Drink a Sip of My Peju Then Your Wish Will Come True (Bahasa Indo)

🇮🇩xiaokedun
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 10.1k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Chapter 1

Langit begitu gelap dihiasi bintang-bintang dan rembulan, membuat suasana malam hari tak lagi menyeramkan, malah terkesan indah, seindah tatanan kota yang sedang disinari cahaya lembut kedua macam benda angkasa tersebut.

Kota Rakbert namanya, sebuah kota kecil yang berada di ujung selatan Provinsi Doclea, salah satu provinsi yang ada di negara Aglington. Bila dilihat melalui bola dunia, akan terlihat negara ini berada di sisi lain Negara Oceania. Jaraknya sungguh sangat jauh sekali dari Negara yang disebut pusatnya teknologi, itu artinya teknologi yang ada di negara ini tak secanggih di sana.

Namun pokok pembahasan di sini bukan tentang teknologi, melainkan pemandangan, kota ini cukup indah dengan berbagai macam bentuk arsitektur kuno bangunannya, lampu neon dari papan iklan yang sangat memanjakan mata, gemerlap cahaya yang berasal dari kendaraan yang berlalu lalang atau gedung-gedung tinggi, dan yang paling menarik adalah bukit yang berada di tengah-tengah kota tersebut.

Pemandangan yang sangat kontras sekali, kota penuh dengan cahaya lampu, sementara bukit sangat gelap gulita. Meski gelap, serta terkesan sedikit angker, masih ada saja orang yang berani tinggal di sini dengan santainya.

Berada di puncak bukit, si pemberani itu masih dalam setelan pakaian SMA-nya, terlihat sedang duduk di atas batu besar, menikmati rokok dan sebotol minuman keras sambil memandang perkotaan dengan tatapan kosong.

Dia adalah MC novel ini, Greysen Edric Greysen Edric adalah nama MC -->namanya, berusia 18 tahun, tahun ketiga di salah satu SMA populer di kota ini, SMAN 3 Rakbert. Seperti hari-hari biasa setelah jam sekolah berakhir, dia akan menyempatkan diri ke sini, menghabiskan hari-hari dengan melamun tentang masalah hidupnya.

Jangan bertanya tentang 'Masalah apa yang bisa menghampiri seorang bocah SMA?!', masalah datang tidak memandang usia, siapa, dan di mana, sehingga dia yang masih bocah juga memiliki masalahnya sendiri.

Dari sekian banyak masalah, yang diratapinya hanya mengapa dia tidak dilahirkan di keluarga yang benar dan bagus seperti teman-temannya. Ayah-ibunya bercerai saat usianya tepat menginjak sekolah dasar kelas 4, bukan perceraian yang menjadi pokok permasalahan, melainkan tanggung jawab mereka sebagai orang tua. Tidak ada di antara mereka yang memperebutkan hak asuh dirinya, meninggalkan dia begitu saja ke panti asuhan, dan melupakannya.

Dipikirkan lebih dalam, seharusnya bukan salah mereka. Pada saat itu dirinya memang sangat bandel, muka tidak ada imut atau ganteng-gantengnya, secara akademik juga rangking terbawah terus. Jadi wajar, tidak ada di antara mereka yang menginginkan dirinya.

Bila ditanya adakah perasaan benci kepada mereka, no debat jawabannya sudah pasti ada, dia akan menjadi orang bodoh jika tidak membenci mereka. Mereka enak-enakan dengan keluarga baru masing-masing, sementara dia harus banting tulang, kerja keras tiap hari untuk bisa sampai di keadaannya saat ini.

"Seumpama takdir mempertemukan mereka lagi, aku pasti akan menghancurkan keluarga baru yang mereka berdua miliki!" Melampiaskan emosinya, dia sekuat tenaga melemparkan botol kosong yang ada di tangannya.

Botol itu melambung jauh sangat tinggi, saking jauhnya mustahil dicapai oleh anak berusia 18 tahun biasa, tapi tidak untuk dirinya. Sejak orang tua meninggalkannya, komitmen untuk berubah muncul, hingga akhirnya terbentuklah dia yang sekarang. Bertubuh kekar bak binaragawan, pemegang sabuk hitam di setiap dojo seni bela diri yang notabene tingkat tertinggi, tidak lagi jelek berkat perawatan kosmetik, dan dari segi akademik tidak sebodoh dahulu. Dari sekian banyak hal yang berubah, hanya ada satu hal yang sama sekali tidak berubah tentang dirinya, yaitu kebandelannya, bahkan sekarang semakin bertambah parah, malah menjadi berandalan.

Minumannya sudah habis, dan jam sudah menunjukkan pukul 1 malam di jam tangannya, sudah waktunya pulang. Dia berdiri untuk meregangkan tubuh sebentar, sebelum meninggalkan tempat duduknya menuju ke tempat tinggal yang disebutnya 'rumah'. Tempat itu tidak jauh dari bukit, berjalan kaki hanya membutuhkan waktu kurang dari 20 menit untuk sampai ke sana.

Sangat cepat, tidak ada sesuatu yang menghambat perjalanannya, dan sampailah dirinya di sebuah tempat yang terlihat menyeramkan lagi, sebuah lahan yang masih belum dimanfaatkan alias masih berbentuk kebun yang dipenuhi tumbuhan.

Sebenarnya tidak tepat menyebutnya belum dimanfaatkan, lebih tepat menyebutnya belum dimanfaatkan sepenuhnya, lantaran tempatnya berdiri berada di belakang sebuah deretan ruko yang terdiri dari 5 bangunan. Yah ada atau tidak bangunan ruko itu tetap tidak menghilangkan suasana seram yang terasa, masih gelap dan sepi.

Jangan salah, di luar sini memang nampak sepi, tapi saat masuk ke dalam ruko, tepatnya bagian tengah, akan terasa masuk ke dunia lain, ramai penuh musik, teriakan orang-orang, dan cahaya lampu selayaknya diskotek pada umumnya. Bagaimana dia bisa tahu bangunan itu adalah diskotek, itu karena dia adalah pemiliknya.

Ceritanya sangat panjang mengapa dia yang hanya bocah 18 tahun bisa memiliki hal-hal seperti ini, yang biasanya hanya dimiliki orang dewasa. Singkatnya, saat di bangku SMP kelas 2, dirinya sudah mahir seni bela diri dan memiliki tubuh kekar, lalu memutuskan pergi dari panti asuhan dan bergabung ke salah satu Geng yang ada di kota ini, yaitu Scorpion.

Di sana, dia selalu menjadi Man of The Match dalam setiap pertempuran perebutan wilayah, hingga akhirnya berhasil mengantarkan Geng ini untuk menguasai seluruh bagian utara kota. Namun sayang, keahliannya dalam pertempuran malah dianggap sebagai ancaman bagi Pemimpin Geng, takut ditusuk dari belakang atau jabatannya digulingkan.

Dia bisa tahu itu dari bisik-bisik sesama anggota Geng, selain itu juga terlihat dari gerak-gerik Pemimpin Geng yang mulai jarang mengajaknya bertempur lagi, malah menugaskannya ke hal-hal lain. Hingga akhirnya, dia benar-benar dibebastugaskan dari kepengurusan Geng Pusat, dan dibuang ke tempat ini dengan kedok mengembangkan wilayah ini.

"Yo Tuan Muda, kenapa malah bengong di sini, bukannya masuk?!" Di tengah lamunannya, tiba-tiba terdengar suara wanita di sebelah kanannya.

Menengok ke arah sumber suara, dia mendapati seorang wanita cantik berambut pendek berwarna cokelat sedang memeluk lengannya. Wanita itu nampak berusia 35 tahun, memiliki payudara besar berukuran H-cup yang ditutupi beha berwarna biru, serta pantat berukuran sedang di balik rok biru yang panjangnya bahkan tak ada sejengkal tangan.

"Ini juga tadi mau melangkah masuk, ada Lily malah kaga jadi! Gimana pekerjaannya, adakah yang membuat masalah saat aku pergi?!" Mereka berdua mulai berjalan mendekat ke ruko nomer 2 yang dihitung dari sebelah kanan, di saat berjalan dia tidak lupa membalas senyum lembut yang diberikan wanita itu dengan senyum lembut juga.

Jangan kaget, wanita cantik yang sedang memeluk lengannya ini dahulunya seorang pengemis. Dulu penampilannya benar-benar jelek, tidak secantik sekarang, namun semua hal itu berubah berkat perawatan yang dilakukannya setelah wanita itu menerima tawaran untuk menjadi 'pelayannya'.

Tujuan perekrutan yang dilakukannya untuk membentuk sebuah organisasi kecil yang tugasnya membantu dirinya mengelola tempat ini. Tentu saja bukan sekedar mengelola, tapi juga membantu dirinya mempertahankan tempat ini dari orang-orang yang ingin mencari masalah. Makanya saat merekrut dia akan selalu memberitahu mereka bahwa sesudah bergabung, mereka akan menerima pelatihan fisik bak militer dan belajar seni bela diri Rage, sebuah seni bela diri hasil karangannya yang bersumber dari gabungan beberapa seni bela diri yang dipelajarinya dan pengalaman pertempuran antar geng yang dimilikinya.

Beruntung, tujuannya mudah tercapai berkat modal besar yang diberikan Pemimpin Geng sebagai ganti rugi atas jasa-jasanya di Geng Pusat, dan terbentuklah Garden Maiden.

Anggotanya terdiri dari orang-orang yang menerima tawaran menjadi pelayannya, total ada 10 orang, dan wanita itu adalah salah satunya. Dahulu sebelum bergabung wanita itu bernama Hadawaye Earna, sekarang namanya berganti Lily atas saran dirinya. Dalam organisasi, wanita itu memiliki tugas mengurus segala hal yang berkaitan dengan ketertiban tempat ini, jika diumpamakan kurang lebih hampir seperti satpam.

"Hmm... sepertinya ada! Kalo ga salah tadi siang salah satu anak buahku melaporkan ada beberapa preman kelas teri yang membuat ulah! Tapi mendengar itu kelas teri aku membiarkannya, karena aku yakin mereka bisa mengatasinya sendiri, dan sepertinya memang mereka berhasil mengatasinya!" Lily membelai dagunya menggunakan tangan kanannya, sementara matanya sedikit melirik ke atas, terlihat sedang mencoba mengingat-ingat.

"Syukur itu cuman preman kelas teri, bukan anggota Geng penguasa wilayah barat!" Edric menghela napas panjang, inilah yang selalu membebani pikirannya saat pergi ke sekolah, meninggalkan tempat ini sendirian.

Tempat ini berbatasan langsung dengan wilayah barat sehingga rawan menjadi tempat sasaran lawan untuk menampilkan kekuatan yang mereka miliki ke penguasa utara. Kekhawatirannya bukan tempat usaha yang rusak, melainkan para pelayannya yang tak lain adalah anggota Garden Maiden.

Menatap wajah Tuan Muda yang akan menjadi suram, Lily mencoba menghiburnya berupa memberikan pelukan hangat. Tentunya bukan pelukan biasa, saat memeluk, tangan kanannya tidak ikut melingkar di pinggangnya, tapi malah meluncur ke selangkangannya, dan menggesek sebuah tonjolan yang ada di sana.

"Tuan Muda seharusnya tidak terus-terusan menganggap kita sebagai anak kecil yang perlu dilindungi setiap saat! Kita sudah banyak berkembang tau, tak selemah dulu sebelum bertemu Tuan Muda! Selain itu juga ada Saudari Jasmine, jadi walau tidak ada Tuan Muda di sini, kita dan tempat ini akan selalu aman!" Tangannya terus bergerak ke atas-bawah di saat mulutnya berbicara.

Usaha yang dilakukan Lily cukup berhasil, wajah khawatir yang dimiliki Edric telah berubah senyuman. "Dasar kamu ini! Tuan Mudamu lagi berbicara serius, kamu malah bercanda, dan itu sangat berbahaya lagi, membangunkan naga yang sedang tidur!" Balasan Lily hanya sebuah juluran lidah kepada Edric.

"Kya!!!" Suara terkejut Lily.

Tuan Mudanya tiba-tiba membalikkan tubuhnya tanpa pemberitahuan, sehingga dia yang tidak siap hampir terjungkal ke depan. Untungnya latihan keras seni bela diri yang telah dilakukannya tidak mengecewakannya, kedua tangannya secara refleks meraih tembok yang ada di depannya, membuat posisinya saat ini menjadi nungging, kepalanya lebih rendah dari pantatnya.