Chereads / ROMANTIKA CINTA / Chapter 27 - Kembali ke Tempat Hiburan

Chapter 27 - Kembali ke Tempat Hiburan

Leo mengetuk-ngetuk kaca kamar gadis itu dengan ujung kunci motor, memanggil nama nya berulang kali, tapi tetap saja orang yang ada di dalam kamar tidak mendengar, setelah bosan berlama-lama dengan usaha yang sia-sia belaka, Leo merogoh kantong celana jeans dan jaket nya.

"Sial! Hp ke tinggal di sofa!"

Leo berdecak kesal sambil memukul kantong celana nya, bisa-bisanya benda penting seperti itu tertinggal.

Leo mengulangi perlakuan nya, memukul kaca dengan ujung kunci dan ujung jari, lalu memanggil nama Renata, tapi tidak ada sahutan, lagi.

Kemana pemilik kamar itu? Pertanyaan itu terlintas di benak nya.

Entah kenapa di saat yang seperti ini Renata malah tidak ada, dan entah kenapa kaki tangan pikiran dan semua anggota tubuh lelaki itu mengarah pada gadis aneh yang sekarang entah sedang apa dan di mana.

Sekarang kekecewaan Leo meningkat, dia sedang sangat membutuhkan Renata untuk memberi nya energi positif yang bisa menetralkan jiwa dalam raga nya yang sedang hancur saat ini.

Dengan amarah yang membanjiri dada nya, Leo berlari ke arah pagar, dan menggulangi apa yang tadi dia lalukan, memanjat lalu berlari ke tempat di mana dia meletak kan motor nya.

Leo menyalakan mesin motor setelah dia naik dan duduk di atas jok, kemudian bergabung dengan jalanan, membelah macet nya jalanan malam, sekarang yang ada di otak nya hanya tempat hiburan.

Darah masih mengalir di sekitar rahang bawah nya yang terkatup rapat, sekarang dia akan pergi ke tempat yang sudah lama tidak dia datangi.

***

Renata mengerjap-mengerjap kan mata nya yang terasa berat, di luar gerimis, kamar nya menjadi tambah sejuk dan hasutan untuk rebahan lebih lama kini menjadi musuh bagi nya, saat ini sudah pukul 06.10 jika dia tidak menolak ajakan alam untuk tidur lebih lama lagi, pasti dia akan telat sekolah, dan sekarang ujian awal akan dilaksanakan.

Lupakan tentang kasur empuk yang dingin.

Gadis itu beranjak dari kasur, lalu segera mengambil seragam dan handuk untuk masuk ke kamar mandi.

Beberapa menit kemudian dia keluar dengan seragam yang telah di kenakan dengan rapi.

Renata tidak menggunakan hiasan apapun pada wajah, bedak atau lipblam pun tidak, sedari dulu dia memang lebih suka tampil natural.

Setelah merasa selesai, dia keluar kamar dengan menjinjing tas .

Renata pergi ke meja makan, di atas meja sudah tersedia nasi goreng yang harum nya sampai membuat perut gadis itu meronta.

Tanpa aba-aba dia duduk di kursih meja makan, dan menyendok kan nasi goreng itu ke piring nya, lalu melahap nya.

Emily menghampiri putri semata wayangnya itu. "Pagi sayang," Sapa Emily ikut duduk, mama nya itu sudah rapi dan seperti nya akan pergi ke kantor.

"Pagi mah."

Emily tersenyum, "makan dulu nak, nanti keselek," titah sang mama.

Renata mengangguk sebagai jawaban, dan melanjutkan aktivitas makan nya dengan penuh penghayatan.

Hingga dia selesai dengan suapan terakhir dan memutuskan untuk mengakhiri sarapan dengan segelas air putih.

Dan selesai sudah kegiatan nya mengisi perut pagi ini.

Renata memakai sepatu nya, sekarang pukul 06.35 jadi masih ada waktu yang cukup untuk sampai ke sekolah tanpa kata ter lambat.

"Nat, Renata pergi dulu ya dadah..."

Gadis itu berpamitan sembari mencium tangan Emily.

"Semangat ujian nya, jangan lupa teliti, oke?"

"Siap kapten!"

"Pak, bawa mobil nya hati-hati ya."

"Siap buk, aman."

Renata masuk ke dalam mobil, tidak lama kemudian mobil yang membawa nya keluar dari pagar, dan bergabung ke jalan raya, dengan tujuan mengantar nona muda ke SMA Bina Bangsa.

***

Renata berjalan melewati koridor, suasana memang sudah ramai, beberapa anak sedang melihat ruangan nya dan ada yang duduk di bangku koridor untuk menghapal sesuatu.

Mungkin rumus? atau kunci jawaban? lupakan.

Renata melihat kertas-kertas yang di tempel pada kaca-kaca jendela kelas satu persatu, mencari nama nya di sana, tidak lama kemudian setelah melalui beberapa kelas dia menemukan nama nya yang tercantum di kertas yang tertempel di jendela.

Renata. Dia mendapat ruang dengan nomor 17.

Renata mencari juga nama Lian di kertas yang tertempel itu, namun mata nya tidak sengaja tertuju pada tangan kekar seseorang yang juga sedang mencari ruang ujian, maybe.

Dia tidak akan kenal jika hanya melihat dari tangan, Renata memutuskan untuk tidak ambil pusing, dan melanjutkan pencarian nama Lian, bagi nya yang utama sekarang adalah nama sahabat nya itu ada di kertas yang sama dengan dia.

"Gua satu ruangan sama lu."

Suara bariton itu membuat fokus nya terpecah.

***

Lelah.

Itulah yang di rasakannya sekarang, Renata menghempas kan tubuh nya ke kasur tanpa berganti seragam terlebih dahulu, tas di biarkan terbengkalai di lantai kamar, rasa nya ingin tidur namun dia juga mau belajar lebih dulu untuk ujian besok.

Untung nya Renata mendapat teman seruang yang bisa di andalkan, dan hoki nya nya mereka duduk bersebelahan, bisa lah kerja sama sedikit.

Sean.

Lelaki yang pintar, bahkan melebihi tingkat kepintaran nya, gadis itu merogoh saku hoodie, handphone bergetar nya, dan benar saja ada chat masuk yang belum jelas dari siapa.

Renata melihat nama nomor tak di kenal terpajang tepat di layar handphone nya, sedetik kemudian dia tau siapa yang mengirim nya pesan chat itu.

Tepat nya, setelah dia membaca isi seluruh pesan. Bianca.

O8XXXXXXXXXX

Hai calon adik tiri

-Bianca.

18.45

maksud ?

18.45

Gak ada sih,

tapi bentaran lu juga bakal paham

sejarah lu kan pinter.

bisalah kan gua suruh buatin pr.

18.46

Ha?

18.46

Udahlah lu bego kalau soal kek gini, mending lu tanya tante Emily deh.

Btw salam ya buat dia

18.47

Renata mengerutkan dahi nya, entah dia yang tidak peka atau kakak kelas nya itu yang gila?

Tidak mau ambil pusing dia hanya membaca pesan chat Bianca, tidak peduli apa yang akan terjadi pada nya jika hanya membaca pesan chat dari nenek sihir itu.

Renata hendak menutup mata nya, namun untuk kesekian kali nya benda pipih itu membuat nya gagal, handphone nya bergetar lagi, nampak nya bukan chat tapi telpon.

Geram, Renata mengangkat nya dengan kasar tanpa melihat nama si penelfon.

Hentikan drama ini, dia benci kakak kelas nya itu, sangat.

"Denger ya kakak kelas yang terhormat, gua capek, simpan aja tetek bengek lu buat besok! Satu lagi mama gua selama nya bakal jadi mama gua! bukan mama tiri lu!"

Renata mengucap kan semua yang ada di benaknya, bagi nya Bianca sudah keterlaluan.

"Nat, lu sakit?"

Renata membelalakkan mata nya, suara bariton dari sebrang telepon terdengar familiar dan kali ini dia tau jika dia akan malu.

"Eh anu, anu itu, maaf Le gue pikir siapa tadi."

Renata gelagapan, saat melihat nama di ponsel nya adalah LASKAR, bukan Bianca dengan nomor tidak di kenal nya.