyumannya.
Hal itu tentu saja membuat Caise memerah. Lalu Leo berjalan ke pintu. Tapi ia berhenti dan kembali lagi, menoleh pada Caise yang salah tingkah.
"Kau, tidak mau menahan ku?" Leo menatap.
"Eh... Apa?..."
"Aku akan meninggalkanmu pergi, apa kau tidak akan merindukanku?"
"Ha-kenapa aku..."
"Haha wajahmu merah lagi."
"I... Itu tidak benar," Caise membuang wajah malunya.
"Baiklah.. Love you," kata Leo lalu dia pergi.
"(L-l-love... Love!!)" Caise manjadi terkaku mendengar itu. Dia benar benar berwajah merah.
"Akhh.... Bagaimana bisa kau memperlakukan ku begini... Aku benar benar sungguh sangat malu," ia berguling guling tidak jelas. Kucing kucing nya bahkan terdiam menatap tingkahnya.
"(Tidak tidak.... Aku tak mau kehilangan kendali lagi dan lagipula tak ada yang bisa aku lakukan lagi... Ini adalah takdir karena dia sudah dipertemukan dengan ku dalam mimpi ku...)"
Ia terdiam lalu teringat sesuatu, ia berjalan ke sebuah rak dan membuka rak itu. Tampak ada sebuah bingkai foto, ia mengambilnya dan tersenyum kecil. "(Untungnya dia tidak melihat foto apapun di sini ketika aku menolong nya... Jika dia melihat ini, apa yang terjadi nantinya....)" pikir Caise. Di bingkai itu ada foto 3 orang yakni dia dan orang tua nya, dia masih sangat kecil dan anehnya wajah orang tuanya sama sekali tak terlihat seperti apa karena debu maupun bayangan menutupinya.
Esoknya, Caise berjalan ke sekolah sambil masih memikirkan Leo.
"(Sebenarnya, dia siapa? Kenapa aku mengalami hal ini? Ini pertama kalinya aku mendengar seseorang yang tampan sepertinya mengatakan ingin menjadikanku pacarnya. Tapi meskipun dia berwajah seperti itu, dia membuat dirinya terlihat salah. Apa yang terjadi? Sikapnya benar-benar berkebalikan dengan penampilannya... Penampilannya menyeramkan, tapi kenapa dia seperti anak kecil yang menuntutku ingin menjadi pacarnya?)"
Dia terus memikirkan Leo.
Hal yang belum pernah dia ketahui adalah bahwa Leo menggunakan sikap yang berbeda padanya, dan sekarang, Leo menunjukkan sikap aslinya.
"Hagghh!! Kurang ajar! Apa kau tahu betapa sulitnya menghadapi ini?! Dokumen ini salah!" Leo melempar banyak kertas ke depannya, rupanya ke arah Noah.
"Jika aku tidak mendapatkan hak tanah milik rumah itu, bagaimana bisa aku mengeluarkan tenagaku hanya untuk berteriak pada pemiliknya? Bagaimanapun juga... Dia telah berutang banyak padaku..." Leo kesal, benar-benar sangat kesal, sementara Noah hanya terdiam dan menghela napas panjang.
"Dokumen-dokumen yang ada di kantormu... semuanya sudah berantakan, dan aku pasti susah mencari mana yang belum diambil haknya..."
"Apa susahnya? Tinggal cari satu per satu, berikan padaku mana yang belum aku ambil dan mana yang harus kubunuh karena utang yang menumpuk."
"Hahh! Kau pikir itu tidak membuang waktuku?! Jika dari awal kau meletakkan dokumen sebanyak itu secara perlahan, ini tidak akan terjadi. Aku juga tidak akan susah-susah mencarinya! Kau harimau kampungan!" Noah berteriak kesal, akhirnya menunjukkan kekesalannya.
"Silakan sebut aku apapun, aku hanya akan mengurangi gajimu nanti," kata Leo.
Seketika Noah terkaku. "Ck... Terserah, inti dari semua ini adalah bahwa aku ikut denganmu karena aku satu-satunya yang kau percayai. Seharusnya kau juga bangga padaku..." gumam Noah kesal, lalu mengambil kertas-kertas itu.
Namun, ia teringat sesuatu tentang Caise. "Hei Leo... Aku dari awal bertanya-tanya tentang gadis itu..." ia menatap serius ke arah Leo yang masih berdiri dan sedang menyalakan rokok.
"Apa?! Kau ingin tahu soal dia?! Aku tak akan segan-segan menghabisimu jika kau mencari tahu soal dia."
"Ck... Aku hanya bertanya-tanya bagaimana kau menggunakan sikapmu yang berbeda padanya, hanya padanya. Padahal kau dengan gadis bulan itu tidak pernah bersikap seperti itu. Apa dari dulu kau bersama gadis bulan itu hanya sebatas sesuatu yang tidak nyata?" kata Noah.
Seketika Leo terdiam, dan saat itu juga ujung rokoknya yang telah habis jatuh. "Apa aku terlihat seperti itu?"
"Yeah... Kau baru sadar dengan perlakuan dirimu sendiri? Aneh sekali..." Noah melirik.
"Apa... Tidak mungkin, aku tidak tahu kenapa aku bisa terpancing olehnya... Maksudku, tubuhku ke sana sendiri."
Noah terdiam mendengar itu. "(Yeah... Itu namanya cinta... Cinta yang hilang dari dalam jiwamu yang penuh api... Mungkin aku ingin memberitahu gadis itu nanti... lain kali.)"
Sementara itu, Caise masih berjalan dan kembali memikirkan Leo.
"(Mas Leo... Kira-kira, apakah ini memang benar benar cinta? Tapi apakah aku perlu menjalin hubungan dengan seorang gangster? Aku tahu dia gangster adalah dari mimpi tidur ku sendiri, aku hanya harus berpura pura aku tidak tahu soal dia di depan nya,)" Caise terdiam bingung.
Tanpa disadari, di depannya ada Noah. Noah berhenti di depannya, menghalangi jalannya, membuat Caise terdiam dan menengadah menatap Noah yang menyilangkan tangannya.
"Kau masih ingat aku, bukan?" tatap Noah dengan wajah serius. Lalu Caise ingat saat mereka bertiga bertemu. Itu saat Leo menyadari keberadaan Caise.
"Um... Aku ingat... (Itu lelaki yang memasang wajah tak percaya ketika Mas Leo mengatakan sesuatu padaku... Ini benar-benar aneh, aku baru sadar dia memasang wajah tak percaya saat itu. Ini membuatku semakin yakin bahwa sikap Mas Leo bukanlah seperti anak kecil...)" Caise terdiam, tubuhnya mulai gemetar karena aura yang dikeluarkan Noah benar-benar tidak nyaman.
"Kau ingat aku, kalau begitu siapa aku?"
"(Eh, mana aku tahu... Mas Leo tidak memberi tahu.) Aku... Tidak tahu," Caise menggeleng dengan wajah malu.
"Haiz... Aku Noah. Aku bukan teman atau siapanya dia, tapi aku orang yang mengurus dokumen kehidupan Leo."
"Eh... Maksudnya..."
"Kau mana tahu, kau bahkan tidak tahu Leo seperti apa."
"(Be... Benar juga, aku tidak berhak tahu hubungannya dengan Mas Leo karena aku tidak tahu Mas Leo orangnya seperti apa, bukan karena pekerjaan, jika pekerjaan aku tentu saja tahu secara diam diam, tapi jika soal sikap, aku masih harus berpikir lebih banyak,)" Caise menundukkan wajah, kecewa.
"Kau harus sering bicara denganku juga. Katakan padaku apa yang dia lakukan, karena aku juga penasaran dengan Leo. Dia tak pernah bersikap seperti itu."
"Jadi... Sikap itu hanya untukku?"
"Untuk saat ini mungkin. Kau seharusnya beruntung bisa didekati olehnya, bisa mendengar suaranya, karena sebelumnya... Wanita-wanita yang bersamanya hanya berakhir lebih buruk dari kehidupan mereka sendiri," kata Noah, membuat Caise terkejut.
"A... Apa maksudnya?"