Kalau ingatannya benar, seharusnya latar waktu kejadian itu pada jam 3 pagi, saat dia habis pulang dari kebiasaannya nongkrong di atas bukit. Secara tidak sengaja di tengah perjalanan pulang, kurang lebih 500 meter lagi sampai di ruko, dia menemukan mereka tergeletak di tanah dalam keadaan yang memprihatinkan.
Kedua-duanya pingsan, atau dia harus menyebutnya sekarat, ada luka tusuk di dada mereka. Tak hanya itu, baju yang mereka kenakan sobek di sana-sini bak gelandangan, memperlihatkan tubuh yang penuh dengan bekas gigi serta vagina yang dipenuhi sperma bercampur darah perawan.
Bagi seorang gangster seperti dia, gampang untuk menebak apa yang telah dialami oleh mereka, pemerkosaan disertai rencana pembunuhan untuk menghilangkan jejak perbuatan si pelaku.
Menyadari tebakannya itu, pernah muncul niat untuk membiarkan mereka mati begitu saja. Alasannya, dia tidak ingin terlibat dengan sesuatu yang seperti itu lantaran hal itu dapat membawanya ke hadapan interogasi polisi. Jika polisi menelusuri informasi tentang dirinya, dan mendapati dia adalah seorang gangster, yang ada malah dia dicurigai sebagai pelaku.
Seandainya cuma dicurigai aja sih sama sekali tidak keberatan. Masalahnya, orang tanpa bekingan latar belakang yang kuat, saat dicurigai akan menjadi tahanan rumah untuk mencegah orang yang dicurigai itu melarikan diri atau mencoba menghilangkan barang bukti.
Namun niat membiarkan mereka mati seketika sirna saat menyadari identitas mereka yang sebenarnya dari wajah serta KTP yang berada di dompet. Hardwicke Lena dan Hardwicke Lina, putri kembar dari sepasang suami-istri yang cukup berpengaruh di kota bagian utara, ayahnya pemimpin cabang utara kantor polisi sementara ibunya seorang pengusaha yang lumayan maju di bidang restoran.
Kedua hal itulah yang membuat dirinya berpikir dua kali untuk membiarkan mereka mati sia-sia. Dia ingin memanfaatkan pengaruh ayah mereka untuk menghalau polisi-polisi korup yang suka mencari masalah di diskotek, juga memanfaatkan usaha yang dimiliki ibu mereka untuk mendapatkan stok bahan-bahan makanan secara gratis.
Nah untuk menggapai kedua tujuannya itu, dia melakukan sesuatu yang sangat licik. Abaikan dirinya yang telah merawat, membersihkan, dan mengangkat mereka dari pintu kematian menggunakan serum penyembuh yang harganya sangat mahal di pelelangan. Sesuatu yang licik itu adalah menggunakan serum kehamilan, serum itu untuk membersihkan semua sel-sel sperma si pemerkosa yang telah bersarang di dalam rahim, dan 5 menit setelah pembersihan dapat membuat sel telur wanita menjadi matang pada saat itu juga.
Sampai di sini, apa yang terjadi selanjutnya mudah sekali di tebak tanpa harus dijelaskan. Intinya, rencananya itu berhasil, seminggu setelah hari di mana dia membuahi mereka secara diam-diam, mereka kembali lagi ke rukonya dengan tampang putus asa. Tebak apa yang mereka lakukan di tempatnya, curhat mengenai masalah yang menimpa mereka. Pertama, tentu tentang si pelaku pemerkosa, yang ternyata pelakunya adalah anak dari saingan perusahaan ibunya, dan hal ini mudah diatasi oleh ayahnya, menangkap semua keluarga si pelaku dengan tuduhan sebagai bandar narkoba. Mengapa tidak atas tuduhan pemerkosaan? Jawaban tentang hal ini ada di penjelasan masalah yang kedua.
Masuk ke masalah yang kedua, kehamilan, mereka curhat tidak tahu harus berbuat apa mengenai masalah itu. Orang tua mereka merupakan orang terpandang, kehamilan hanya menjadi skandal yang mempengaruhi karir orang tua mereka bila diketahui orang luar.
Jadi orang tua mereka memberi pilihan, disuruh menggugurkan janin, tentu ini akan memiliki dampak kurang bagus bagi kesehatan, bahkan bisa menyebabkan kematian. Atau, pergi ke tempat yang sangat jauh untuk mengasingkan diri sampai anak itu lahir.
Mereka tidak mau melakukan kedua saran yang diberikan orang tuanya. Alasannya, menggugurkan rasanya pasti sangat sakit, dan mengasingkan diri semakin mustahil, mereka tidak bisa jauh-jauh dari yang namanya internet.
Inilah tujuan yang ingin dicapainya dengan menjalankan rencana liciknya, dia ingin mereka tinggal di sini untuk menghalau mereka para polisi korup. Dia pun memberi saran kepada mereka untuk menggunakan tempat tinggalnya sebagai tempat pengasingan, dan saran itu pun disetujui, baik mereka dan orang tua mereka.
Selanjutnya mereka bertiga mulai tinggal bersama, dan berkat mereka berdua ada di sini, tidak ada lagi polisi korup yang mencari masalah dan ada banyak stok bahan makanan yang bisa dijadikan konsumsi pegawainya. Sementara hari-hari mereka bertiga hidup, dijalani seperti biasa, penyesuaian terlebih dulu. Contohnya tempat tidur, karena di ruko ini hanya ada 1 kamar tidur, untuk awal-awal dia harus rela tidur di sofa. Namun hal ini tidak berlangsung lama, lambat laun hati kedua wanita itu berhasil direbutnya, sehingga di izinkan untuk tinggal sekamar. Sayangnya hanya boleh tinggal saja, masih belum boleh menyentuh, dan baru boleh setelah mereka menonton drama konyol yang ada di televisi.
Bercerita tentang seorang gadis yang menjadi korban pemerkosaan, harus menjalani hari-harinya penuh dengan kepahitan gara-gara hamil akibat kejadian kelam itu. Gadis itu dijauhi keluarga, putus dari pacar, tidak bisa mendapatkan pacar baru karena pernah diperkosa, dan akhirnya gadis itu mati dalam kesendirian, meninggalkan anak yang tidak diinginkan.
Sejak saat itu kehidupan mereka bertiga berubah semakin dekat tampak seperti sepasang kekasih, sangat bahagia, sebelum kebahagiaan itu terganggu oleh waktu kelahiran si bayi yang akan datang. Mereka berdua bingung tentang bayi itu ketika sudah lahir, orang tua mereka menyuruh untuk membuang anak itu ke panti asuhan, sedangkan mereka tidak mau melakukan itu lantaran anak itu juga mengandung darah daging mereka.
Sebagai solusi atas permasalahan mereka, dia mengajukan diri untuk merawat anak itu, lebih tepatnya para pelayannya yang akan merawat. Mereka berdua setuju, dan diperkenalkanlah para pelayannya yang telah keluar dari pelatihan kepada mereka berdua. Apa reaksi kedua wanita itu waktu menyadari pelayannya semua wanita? Cemburu, akan tetapi anehnya kecemburuan itu lenyap setelah bayi itu lahir.
Setelah kelahiran bayi itu ada beberapa hal yang berubah, mereka tidak lagi tinggal di rukonya lantaran harus melanjutkan studi mereka di universitas. Akan tetapi beberapa kali dalam seminggu, mereka akan menyempatkan diri untuk datang menginap atau sekedar menjenguk bayi mereka. Kegiatan itu terus berlanjut hingga sekarang.
"Huh! Sangat nostalgia sekali!" Gumaman pelan Edric tanda mengakhiri lamunan tentang kisah awal mula bagaimana dia bisa bersama kedua wanita itu.
Melanjutkan langkah kakinya, dia berjalan mendekat ke sofa. Arah yang ditujunya bukan ke samping kanan atau kirinya, melainkan lurus ke tengah lantaran dia tidak ingin repot-repot memutari sofa terlebih dulu hanya ingin duduk bersama mereka. Toh posisi duduk Lena dan Lina memiliki jarak, cukup untuk dirinya mengisi jarak itu. Jadi begitu sampai di belakang sofa, dia langsung melompatinya, dan menjatuhkan pantatnya dengan nyaman di dudukkan sofa yang empuk. Tak hanya pantat yang merasa keenakan, kedua tangannya juga ikutan, tangannya mendarat di paha mulus kedua wanita itu yang terbuka lebar gegara hanya mengenakan celana pendek.
[Plak!!!] Suara pukulan Lena ke lengan kiri Edric. [Plak!!!] Berjarak beberapa milidetik, Lina juga ikutan memukul lengan bagian kanan.
"Bisa ga sih, setiap datang jangan buat kami terkejut?!" Lena dan Lina secara bersamaan mengawali pembicaraan, mereka memarahi Edric atas kelakuannya.
Berusia 26 tahun, memiliki wajah cantik dan paras yang proposional bak model, itulah Lena yang terlihat di matanya. Sedangkan Lina, beberapa menit lebih muda dari Lena, secara penampilan yang terlihat di luar 100% sama persis seperti Lena. Yang membedakan mereka, selain potongan rambut, ada sebuah tahi lalat kecil di pantat sebelah kanan, dan itu hanya dimiliki oleh Lina.
"Hehehe, maaf!" Ekspresi cengengesan ditampilkan Edric saat meminta maaf. "Oh iya! Ini sudah sangat malam, kenapa kalian masih di depan TV, bukannya menidurkan si kecil?!" Tangannya masih bermain-main di paha mereka berdua saat Edric mengucapkan kalimat pertanyaannya.
Mereka berpacaran dengan Edric, otomatis tubuh mereka mengenali Edric sebagai pemiliknya. Jadi belaian di paha itu tidak terasa aneh atau menjijikkan, melainkan perasaan menggelitik yang menjalar ke seluruh tubuh. Terutama saat perasaan itu melewati titik-titik sensitif, sungguh terasa nikmat. Membuat mereka yang awalnya biasa saja menjadi sedikit terangsang, terbukti dari rona merah yang nampak samar-samar di pipi mereka.
"K-Kamu kayak ga tahu kelakuan Evelyn sama Avelyn aja! Mereka mana mau tidur kalo tidak ada kamu!" Sedikit susah melafalkan kalimat dalam keadaan menahan berahi yang semakin meningkat.
Bila sekarang mereka sedang tidak menggendong putri mereka, sudah sejak dari tadi mereka akan menerkam Edric, menanggapi godaan yang dilayangkannya.
Tak ada niatan untuk melakukan hubungan intim bersama mereka saat ini. Jadi begitu melihat perubahan ekspresi yang mereka perlihatkan, Edric cepat-cepat menghentikan apa yang dilakukannya, dan mencoba mencairkan suasana mesum yang telah tercipta dengan mengalihkan pembicaraan ke topik lain.
"Apakah benar begitu?! Sepertinya putriku sudah tahu cara menjadi manja!" Secara bergantian Edric mencubit pipi Avelyn dan Evelyn, yang kemudian di respons oleh mereka berdua dengan cara berhenti menyusu ibu mereka, ganti menatap Edric dengan wajah penuh kebahagiaan. "Sini ikut ayah!" Avelyn di lengan kiri dan Evelyn Avelyn & Evelyn (Anak MC) --> di lengan kanan, Edric merebut mereka dari Lena dan Lina.
Lalu mengajak mereka jalan-jalan di sekitar sofa, menimang-nimang untuk membuat mereka tertidur. Tak butuh usaha ekstra, hanya beberapa menit saja mata mereka sudah terlihat layu. Mengetahui hal itu, Edric mengubah arah jalannya ke kamarnya, berniat menidurkan mereka ke ranjang masing-masing yang terletak di dalam kamarnya.