Chapter 7 - Chapter 7

"Aku telah memikirkannya, apakah semua perubahan ini terjadi akibat cairan kental berwarna emas tadi?!" Tiga meter di belakang Rose, Edric berbicara sembari langkah kakinya tetap berjalan mendekati Rose.

Buru-buru Rose menghapus air mata bahagia yang masih tersisa di sudut mata, tak ingin wajah yang telah menjadi cantik terkotori air mata. Terutama ketika di depan Edric, dia ingin memberikan penampilannya yang maksimal agar tidak menjenuhkan Edric.

Merasa bersih, Rose membalikkan badan, menampilkan ekspresi bahagia dengan arah tatapan tertuju pada Edric yang sedang mendekat. "Aku juga berpikir begitu!" Di jeda ini Rose tersentak selayaknya baru mengingat sesuatu. "Oh iya, ada satu lagi! Aku berpikir cairan itu adalah sperma Tuan Muda! Soalnya barang terakhir yang masuk ke mulutku kan hanya itu!" Rose lebih mementingkan membahas hal itu daripada menutupi tubuh bahenol yang sekarang nampak cantik dan glowing bak buah masak yang minta dipetik.

Saking menggairahkannya tubuh Rose, mata Edric sampai-sampai tidak bisa menjauh darinya. Rose tidak tahu bahwa Edric mendekat sambil membawa nafsu yang sangat besar, nafsu ingin menikmati tubuhnya.

"Daripada mengira-ngira yang hasilnya bakalan tidak menemukan apa-apa, mengapa tidak membuktikannya untuk mencari jawaban!" Kata terakhir terucap bertepatan dengan Edric tiba di depan Rose.

Sebelum Rose memberikan tanggapan, Edric terlebih dulu mulai menindaklanjuti ucapannya. Hal pertama yang dilakukan Edric adalah mengunci mulut Rose menggunakan mulutnya.

Membuat Rose yang belum siap, membelalakkan mata, kaget dengan gerakan Edric yang tiba-tiba. Akan tetapi Rose tidak menolak akan ciuman itu, malah bisa dibilang senang, dan dia pun menanggapi setiap gerakan lidah Edric yang mengacak-acak dalam mulutnya.

Rose bukanlah tipe orang yang pasif, sementara Edric berfokus pada mulut dan kedua payudara giganticnya, tangan Rose dengan begitu lihai melepas celana yang dikenakan Edric, membebaskan burung phoenix yang terkurung di sana.

Sekalinya terbebas, burung phoenix menjulurkan kepalanya dengan sangat tinggi. Membuat Rose yang sedang membelainya merasa terkejut, ukurannya lebih panjang dan tebal dari sebelumnya. Tangannya mengira-ngira, itu seharusnya 12 inci panjangnya, dengan ketebalan 6 inci dari yang sebelumnya hanya 4 inci.

Hasil ini tentunya sangat membahagiakan bagi Rose, artinya Edric benar-benar sangat bernafsu dengan tubuhnya, bahkan melebihi dari biasanya. Sebagai bentuk balasan atas rasa bahagianya, kedua tangan Rose bekerja dengan tempo yang lebih cepat, mengocok penis Edric dari bawah ke atas secara berulang-ulang.

"Ngkhh!" Perubahan gerakan tangan Rose mengakibatkan Edric ingin klimaks lebih cepat. Tentunya, Edric tidak ingin hal itu terjadi terlalu dini, terlebih dia ingin menyimpan spermanya untuk hidangan utama.

Untuk mencegahnya, Edric harus rela menghentikan hidangan pembuka lebih cepat, dan berniat bilang ke Rose untuk langsung melakukan hubungan seksual. Sayangnya, saat akan mengatakan niatnya, kesialan datang menghampiri.

Pintu kamar tiba-tiba terbuka, mau tak mau fokus Edric teralihkan ke sana sehingga melewatkan sebuah momen penting untuk menghentikan Rose. Gagal menghentikan Rose hanya akan ada satu hasil yang menunggu, yaitu muncrat. Itulah yang terjadi kepada Edric, beberapa milidetik setelah menengok ke arah pintu, penis menyemprotkan sperma berwarna emas yang mengarah ke atas pusar Rose.

Aliran sperma yang keluar begitu deras. Bagi Rose yang telah merasakan keajaiban yang dibawa sperma itu, tidak ingin menyia-nyiakannya begitu saja. Beruntung, ada sebuah botol bir kosong yang berdiri tegak di atas meja rias. Buru-buru tangan kanannya mengambilnya, lalu menutup lubang penis Edric menggunakan mulut botol, menampung sperma yang keluar ke dalam sana.

Apa yang dilakukan Rose ini tidak disadari oleh Edric, yang mana fokus Edric sedang mengarah kepada mereka yang barusan membuka pintu kamar. "Pas banget! Cepat masuk, aku sedang mengadakan eksperimen, butuh orang selain Rose untuk mengujinya!" Tanpa ada rasa malu, Edric berbicara sambil masih bermain-main dengan payudara giganticnya Rose, dan sesudah mengatakan itu, Edric begitu saja mengabaikan mereka yang sedang berdiri dengan bodohnya.

Mereka itu adalah para anggota Garden Maiden, atau orang-orang yang diperintahkan Edric kepada Lily untuk berkumpul. Saat ini, mereka masih bengong, merasa takjub akan kecantikan yang dipancarkan Rose. Sampai membuat mereka melupakan sesuatu yang penting, yaitu kebiasaan yang dibenci Edric.

Untungnya ikatan yang terjalin di antara para anggota Garden Maiden begitu kuat. Tahu mereka belum melaksanakan perintah dari Edric, Rose berpura-pura tidak sengaja menjatuhkan sebuah kosmetik. [Klotak!!!] Suara benturan kosmetik dengan lantai bergema di ruangan, seketika membangunkan mereka dari lamunannya.

"Itu...I-Itu Rose?!" Bangun-bangun, mereka saling pandang, mengungkapkan kalimat yang hampir sama. Sebelum akhirnya mereka memutuskan buru-buru masuk untuk mengkonfirmasi rasa penasaran mereka.

Kembali ke Edric dan Rose yang sedang berbincang, sekarang mereka sedang mendiskusikan keajaiban yang muncul sekali lagi setelah Rose membersihkan tangannya yang berlumuran sperma dengan cara menjilatinya.

Bahkan tak tanggung-tanggung, bukan hanya sekali, total tiga kali keajaiban itu muncul, dan itu terjadi secara berurutan sesuai dengan berapa banyak Rose meneguk sperma hasil jilatannya.

Jilatan pertama memberi Rose aura seorang succubus, tubuhnya seakan memiliki sebuah pelet yang bisa memikat siapa saja, terlepas apakah itu pria atau wanita. Hal inilah yang membuat mereka yang baru datang hanya bisa termenung mengagumi kecantikan Rose.

Jilatan kedua mengubah tekstur payudara yang dimiliki Rose. Seperti yang diketahui khalayak umum, khususnya wanita, bahwa semakin besar ukuran payudara maka akan semakin berkurang tingkat kekenyalannya. Nah keajaiban mengubah hal itu, masih sama ukurannya gigantic, tapi kekenyalannya sebanding dengan C-cup.

Jilatan ketiga memberi Rose sebuah kekuatan yang membuat Edric sangat cemburu. Untuk sampai pada kondisinya saat ini, Edric harus berlatih sangat keras, dan hasil yang didapat bahkan tak sebanding dengan Rose yang hanya menelan sperma. Bayangkan saja bagaimana tidak cemburu, begitu mudah Rose membuat lubang di lantai dengan kakinya hanya karena tidak sengaja, belum bisa mengatur kekuatannya. Bila sudah bisa mengatur ke tingkat maksimal, bukankah akan lebih dari sekedar lubang di lantai.

"Menurutku, kesimpulan Tuan Muda kurang tepat! Soalnya semua keajaiban yang aku alami merupakan keinginan terdalam hatiku! Artinya, sperma Tuan Muda bukan asal memberi keajaiban, tapi mengabulkan keinginan orang yang meminumnya!" Bantahan Rose terhadap kesimpulan yang dikemukakan oleh Edric dalam diskusi mereka.

Dalam Garden Maiden, Edric merupakan seorang pemimpin yang berpikiran terbuka, tak akan marah saat ada bawahan yang mengoreksi. Malah senang bila ada yang melakukan itu, berarti mereka bukan seorang benalu yang hanya bergantung kepada pemimpinnya.

"Pendapatmu ada benarnya juga! Lebih baik kita langsung mengujinya!" Ucapan Edric berakhir, bertepatan dengan mereka yang telah tiba di sebelah kanan Edric, dan Edric pun langsung mengalihkan pandangannya ke arah mereka.

Sempat Edric ingin mengucapkan sebuah kalimat, namun tidak jadi saat menyadari tatapan mereka yang kosong, masih saja terpaku pada Rose. Akan tetapi kali ini sedikit berbeda, mereka bukan terpikat aura succubus yang dipancarkan Rose, melainkan iri terhadap penampilan Rose yang terbaru.

Ekspresi iri mereka juga disadari oleh Edric, dan merespons hal itu Edric hanya tersenyum, sekaligus timbul keinginan untuk mengerjai mereka sedikit. Sayangnya ingat bahwa ada hal penting yang harus dilakukan Edric terlebih dulu, akhirnya keinginan itu dilupakan begitu saja.

[Prok! Prok! Prok!] Suara tepuk tangan Edric sebanyak tiga kali untuk membangunkan mereka dari lamunan. Respons yang sangat cepat, sekalinya tersentak bangun, mereka mengalihkan pandangan ke Edric secara bersamaan.

Berhasil mendapatkan perhatian mereka, Edric berniat mengucapkan kalimat yang tertunda. Sialnya, hal itu harus tertunda lagi lantaran mereka tiba-tiba mengerumuni Edric, membungkus tubuh Edric dengan sebuah pelukan. Ada yang bagian kaki kanan dan kiri, tubuh bagian depan dan belakang, tubuh bagian samping kanan dan kiri, semua bagian, pokoknya kesembilan wanita itu kebagian tempat semua.

Yang menjadi masalah sebenarnya bukan pelukannya, melainkan suara tangisan palsu mereka. Mereka merengek-rengek bak anak kecil yang meminta permen. Edric tahu mengapa mereka begitu, pasti tak jauh-jauh dari yang namanya iri, meminta diperlakukan adil.

Tebakan Edric memang benar, selang beberapa saat, salah satu dari kesembilan wanita itu berbicara. "Hiks... Hiks... Hiks... !" Suara rengekan itu terdengar dari bawah Edric. "Tuan Muda enggak adil, katanya sebagai keluarga kita harus saling berbagi! Satu untuk semua, dan semua untuk satu! Lalu bagaimana Tuan Muda begitu tega meninggalkan kita!" Di sana terdapat seorang wanita berambut pirang yang sedang duduk di lantai sambil memeluk erat kaki kanan Edric.

Celotehan wanita berambut pirang bagaikan seorang orator dalam acara demo menuntut penurunan harga BBM. Jadi saat wanita berambut pirang itu selesai berbicara, yang lainnya hanya menimpali beberapa kata saja. Ada yang "Benar kata Kakak Jasmine!", ada yang "Setuju sama Kakak Jasmine!", ada yang "Tuan Muda harus adil!", dan masih banyak macam lagi.

Sampai membuat Edric yang mendengarnya, sudut mulutnya berkedut beberapa kali. "Baiklah, siapa saja yang masih menunjukkan tangisan palsunya, Tuan Muda ini berjanji tidak akan mengubah penampilannya seperti Rose!" Sunyi, sesudah ancaman dari Edric terucap, suasana kamar menjadi tenang kembali seperti semula. "Bagus! Kalian bisa berbaris dulu!" Satu per satu dari mereka melepaskan tubuh Edric, lalu berbaris rapi sesuai dengan urutan mereka di rekrut, mulai dari yang terlama ke terbaru.