Chereads / ROMANTIKA CINTA / Chapter 32 - Sisi Sebenarnya

Chapter 32 - Sisi Sebenarnya

Renata berjalan menuju ruang tengah, mata nya langsung menangkap sosok Bianca yang semakin hari semakin Argh!! Kalian pasti paham.

"Kak Bi, aku tadi ke dapur, terus gak ada makanan."

Bianca berdehem, masih sibuk dengan gawai nya.

"Aku lapar, boleh aku minta uang untuk makan di luar?" tanya gadis itu berharap.

Sebagai adik dia harus bisa bersikap sopan, walau malas untuk melakukan hal itu, tapi kodrat nya sebagai adik, mau tidak mau harus memakai kata aku saat berbicara dengan kakak tiri nya ini.

Bianca berhenti memainkan gawai nya saat mendengar kata uang.

"Masih ada mie tadi Gua liat, lu gak bisa makan itu doang? Besok kan mama sama papa pulang."

Renata menggeleng. "Seminggu ini aku udah makan mie terus kak, perut aku juga udah sakit." Gadis itu memegangi perut nya, kenapa sekarang makan menjadi masalah bagi nya.

"Nyusahin aja lu!" Bianca mengambil selembar uang sepuluh ribu dan selembar lima ribu saki celana nya.

Lalu mencampak kan uang itu ke arah Renata. "Lu cari yang murah, besok kan mama papa uda balik! Tahan lapar! Manja banget! Satu lagi, Gua gak mau dengar lu ngadu ke mama atau papa, lu tau kan apa yang bisa Gua lakuin?" Ancaman Bianca membuat Renata mengangguk.

Gadis itu mengambil uang yang mendarat di lantai.

"Makasih kak," Renata menyembunyikan senyum miring nya.

Bianca membalas perkataan Renata dengan tatapan tak menyenangkan.

Renata melangkahkan kaki, tanpa jaket gadis itu keluar dari rumah nya, sial nya udara sangat dingin, di tambah perut nya yang kosong.

Berjalan ke depan dan sedikit berbaur dengan jalan besar, dia yakin akan menemukan warung makan dengan harga 15.000, pasti ada, dia akan mencari yang termurah.

Kaki gemetar yang hanya di alas sandal jepit itu terus berjalan menuju depan, belum terlalu malam, sekarang baru pukul 20.25, semoga warung makan itu masih buka dan belum kehabisan lauk.

Sampai di sana Renata menghela napas lega, dia akan duduk di bagian paling pojok, ini hanya warung makan tengah jalan, jadi tidak tertutup, warung ini juga sepi hanya ada tiga orang pembeli, mungkin karna sudah jam segini, atau mungkin karna hal lain.

"Pak, saya mau nasi goreng nya satu ya."

"Minum nya mau di buat apa dek?" tanya bapak itu.

Renata berdehem, dalam kepala nya menghitung apakah cukup jika dia memesan jus? Atau bahkan teh?

Gadis itu cepat menggeleng, "Minum nya air putih biasa aja pak."

Setelah melihat bapak mengiyakan pesanan nya, gadis itu pergi ke tempat duduk yang tadi dia target kan, dan menunggu.

Handphone nya bergetar di tangan, notif chat dari Leo tertera di layar.

LEO

Lu di mana Nat?

Gua liat dari jendela kamar, kamar Lu kosong.

20.30

Anda

Gua lagi gak dirumah,

Pulang aja, di rumah Cuma ada kak Bi. 20.31

Read

Renata tertegun chat nya langsung di baca, pasal nya tadi dia melihat Leo sedang

Offline.

Kontak Leo dia ganti nama, lelaki itu menyuruh nya.

Leo

Emang Lu dimana?

Gua ke sana sekarang, lu keluar malem-malem.

20.31

Anda

Gua lagi mau makan, Emang kenapa sih?"

20.32

Leo

Warung makan mana?

20.32

Anda

Depan, dekat jalan besari

20.32

Leo

Oh itu, Gua kesana,

Kebetulan Gua laper

20.32

Anda

Oh, ok.

20.33

Renata meletak handphone nya di atas meja, beberapa menit kemudian lelaki itu datang, Renata menggaruk tengkuk nya. "Tumben makan di luar malam-malam, sendirian lagi," lelaki itu membuka topik obrolan, kemudian duduk di hadapan Renata.

"To the point, lu mau ngapain?"

"Mau, mau apa ya njir, gak tau dah, tadi motor Gua tiba-tiba ngarah ke rumah lu." Leo mengedik.

Merotasikan mata nya Renata mencoba bodo amat. "Lu tadi laper, gak mau mesan?"

Leo mendekat kan kepala nya membuat Renata menjauh ke belakang.

"Emang enak makanan nya? Gua takut gak higenis," bisik Leo sepelan mungkin.

"Gua udah dua kali makan di sini, enak-enak aja."

"Yakin sehat?"

"Emang lu udah sebersih apa?"

Skakmat bagi nya.

Ini hanya basa basi Leo, sebenar nya dia juga sering makan di pinggiran seperti ini.

"Iya deh, Gua ngaku," final lelaki itu.

"Lu pesan apa?"

"Nasi goreng." Jawab Renata.

"Oke, Pak, Nasi goreng satu lagi ya."

Bapak itu menoleh, "oke nak, minum nya apa nih?"

Leo berdehem sama dengan yang Renata lakukan tadi, "Samain aja sama punya pacar saya pak," kata nya lantang dan Leo tersenyum.

Renata memukul lengan Leo dengan sisa-sisa tenaga nya.

"Apa sih Lu? Lu pacaran sama kambing?"

"Sama lu lah bodoh." Renata mendapat toyoran dari lelaki di hadapan nya.

"Pala lu bulat." Leo tidak peduli.

"Eh, gimana si Bianca, udah ada rasa sadar diri belum?"

Renata menggeleng kukuh.

"Sama saja, lebih parah malah."

"Uda kuliah tapi gak sadar juga, masih kek anak kecil aja tingkah laku nya," ejek Leo, bukan ejekan itu fakta.

"Ntah lah Le."

"Oh iya lu pasti ikut camping empat hari lagi kan?" Leo menaik kan satu alis nya.

Renata megangguk mantap.

"Pasti dong, malas Gua di rumah terus."

"Ini makanan nya nak." Bapak itu datang dengan dua piring nasi goreng yang dia bawa.

"Makasih pak." Renata tersenyum, mengambil piring nya lalu meletak kan nya di depan mata. Begitu juga Leo.

"Emang lu gak di kasih makan apa di rumah?"

Renata menggeleng.

"Lu? Kenapa gak makan di rumah? Gak di kasih makan?" tanya gadis itu balik.

Leo mengunyah nasi goreng nya. "Gua di sediain makanan di rumah, tapi Gua gak niat makan di rumah," jawab nya enteng.

Renata ber oh.

"Lu bukan sultan," kata nya lagi.

"Berhubung ini udah kelas 3, Gua mau calonin lu, boleh?"

Eh?

Renata mengernyit dalam, "Maksud lu apa?" Jujur, berbagai macam pikiran aneh singgah di kepala nya.

"Gua terlalu bego, ajarin Gua." Dia memelas.

Renata menyuap nasi goreng nya ke mulut. "Gua mau, tucapik Gua gak yakin lu bakal serius atau malah main-main." Gadis itu bersyukur karna hal yang dia pikirkan tidak terjadi.

"Serius, Gua mau lulus dengan nilai bagus." Leo membentuk jari telunjuk dan jari tengah nya menjadi huruf V.

"Oke, jangan buang waktu Gua."

Leo mengangguk. "Iya, Gua tau lu sibuk."

Renata fokus pada makanan nya, Leo pun melakukan hal yang sama, tapi beberapa detik kemudian, lelaki itu kembali bersuara.

"Eh Nat, Gua nyontek PR Mtk dulu boleh gak?"

Renata menghentikan aktifitas makan nya, menatap lelaki itu aneh.

"Nanti Gua antar lu pulang sebagai imbalan."

Itu sama sekali tidak menguntungkan bagi nya, dia bisa pulang dengan berjalan kaki, tapi resiko nya juga tidak main-main.

Dia takut ada orang jahat di tengah jalan dan akan berbuat macam-macam dan itu mengerikan.

Finish nya Renata mengangguk, menyetujui perkataan Leo.